Minggir, Jangan Halangi Kroasia!
Oleh : Kurniadi Pramono KALAU diizinkan curiga dan sedikit berprasangka buruk, mungkin Kroasia (bersama dengan Inggris) adalah dua tim yang paling banyak didoakan oleh seluruh rakyat Prancis untuk segera kalah di fase gugur ini, agar mereka langsung angkat koper dan minggat dari Euro 2016. Masalahnya pendukung fanatik mereka, para hooligan anarkis yang kerap melakukan aksi vandalisme itu sangat meresahkan. Selalu membuat onar dan dinilai kontraproduktif. Tapi sialnya, tim Kroasia asuhan Ante Cacic justru sedang menanjak performanya, apalagi setelah mereka menjuarai Grup D dengan raihan aksi mengkilap saat mengalahkan juara bertahan Spanyol 2-1. Dilema memang. Di saat Euro 2016 memasuki fase gugur dan tinggal menyisakan 15 pertandingan saja, kita sungguhlah membutuhkan tim berkualitas tinggi seperti Kroasia daripada sekadar “hanya” Portugal. Maka wajar saja kalau kemudian timbul harapan yang terungkap seolah jangan ada sesuatu yang menghalangi jalan Kroasia ke delapan besar. Dengan determinasi tinggi tipikal tim-tim militan dari Eropa Timur, Kroasia sudah membuktikan sekali lagi kepada dunia bahwa mereka benar tak bisa dianggap remeh. Raihan Davor Suker dan rekan-rekannya 18 tahun lalu sebagai semfinalis di Piala Dunia France 1998, membangkitkan kenangan indah. Hal itu terlihat lagi manakala Ivan Perisic dan sang kapten Darijo Srna bermain sangat taktis dan efisien, membuat 11 pemain berpengalaman di tim Spanyol dijadikan seperti tim anak SMA yang baru belajar menendang bola. Pendeknya, mengenyampingkan faktor isuk-sore dan angin-anginan, yang terus terang sering berlaku di tim Eropa Timur, maka rugi besar seandainya Kroasia tidak hadir di semifinal Euro 2016 ini, atau setidaknya di perempat final. Melawan Portugal, tim yang seolah masih belum juga menginjak bumi, Kroasia selayaknya lebih diunggulkan. Apalagi konon ikon mereka, gelandang Luca Modric siap tampil dinihari nanti. Berseberangan di kubu Portugal, entahlah apa yang ada dalam benak Cristiano Ronaldo, setelah Selecao Das Quinas disindir sangat pedas dengan julukan Tim Ajaib, The Real Wonder Team oleh pers dunia yang meliput Euro 2016. Pasalnya, tim yang ditangani pelatih Fernando Santos itu adalah satu-satunya konstestan perdelapan finalis yang lolos ke 16 besar tanpa satu kalipun menang di babak penyisihan. Dan maaf, sialnya lagi, dinihari nanti Portugal harus berhadapan dengan kekuatan yang mengerikan dari semenanjung Balkan Eropa Timur, Kroasia yang ganas itu. Melihat situasi kurang kondusif di kubu Portugal, perlu terobosan keberanian pelatih Fernando Santos. Hanya memainkan 20 menit Renato Sanches di laga awal melawan Islandia, kendati secara signifikan memengaruhi performa tim secara keseluruhan, entah kenapa bintang muda Bayern Muenchen itu tak lagi diturunkan di laga melawan Austria, dan hanya main setengah babak terakhir saat Portugal menahan Hungaria 3-3. Kalau saja Fernando Santos menaruh Renato Sanches sebagai starting eleven pada line-up melawan Kroasia dinihari nanti, bisa jadi kerja para defender seperti Vieirinha, Pepe dan Carvalho sedikit menjadi lebih ringan. Tipe main Renato Sanches rajin menjemput bola ke belakang dan tak ragu menerobos ke depan untuk membuka ruang Nani dan Ronaldo. Pemain muda berambut gimbal ala Ruud Gullit itu juga diperkiarakan akan menjadi tandem sepadan bagi Quaresma dan Mautinho. Namun pelatih Fernandoi Santos selalu berpikir lain dengan tidak pernah mau menumpuk tiga gelandang itu bersamaan dalam satu skema. Plus minus Kroasia dan Portugal dalam jumlah-jamlehnya, pada akhirnya memang menjadikan dua tim ini punya peluang sama. Apalabila penampilan angin-anginan Kroasia kumat atau kambuh lagi, dan keperkasaan kuda hitam Portugal tiba-tiba merangsak, maka bukan tak mungkin laga sepadan ini harus diselesaikan lebih dari 90 menit, atau bahkan sampai ke rolet nasib adu penalti. Namun apapun yang terjadi dalam perang taktik antara Cacic dan Santos nanti, pemenang antara Portugal atau Kroasia, akan melaju ke perempat final untuk bersiap menghadapi Swiss atau Polandia. Disinilah uniknya. Banyak pengamat di kolom media (dan bursa taruhan) mengatakan bahwa pemenang antara Kroasia dan Portugal, pasti akan sampai ke babak semi final. Ini seolah meniadakan peluang Swiss atau Polandia. Padahal pertandingan antara Swiss dan Polandia sendiri, sudah tentu diketahui hasilnya beberapa jam saja sebelum kick-off Kroasia Portugal. Satu lagi pertandingan menarik akan terjadi nanti malam, di antara Swiss versus Polandia dan Kroasia kontra Portugal, yakni semi big-match serumpun antara Wales dan Irlandia Utara. Melihat kiprah mereka dalam tiga laga penyisihan, tentu saja kalau mau wajar, Gareth Bale dan kawan-kawannya lebih pantas diunggulkan daripada yang lolos hanya dengan modal sekali kemanangan atas Ukraina. Namun bila sedikit lebih jauh melihat fakta kualifikasi, Irlandia Utara yang diasuh Michael O’Neil berhasil leading dengan meninggalkan Romania dan Hongaria. Tim ini, seperti juga Irlandia dan Skotlandia, sering menyulitkan lawan yang terlanjur meremehkan gaya main kick and rush yang dianggap sudah kuno dan ketinggalan zaman. Irlandia Utara adalah satu di antara tim yang masih memakai cara main bola panjang diagonalitik, bertenaga sekaligus menguras stamina lawan. Hanya saja, cara seperti itu tak bakal mempan diterapkan kepada Wales yang pakem mainnya juga setali tiga uang. Namun, kharisma Gareth Bale tentu lebih banyak mendominasi bursa taruhan, yang artinya Wales tim Sang Naga itu lebih dijagokan masuk ke delapan besar. Apalagi mereka menjuarai Grup B dengan meninggalkan Inggris, Slovakia dan Rusia. Inggris yang mengalahkan mereka, dibuat gigit jari dengan fakta bahwa mereka melumbungkan poin lebih banyak dengan dua kali kemenangan bersejarah atas Slovakia dan Rusia. Jika benar Wales tak terbendung, mereka akan berhadapan dengan kekuatan dua raksasa, antara Hungaria atau Belgia. Siapa tahu faktor hoki sekali lagi membuktikan kedigdayaannya daripada perhitungan taktikal atau materi teknis pemain. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: