Sambil Puasa, Pasukan Kuning Tetap Semangat Bersihkan Kota

Sambil Puasa, Pasukan Kuning Tetap Semangat Bersihkan Kota

Namanya juga rezeki tak pernah keselip disaku celana, begitu pepatah bicara. Di mana pun bekerja dan jenis apapun pekerjaan yang dilakukan, asalkan tekun pasti membuahkan penghasilan untuk kebutuhan keluarga. Laporan: MIKE DWI SETIAWATI, Kesambi KEMEJA abu-abu nan lusuh, celana panjang hitam plus topi caping menempel pada tubuhnya yang renta. Sosok lelaki paruh baya itu duduk terdiam. Sampah yang berserakan di sekitar tidak dihiraukan. Panas matahari siang itu tak menyurutkan semangat meski rasa lelah terlihat di sorot matanya. Uha (55) satu dari petugas kebersihan di tempat pembuangan sampah Jl Kesambi Raya, Kota Cirebon. Ia bekerja bersama petugas kebersihan lainnya. Tak ada yang berbeda, setiap hari termasuk bulan Ramadan pun ia tetap bekerja. Sambil berbincang, Uha sesekali dengan cekatan menyaring sampah berupa dedaunan, ranting kayu, plastik, kertas, hingga botol plastik bekas air minum kemasan. Meskipun sehari-hari selalu berhadapan dengan sampah yang bau, Uha mengaku tidak jijik ataupun risih. \"Sudah risiko kalau bau, pekerjaan di tempat kotor. Orang kalau tidak siap kotor ya jangan kerja begini. Yang penting buat pekerjaan ini halal,\" ujar ayah tujuh orang anak itu. Sudah 12 tahun Uha menjalani pekerjaan sebagai petugas kebersihan. Ia setiap hari keliling mengambil sampah di komplek perumahan. Setelah itu, ia kumpulkan di tempat pembuangan sampah sebelum diangkut truk petugas DKP. Di tengah nilai kebutuhan hidup yang semakin meningkat, Uha tetap mensyukuri gaji Rp1 juta yang diterimanya setiap bulan. Uha berharap ada pengangkatan pegawai, namun hingga kini tidak ada. \"Sebenarnya sih cukup enggak cukup, buat makan sehari-hari, bayaran anak sekolah, tapi ya harus disyukurin, sudah tua harapan untuk diangkat pegawai kayaknya gak ada,\" ungkap pria asal Kejaksan itu. Di bulan puasa, Uha mulai bekerja pukul 08.00-15.00. Setelah itu, ia menyempatkan diri ke Masjid Raya Attaqwa untuk menunggu waktu berbuka. Kemudian lanjut mengikuti tarawih dan tidur di masjid hingga subuh. Menurutnya, meskipun pekerjaan sebagai petugas kebersihan namun untuk beribadah tak pernah memandang profesi atau jabatan. \"Banyak kegiatan sama temen-temen di masjid. Dikiranya mah kerjaan saya enak, padahal tiap hari harus nahan bau sampah. Ikhlas dan disyukuri aja biar kerjanya gak capek,\" bebernya. Selain Uha, ada juga Wawan. Pria 40 tahun itu sudah 10 tahun menjadi petugas kebersihan. Walau gaji yang diterimanya pas-pasan, para \"pahlawan\" kebersihan ini tetap semangat melaksanakan tugasnya. \"Ya mau bagaimana lagi, sekarang cari kerja itu susah,\" ujarnya. Ironisnya, di tengah semangat para petugas kebersihan ini menjalankan tugas, masih saja ada oknum masyarakat yang tak mau peduli. Mereka hanya bisa membuang sampah semabarangan, protes dan ngomel-ngomel, ketika petugas kebersihan ini telat datang mengangkut sampah. (*)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: