Prancis Butuh Alasan untuk Berpesta Malam Ini

Prancis Butuh Alasan untuk Berpesta Malam Ini

Oleh : Kurniadi Pramono JARAK dari ibukota Paris ke kota pantai di sisi tenggara Prancis, Marseille, hampir delapan ratus kilometer. Jauhnya hampir sama antara Jakarta ke Surabaya. Kota yang menghadap laut tengah Mediterania itu tampaknya sudah bersiap diri, menggelar pesta malam ini. Sekitar 1 juta orang penghuni Marseille bersama 65 jutaan orang lainnya di seluruh Prancis, cuma butuh satu asalan sederhana untuk melakukannya, yakni kemenangan atas Albania. Tapi nanti dulu. Mari singkirkan saja anggapan bahwa perseteruan Prancis versus Albania ini seperti gajah lawan semut. Ini partai seimbang yang akan berjalan keras, tidak mudah bagi keduanya meraih 3 angka. Benar, Prancis yang kini leading di Grup A dengan 3 poin dari kemenangan dramatis atas Rumania, memastikan akan lolos ke 16 besar manakala menundukkan Albania di Stade Velodrome Marseille, dinihari nanti WIB. Yang artinya juga, jika kekalahan itu menjadi kenyataan untuk Albania, maka mereka juga akan check-out sehabis putaran akhir grup, 21 Juni nanti seusai melawan Rumania. Bagi yang menyaksikan bagaimana penampilan Albania tatkala ditundukkan Swiss di laga awal, pasti akan bilang kekalahan itu cuma soal ketidakhokian semata. Gugup di lima menit pertama, berujung gol cepat dari Fabian Lukas Schar, hasil umpan memikat Xherdan Xhaqiri, toh tidak membuat Albania runtuh mental. Ditambah kesialan kartu merah sang kapten, Lorik Cana, Albania justru makin solid bahkan nyaris menyamakan kedudukan di 15 menit terakhir. Catatan yang bisa didapat dari anak-anak asuh Gianni de Biassi dari Italia ini, Albania bukanlah tim kacang penggembira seperi banyak dugaan sebelumnya. Ini tidak main-main, Prancis lawan tandingnya nanti, pernah merasakan betapa sakitnya sengatan Albania ketika mereka dikalahkan satu gol pertengahan tahun lalu. Bicara materi, Prancis yang tengah move-on dalam teori siklus 16 tahunan setelah juara Eropa 1984 dan tahun 2000, saat ini punya generasi emas ketiga setelah era Michels Platini dan Zinedine Zidane. Didier Deschamps punya banyak stok pemain hebat dalam rentang usia komplet di empat lininya, mulai dari penjaga gawang, back, midfielder sampai penyerang, yang berumput di liga mewah Eropa, mulai dari Ligue-1 Prancis, sampai ke La Liga Spanyol , Premier League Inggris, Bundesliga Jerman hingga Serie-A Italia. Hugo LLoris, Paul Pogba, Olivier Giroud, Antoine Griezmann, Patrice Evra, Raphael Varane, Bacary Sagna, Yohan Cabaye, N’Golo Kante, Blaise Matuidi, dan yang tengah bersinar terang. Dimitri Payet adalah pemain yang punya teknik luar biasa. Hitung-hitungan asal, mengesampingkan x-factor, setidaknya tim ini pantas tembus hingga semifinal, final bahkan juara. Tapi pengalaman membuktikan, tidak ada tim yang sempurna. Kelemahan dan titik kekalahan banyak terjadi di balik nama-nama pemain bintang, pun bisa saja terjadi di atas kepercayaan diri yang terlalu tinggi. Malah sebaliknya, kemenangan dan kejayaan kadang diraih hanya dengan satu alasan kecil. Keberuntungan atau alasan sentimental contohnya, seperti keinginan memberikan pesta “kecil” untuk pendukungnya yang sudah 16 tahun menantikan. Pesta yang dinantikan seluruh rakyat Prancis ini, mungkin juga akan sangat ampuh meredam gejolak sosial yang terjadi. Konon kemenangan awal atas Rumania, memberikan bunga segar kepada seluruh rakyat Prancis. Mereka yang terlibat langsung dengan aksi demo dan pemogokan, seketika berhenti dan bekerja kembali memutar roda kehidupan selayaknya tuan rumah yang baik dan hangat. Ini sangat melegakan Francois Hollande dan jajaran kepemerintahannya. Mereka bisa lebih berkonsentrasi dalam tindakan preventif terhadap ancaman nyata terorisme atau meredakan kebrutalan para pendukung yang berulah membuat kerusuhan di beberapa titik vital. Barangkali menarik juga memprediksi apa yang akan terjadi seandainya tuan rumah kalah. Belum kiamat memang, karena mereka masih bisa fight di partai terakhir melawan Swiss, yang notabene lebih padat berisi daripada Albania. Peta kekuatan atau klasemen Grup A juga sangat bergentung kepada hasil Rumania melawan Swiss yang berlangsung tiga jam sebelumnya di Parc des Princes. Rumania dan Albania yang kalah di pertandingan awal, masih belum kehilangan hak membalikkan keadaan. Semuanya masih mungkin, apalagi menilik janji dari dua pelatih tim ini, Anghel Iordanescu (Rumania) dan Gianni de Biassi (Albania) yang memastikan nasib keempat penghuni grup ini baru bisa ditentukan pada menit ke-270, menit terakhir dari tiga laga penyisihan. Dan jangan juga dilupakan fakta, seperti juga kemenangan Swiss atas Albania, kejayaan Prancis atas Rumania di laga pembuka, diperoleh dengan susah payah. Memang, emapt penghuni grup ini membuat kejutan dengan sama-sama tampil “menggila” di 90 menit awal. Albania dan Rumania yang sedari awal diteropong bakal main aman dengan pola bertahan, justru turun lapangan dengan determinasi tinggi dan ambil kendali penyerangan lebih dulu dari lawannya. Jadi kalau dua pertandingan malam dan dinihari nanti belum bisa menuntaskan pertanyaan siapa yang bakal lolos ke perdelapan final, ini menjadi bukti bahwa sepak bola bermutu selalu enak dinantikan dengan getaran adrenalin bukan saja bagi pemain dan pelatihnya, tapi juga untuk penontonnya. (*)          

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: