Italia vs Swedia, Ganti Rencana Lagi
TOULOUSE – Nama Italia mungkin paling harum selama matchday pertama Euro 2016 ini. Tim juara dunia empat kali tersebut secara meyakinkan melibas negara yang dicap sebagai \'generasi emas\' Belgia dua gol tanpa balas. Tapi, itu baru langkah pembuka. Italia jangan besar kepala dulu. Halangan selanjutnya sudah menunggu. Raksasa Skandinavia, Swedia, bisa jadi pengganjal berbahaya buat Gianluigi Buffon dkk. Malam ini (17/6) di Stadium Municipal, Italia akan berhadapan dengan Swedia dalam matchday kedua Grup E. Kalau Italia menyongsong laga ini dengan konfidensi tinggi, sebaliknya, Swedia resah. Maklum, Swedia ditahan imbang 1-1 oleh Republik Irlandia, Selasa (14/6) lalu. Allenatore Italia, Antonio Conte kepada UEFA kemarin (16/6) mengatakan kalau sekali lagi kemenangan akan memperlancar jalan Italia ke babak selanjutnya. Namun sekali lagi, Grup E yang dijuluki \'grup neraka\' karena ketatnya persaingan bisa menipu prediksi pengamat bola. “Saya kira Italia berada di grup di mana setiap tim berisi pemain-pemain cerdik. Masing-masing punya strategi untuk meloloskan diri dari level grup,” kata pria berusia 46 tahun itu. Seperti yang sudah-sudah, Conte meminta anak asuhnya bermain luar biasa. Sebab, memberikan kemampuan 100 persen tak akan cukup untuk lolos ke fase berikutnya. Penyerang Italia Graziano Pelle seperti ditulis La Gazzetta dello Sport sudah 100 persen fit. Sebelumnya, saat lawan Belgia (14/6), pemain Southampton itu mengalami dislokasi jari kelingking. Menurut Football Italia dalam latihan tertutup kemarin (16/6), ada kemungkinan Conte akan melakukan rotasi untuk tiga nama. Dalam latihan kemarin, wartawan tidak diperkenankan meliput latihan Italia dalam 15 menit terakhir. Nama-nama skuad Italia yang terendus akan menjadi starting XI versi Sky Sport Italia adalah Alessandro Florenzi, Thiago Motta, dan Simone Zaza. Motta akan menggantikan gelandang AS Roma Daniele De Rossi. De Rossi akan dirotasi dan disimpan untuk laga pemungkas Italia lawan Republik Irlandia (23/6) mendatang. Lantas, Simone Zaza akan masuk dalam starter menggantikan penyerang Inter Milan, Eder. Pemain berdarah Brasil-Italia itu kurang memberikan kontribusi maksimal pada laga pembuka lawan Belgia. Lantas Florenzi akan mengisi pos Matteo Darmian di wing back kanan. Sejatinya masih ada wing back AC Milan Mattia De Sciglio yang akan bersaing dengan Florenzi mengisi pos itu. Di sisi lain, dari analisis Andrea Tallarita di Football Italia kemarin (16/6) mengatakan, pergantian itu bukan tanpa sebab. Dan, salah satu kelemahan fundamental Italia dalam laga versus Belgia adalah masalah passing. Di matchday pertama, total angka passing Italia mungkin yang terendah di antara para tim unggulan. Italia melalukan 392 umpan. Sementara Prancis 519, Jerman 661, Spanyol 681, atau Belgia 513. Masalahnya, rendahnya angka umpan Italia ini tidak berbanding lurus dengan akurasi. Akurasi umpan Italia lawan Belgia lalu hanya 76 persen. Atau hanya sekitar 297 umpan yang tepat. Sisanya 95 umpan off target. Lalu Jerman dan Spanyol akurasi umpannya mencapai 89 persen. Dengan angka di atas, kalau dirata-rata maka kerja sama pemain-pemain Italia meleset satu per empat kali umpan. Sementara Jerman dan Spanyol meleset sekali per sepuluh umpan. Akan tetapi, kekuatan Italia jika dibandingkan Jerman maupun Spanyol adalah jauhnya jarak umpan yang dilakukan para pemain Italia. Rata-rata umpan jauh Italia berkisar di angka 19,21 meter. Sedang Jerman 16,62 meter lalu Spanyol 16,63 meter. Sebagai salah satu solusinya adalah memakai pemain berkarakter playmaker seperti Lorenzo Insigne. Dibandingkan Graziano Pellé, Antonio Candreva, dan Eder, pemain Napoli itu punya angka terbaik. Rata-rata, assist per laga Insigne adalah 0,27. Bandingkan dengan Pelle (0,2), Candreva (0,1), dan Eder (0). Juga key passes per laga Insigne superior ketimbang tiga nama yang menjadi motor serangan Italia lawan Belgia. Musim 2015-2016 di Napoli, Insigne rata-rata melakukan 1,49 key passes per laga. Pelle (1,03), Candreva (1,1), dan Eder (0,29). Kemudian peluang dibuat per laga rata-rata Insigne juga tinggi 1,76. Pelle (1,23), Candreva (1,2), dan Eder (0,29). Dengan menempatkan Insigne di belakang dua penyerang, maka formasi 3-5-2 yang jadi andalan beradaptasi menjadi 3-4-1-2. Dan meskipun belum pasti hasilnya akan memenangkan Italia, setidaknya menurut analisis Andrea Tallarita akan ada alternatif di lini depan Italia. Tak seperti Belgia yang agresif menekan, maka pasukan Erik Hamren ini atak lebih banyak menunggu. Bukan menekan hingga ke daerah lawan, namun Swedia akan menunggu di daerah sendiri sambil melihat celah counter attack. Serangan Swedia lewat flank lalu diakhiri dengan sebuah tembakan atau sundulan kapten sekaligus nyawa Swedia, Zlatan Ibrahimovic patut diwaspadai. Karena itu, apakah Italia akan mengambil inisiatif serangan atau menunggu diserang menentukan hasil akhir laga. Sementara itu, pelatih Swedia Erika Hamren kepada AFP mengatakan, hasil imbang 1-1 dari Republik Irlandia tak bisa disalahkan kepada Ibra, sapaan Zlatan Ibrahimovic, seorang. “Sebagai seorang penyerang, Anda membutuhkan bantuan dari rekan-rekan setim. Sistem penyerangan kami tidaklah begitu apik dan dalam 50 laga lawan (Republik) Irlandi kami tak menghasilkan banyak peluang,” kata Hamren. Hamren senang melawan Italia yang pada laga perdana menang 2-0 atas Belgia. Dengan adanya sedikit overconfidence di pikiran para pemain Italia, justru akan lebih mudah mengalahkan mereka. Gelandang Swedia, Albin Ekdal kepada The Guardian kemarin mengatakan, para bek Italia menjadi kunci kekuatan kemenangan Gli Azzurri, julukan Italia. Apalagi bek-bek seperti Giorgio Chiellini sangat pandai mempermainkan emosi pemain yang dijaganya. Provokasi-provokasi kecil yang biasa dilakukan bek Juventus itu akan membuat kuping lawan merah. “Italia lebih kuat dibandinmgkan yang kami kira sebelum laga lawan Belgia dimulai,” ucap pemain 24 tahun itu. (dra).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: