Mendung Makkah dan Bulan Purnama Cirebon

Mendung Makkah dan Bulan Purnama Cirebon

Perjalanan Umrah Ramadan dan Lebaran Radar Cirebon Group Bersama Salam Tour (10) Kebersamaan jamaah Salam Tour selama umrah sangat terasa. Seperti keluarga besar. Saling menjaga dan menyayangi. Setelah sembilan hari bersama, perpisahan menjadi bagian yang harus dijalani. Laporan YUSUF SUEBUDIN SEJAK keluar dari hotel di Makkah, suasana haru menyelimuti. Terlihat dari wajah setiap jamaah. Inilah kehidupan. Hanya tentang siapa yang meninggalkan dan siapa yang ditinggalkan. Sedih rasanya harus meninggalkan bumi suci Makkah-Madinah. Namun, sejauh apapun melangkah, kampung halaman tempat terindah. Saya harus kembali. Rombongan jamaah umrah Salam Tour yang bersamaan dengan saya, datang dari beragam latar belakang dan usia. Banyak diantaranya berusia lanjut. Di atas 65 tahun. Bahkan ada yang berusia 76 tahun. Meskipun sudah berumur, semangatnya masih seperti layaknya pemuda 25 tahunan. Pantang menyerah dan seolah tidak kenal lelah. Ibadah umrah terdiri dari rangkaian kegiatan yang melibatkan fisik. Seperti, tawaf dan sai yang cukup melelahkan. Belum lagi, perjalanan dari hotel menuju Masjidilharam. Jaraknya sekitar 700 meter.  Kondisi itu ditambah dengan cuaca di Makkah yang berbeda dengan Indonesia. Hal ini perlu adaptasi. Rangkaian ibadah fisik dimulai sejak awal, saat masih di Madinah. Jika dibandingkan, rangkaian ibadah di Makkah lebih melelahkan. Karena didalamnya ada tawaf dan sai. Ada persamaan antara suasana menjelang buka puasa di Madinah dan Makkah. Sama-sama banyak yang bersodaqoh. Mulai dari makanan, sajadah sampai pakaian. Pada sisi lain, adapula perbedaan yang cukup mencolok. Saat di Madinah, saya tidak menemukan pengemis. Sedangkan saat di Masjidilharam, ada pengemis. Jumlahnya tidak banyak. Kurang dari 10 orang. Walaupun otoritas Masjidilharam melarang memberikan apapun kepada pengemis. Sebelum meninggalkan Kota Makkah, kami melakukan tawaf wada. Perpisahan dan berharap dapat kembali. Sejak subuh sampai bus rombongan meninggalkan Kota Makkah pada sekitar jam 11 siang Waktu Arab Saudi, matahari hari itu tidak nampak. Cuaca seperti mendung. Hal ini baru saya rasakan sejak pertama kali menginjakan kaki di Makkah-Madinah. Mendungnya cuaca Makkah saat saya dan rombongan beranjak pergi, sama dengan suasana batin kami. Sedih harus meniggalkan tempat penuh keberkahan. Sebelum ke Bandara Jeddah, rombongan Salam Tour menyempatkan melihat masjid Terapung di Jeddah. Masjid Terapung itu bernama Ar-Rahmah. Jamaah umrah dan haji Indonesia selalu penasaran dengan masjid ini. Dalam pengamatan saya, masjid yang berada di tepian laut merah itu tidak benar-benar terapung. Ada puluhan tiang beton dengan diameter sekitar satu meter yang menyangganya. Dari kejauhan tiang penyangga itu nampak. Tapi, itulah daya tarik bahasa. Kalimat Masjid Terapung itu yang membuat orang penasaran. Walaupun saat berkunjung tidak sesuai harapan. “Saya kira masjid terapung itu diatas laut. Ternyata ada penyangganya,” ujar Saidin, jamaah umrah asal Tangerang yang bertemu saya di masjid Terapung. Lepas dari itu, masjid ini berdiri sebagai wujud bakti seorang anak kepada ibundanya. Masjid Terapung adalah penamaan jamaah haji umrah dari Indonesia. Aslinya bernama Masjid Ar-Rahmah. Nama ibunda dari orang yang membangun masjid Terapung. Seusai dari masjid Terapung, rombongan langsung ke Bandara Internasional Jeddah. Bandar udara ini biasa digunakan untuk jamaah haji. Menurut Direktur Salam Tour Ustadz Dede Muharam Lc, pemerintah Arab Saudi membuat aturan baru. Jamaah umrah pulang dari Bandara Jeddah terminal khusus haji. Baru kali ini kebijakan itu dibuat. Rombongan saya termasuk orang-orang yang pertama merasakan kebijakan tersebut. Pesawat Saudi Airlines yang sedianya membawa rombongan ke Indonesia pukul 21.00 waktu Arab Saudi, delay hingga dua jam. Pukul 23.00 pesawat yang membawa kami terbang ke Indonesia. Perjalanan 10 jam harus dilalui. Sahur pun di dalam pesawat. Pesawat mendarat dengan selamat di Bandara Internasional Soekarno-Hatta pada sekitar pukul 14.00 WIB. Rombongan jamaah Salam Tour keluar dari bandara sekitar pukul 15.00. Kemacetan Jakarta membuat laju kendaraan terhambat. Meskipun lewat tol dalam kota. Magrib baru masuk rest area wilayah Bekasi. Kami berbuka dan salat. Perjalanan dilanjutkan. Kebetulan, malam itu (Senin, 20/6), bulan purnama nampak penuh. Cahayanya menerangi jalanan tol Cipali. Tidak hanya bulan purnama, rintik hujan menemani perjalanan kami. Alhamdulillah, kami sampai di gedung Andalusia dengan selamat. Lahir dan batin. Terimakasih kepada Radar Cirebon dan Salam Tour atas kesempatan dan pengalaman yang diberikan. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: