Warga Cilimus Pulang Kampung, Tak Ada Lagi Pohon Tua
KUNINGAN – Reaksi terhadap penebangan pohon karet bersejarah terus bermunculan. Mereka merasa sedih karena kehilangan sebuah pohon kebanggaan. Satu prestasi pemimpin desa yang tak pernah bisa dilupakan, yakni penghapusan sejarah. Mestinya, pohon tersebut dijaga dengan baik dan dilestarikan. Heri S Nuryasin, warga Blok Cipicung menyayangkan penebangan pohon bersejarah tersebut. Mestinya, apabila hendak dibuat taman, pohon itu tetap dijaga. Terlebih pohon tersebut belum mati pasca kebakaran beberapa tahun lalu. “Kalau pun mau dibuat taman, ditata. Pohon karet mah mestinya tetap dijaga. Karena nilai sejarahnya tinggi. Bukan berarti musyrik, tapi melestarikan sejarah,” ucapnya. Di media sosial, warga Cilimus yang berada di perantauan merasa sedih atas ditebangnya pohon karet. Mereka teringat bagaimana bermain ayunan layaknya Tarzan di pohon tersebut semasa kecil. Bahkan, di alun-alun itu pun menjadi pusat aktivitas masyarakat termasuk aneka permainan tradisional. “Sekarang sudah tidak ada. Nanti kita pas pulang kampung, salat Ied tanpa pohon karet. Sedih sekali,” ungkapan mereka di salah satu media sosial. Sementara itu, sejumlah warga mengecam keras kebijakan pembangunan taman yang mengakibatkan tumbangnya pohon tua secara senggaja alias ditebang. \"Pemerintah atau dinas cipta karya jangan lempar batu sembunyi tangan dong, apalagi dengan dalih pembuatan taman di desa kami,\" ungkap Dudu salah seorang aktivis muda Kuningan Utara itu. Penebangan pohon jenis karet yang memiliki usia ratusan, kata Dudu, seharusnya mendapat perlindungan atau pelestarian dari pemerintah. Pasalnya, kaitan dengan visi pemda sebelumnya itu tentang penjagaan lingkungan atau yang akrab disebut, konservasi. \"Mana letak konservasinya, kalau pohon tua di desa kami ditebang,\" tanya dia. Menyinggung soal pelaksanaan pembangunan taman, lanjut Dudu, , pihaknya mengencam terhadap pengembang yang telah berbuat semena-mena terhadap penebangan pohon yang telah dilakukan. \"Di luar kondisi pohon yang sudah ditebang. Saya menduga, pelaksanaan pembangunan ini sarat dengan dugaan korupsi. Terutama dalam penggunaan anggaran yang tidak terbuka,\" ucap Dudu. Dia berharap kepada pengembang dalam melaksanakan pembangunan taman, minimal memberikan keterbukaan kepada publik. \"Salah satunya, memampangkan papan pelaksanaan proyek dan desain gambarnya. Artinya, dengan keterbukaan itu kami bisa mengawasi dengan seksama. Sebab, pengembangan itu tidak memiliki rasa cinta lingkungan, melainkan yang ada hanya mengambil keuntungan,\" tegas Dudu. (ded)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: