Si Kaya Makin “Rakus”, Sedekah 30 Hari Rp3 Miliar
Perjalanan Umrah Ramadan dan Lebaran Radar Cirebon Group Bersama Salam Tour (3) Arab Saudi dikenal sebagai negara kaya. Warganya sejahtera dan banyak pula di antaranya menjadi orang terkaya di dunia. Orang kaya di negara yang dikaruniai ladang minyak itu semakin “rakus” saat memasuki dua waktu. Musim haji dan Ramadan. Laporan : YUSUF SUEBUDIN, Madinah TENTUNYA, “rakus” di sini bermakna positif. Karena mereka berlomba bersedekah dengan penuh. Bila perlu, orang lain tidak diberikan kesempatan bersedekah. Padatnya Madinah saat dua waktu itu, membuat orang kaya yang semakin “rakus” tetap membagi porsi berbagi kepada yang lain. Direktur Utama Salam Tour Ustadz H Dede Muharam Lc, mengajak saya melihat langsung \"kerakusan\" orang kaya di Madinah. Tidak tanggung-tanggung, ada di antara mereka yang harus merogoh uang sampai Rp100 juta setiap hari. Jika dikalikan 30 hari, setidaknya Rp3 miliar harus dikeluarkan untuk sedekah tiket surga VIP. Hal itu tidak menyurutkan semangat untuk terus berbagi satu bulan penuh selama Ramadan. Angka tersebut dari hitungan Rp50 ribu dikalikan lebih dari 2 ribu masyarakat yang berkumpul dari berbagai negara, suku, dan ras. Baik yang sedang melaksanakan ibadah umrah maupun pekerja Madinah. Ini baru satu titik depan pintu 25 Masjid Nabawi. Masih banyak titik lain di pelataran Masjid Nabawi yang membagikan beragam menu berbuka puasa. Tidak ada penduduk Madinah asli yang ikut pesta besar buka puasa di Masjid Nabawi. \"Mereka malu kalau tidak bisa membantu. Mereka merasa punya kewajiban memuliakan tamu. Kita-kita ini tamu di sini (Madinah),\" ujar Dede Muharam memberikan penjelasan. Dalam kesempatan tersebut, saya merasakan kenikmatan berbuka puasa di tengah-tengah ribuan manusia. Khusus yang di depan pintu 25, pelayanan servis maksimal diberikan. Buka puasa menggunakan meja bundar. Jumlahnya ratusan. Menu yang diberikan beragam. Mulai dari kurma, nasi dan lauk pauknya, roti, yogurt, buah-buahan, sampai cokelat. Dengan pelayanan demikian, muncul istilah merebut tiket surga VIP untuk menyebut tempat berbuka didepan pintu 25 Masjid Nabawi itu. Penasaran untuk mencari perbandingan, saya berkeliling Masjid Nabawi. Semua titik saya kunjungi. Dari pintu satu sampai terakhir. Memang, tidak ditemukan yang lebih besar dan mewah dari tempat berbuka didepan pintu 25 Masjid Nabawi. Dengan demikian, legitimasi upaya meraih tiket surga VIP semakin kuat. Setidaknya secara lahiriah. Karena semua amal kembali pada keikhlasan. Allah SWT melihat setiap hati dan niat manusia. Termasuk dalam berbuat baik sekalipun. Berbeda dengan donatur kaya yang menyediakan tempat dan makanan berlimpah itu, adapula yang ingin merebut pahala sedekah sang kaya. Mereka memberikan air putih dingin kepada setiap pengunjung Masjid Nabawi. Adapula yang memanfaatkan tenaga. Hanya tenaga. Dengan cara menyobekan plastik untuk tempat sandal sepatu jamaah. Plastik itu disediakan DKM masjid Nabawi. Mereka semua ingin memberikan sodaqoh. Sang kaya semakin rakus dengan memberikan hartanya, si miskin memaksimalkan potensi tenaga yang dimiliki. Untuk memastikan jumlah pengunjung sebanyak-banyaknya, para orang kaya Madinah berebut jamaah dengan menyewa sales. Ada orang-orang yang menunggu di jalan dan setengah memaksa agar mau berkunjung ke tempat mereka. Untuk menikmati hidangan buka puasa yang disediakan. Jamaah yang menikmati dari berbagai negara mulai dari Mesir, Pakistan, Afrika, India, dan Asia Tenggara. Hal ini menjadi tradisi bagi mereka. Bahkan, menjadi momen yang ditunggu seperti halnya acara Muludan di Kasepuhan Cirebon. Mereka mencari ladang pahala bulan Ramadan dengan musim haji. Tiada henti hampir setiap lima langkah, ada orang berbagi. Mulai dari hanya air putih, buah, nasi lengkap, kurma dan paket semuanya plus susu yogurt. Semua grattis. Bahkan mereka menyewa sales untuk mengajak secara tegas, karena saya tidak ingin memakai kalimat agak memaksa, agar yang lewat mau berbuka di tempat yang mereka sediakan. Semuanya gratis. Ingat paksaan mereka untuk saya datang ke tempat yang mereka sediakan untuk berbuka, saya jadi teringat makam Sunan Gunung Jati. Banyak yang berebut juga. Tetapi mereka meminta, bukan memberi. Sedangkan di Madinah, mereka memaksa untuk kita menerima pemberian. Jika ini terjadi di wilayah III Cirebon, ukhuwah Islamiyah dan kedamaian sangat terasa. Jika tidak mampu, setidaknya berikan hak masyarakat sepenuhnya. Semoga Ramadan kita penuh berkah dan kebaikan. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: