Nasib Sanches di Tangan Santos 

Nasib Sanches di Tangan Santos 

Oleh : Kurniadi Pramono DITURUNKAN pelatih Fernado Santos di menit ke-70 menggantikan Joao Moutinho, the rising star Renato Sanches ternyata masih belum mampu memberikan kemenangan Portugal atas Islandia. Namun, 20 menit itu berarti sangat signifikan untuk permainan Portugal. Selain rekor pribadi untuk Renato Sanches sebagai debut pemain termuda dalam sejarah Portugal, memang gairah permainan terbuka Portugal serasa hidup kembali, melalui gerakan baik dengan ataupun tanpa bola yang dilakukan Renato Sanches. Halnya skor akhir 1-1 dengan Islandia, memang membuat shock pendukung Cristiano Ronaldo dan kawan-kawan. Maklum, mereka tidak menyangka lawannya yang datang dari belahan kutub es ketiga itu, ternyata memberikan perlawanan seimbang kendati fakta statistik sebetulnya mengemukakan angka 70:30 untuk penguasaan pertandingan bagi Portugal. Melihat kontribusi sangat nyata dari Renato Sanches, pelatih Fernando Santos dinilai terlambat memainkannya. Kalau saja Renato Saches dimainkan 25 menit lebih awal, hasilnya bisa berbeda sama sekali. Padahal seperti yang diharapkan banyak orang, Portugal semestinya meraih 3 angka dari Islandia. Sebab di atas kertas, Islandia ada di level lebih rendah daripada Austria atau Hongaria. Dinihari nanti, Portugal merumput lagi kali kedua. Kali ini berseteru dengan Austria yang masih belum menabung poin karena kalah tipis 0-1 dari Hongaria di laga awal. Apabila draw kembali bahkan kalah dari Austria di laga yang dimainkan di Stadion Parc des Princes Paris, maka peluang Portugal untuk bisa lolos ke babak knock out akan semakin tipis. Termasuk lewat jalur jackpot sebagai salah satu dari empat tim terbaik di urutan ketiga. Portugal butuh terobosan dan keberanian dari pelatihnya Fernando Santos. Dia harus berani mengubah taktik dengan penempatan dua sayap dan setidaknya empat gelandang serang. Pertahanan Austria juga terlihat ketat dan teroganisir rapi, kendati mereka sial kalah 0-2 dari Hungaria di pertandingan pertama. Kwatet back Dragovic, Hinteregger, Cristian Fuchs dan Florian Klein sebetulnya tampil prima selama 90 menit. Kebobolannya gawang Robert Almer dua kali, lebih dikarenakan kelengahan gelandang Martin Harnik dan David Alaba yang seolah lebih rajin menyerang daripada waspada membantu Julian Baumgartinger dan Zlatko Junuzovic di daerah pertahanan. Bukan tak mungkin Fernando Santos akan menurunkan Renato Sanches sebagai starting eleven dinihari nanti. Gaya main Renato Sanches sekilas mirip dengan pergerakan ala Edgar Davids (Belanda), walaupun seberani Gennaro Gattuso (Italia). Tipe pemain seperti Renato Sanches, betul-betul dibutuhkan untuk memecahkan kebuntuan serangan Portugal apabila Cristiano Ronaldo dan Luis Nani ditempel ketat sehingga mati angin. Ronaldo dan Nani, dua senior yang sebenarnya sudah saling mengenal karakter, memang efektif dalam memberikan gangguan lawan di sektor sayap. Namun keduanya punya kelemahan yang sama, sering terburu-buru dalam finishing touch serta gampang frustrasi saat mereka ditempel ketat. Kadang juga mengherankan, Cristiano Ronaldo bisa tampil enjoy saat bermain utnuk Real Madrid. Bisa memainkan bola dengan mempertontonkan kehebatan individu yang tiada duanya. Banyak back lawan yang dibuat malu dan marah saat mengawalnya. Pada saat mengenakan kostum Los Galacticos, Ronaldo juga tidak terlihat egois, dia pandai mengalirkan bola ke rekan-rekannya yang lebih berpeluang dengan posisi bebas di daerah pertahanan lawannya. Namun tatkala menyandang pemain nasional dengan balutan kostum negara, Ronaldo justru sepertinya merasa tidak mendapat dukungan sekaligus tidak mau mendukung rekan-rekannya. Ronaldo seolah tidak mau menyatu dalam satu jiwa. Pun dengan Luis Nani yang tampak canggung mengolah bola. Dia seakan kehilangan nyali di bawah bayang-bayang Ronaldo. Itulah sebabnya. dengan kondisi kritis seperti itu, pelatih Fernanto Santos harus berani ambil keputusan untuk memainkan Renato Sanches lebih awal. Portugal mungkin juga sangat membutuhkan tenaga bugar Ricardo Quaresma untuk menjembatani aliran bola dari Pepe, Carvalho, Vieirinha, dan Guerreiro. Empat pemain belakang ini juga menjadi titik kelemahan bagi Portugal saat mendapat serangan cepat, terutama dengan lintas bola atas. Mereka seringkali kalah duel dan melakukan kesalahan dengan bola atas, sehingga mengakibatkan kiper Patricio harus mengambil risiko keluar posisi aman. Tapi dengan jam terbang yang lebih daripada sekadar cukup, Pepe selayaknya bisa ambil inisiatif untuk mengambil alih kendali di sektor buritan. Kecapatan serangan balik Austria, sebenarnya tidak terlalu menakutan kalau saja Pepe dan Carvaldo bermain lugas dan tegas. Persaingan sengit di Grup F ini, juga terjadi beberapa jam sebelum Portugal menghadapi Austria, yakni Hungaria yang akan diuji oleh “kebekuan” Islandia. Namun tampaknya hal yang ditakutkan Hongaria di bawah komando pelatih Bernd Storck adalah taktik bertahan tutup rapat Islandia, seperti yang mereka terapkan saat menahan Portugal. Kalau cara jitu itu dimainkan kembali, Hungaria harus tampil all-out dengan tabungan 3 poin yang sudah mereka miliki. Lolos ke perdelapan final saat ini, atau justru tak akan lolos jika harus risiko menunggu pertandingan terakhir. Kalah satu seri di partai ini, tak akan menghentikan detak jantung Hungaria, tapi jika mereka menambah 3 poin, itu artinya mereka telah sampai ke perempat final. Sementara bagi Islandia sendiri, tidak kalah dari Portugal dan Hungaria, tentulah prestasi luar biasa bagi pelatih asal Swedia, Lars Lagerback. Islandia tinggal beradu nasib di laga terakhir melawan Austria. Euro 2016 ini festival pertama bagi Birkir Bjarnason dan rekan-rekannya. Jadi tak salahnya buat mereka untuk cari muka lebih dulu kali ini. (*)      

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: