Polandia dan Portugal, Partai Tikungan Tajam
Oleh: Kurniadi Pramono LOLOS dari perangkap Swiss dan Kroasia di perdelapan final, Polandia dan Portugal akan bertemu dalam perempat final, dinihari nanti di Stadion Velodrome, Kota Marseille. Dua tim kategori underdog ini memperebutkan tiket semifinalis pertama pada Euro 2016. Ibarat reli seru menjelang garis finis, dua tim non unggulan ini bagaikan dua mobil yang tancap gas di tikungan tajam. Konsistensi Polandia versus kebangkitan Portugal. Sejauh ini, prestasi Polandia bisa mendarat di 8 besar Euro adalah yang terbaik bagi mereka. Bahkan raihan ini melebihi hasil yang mereka dapatkan saat menjadi tuan rumah bersama Ukraina, 4 tahun lalu. Arti singkatnya, Polandia dianggap telah memenuhi “target” tak resmi untuk lolos dari penyisihan, bahkan sekarang mereka dinilai pantas berpredikat semifinalis. Terus terang ini melebihi ekspektasi yang pernah dibebankan kepada dua generasi terbaik Polandia sebelum Robert Lewandowski. Legenda Polandia Grzegorz Lato (Piala Dunia 1974 di Jerman Barat) dan Zbigniew Boniek (Piala Dunia 1982 di Spanyol). Beban berat Lewandowski dan kawan-kawan di Euro ini sedikit demi sedikit mulai terasa ringan. Lolos dari grup dengan kemenangan tipis atas Irlandia Utara dan Ukraina, bahkan menahan Jerman 0-0, sudah jelas dianggap prestasi konsisten. Polandia pun menghentikan perlawanan paling sengit dari Swiss hingga ke babak adu penalti. Kalaupun ada masalah non teknis yang dianggap masih menjadi beban adalah belum terciptanya gol dari Lewandowski. Pemain bintang Bayern Muenchen di Bundesliga Jerman ini sepertinya belum on-track dalam atmosfer Euro 2016. “Namun tinggal tunggu waktu saja,” ujar pelatih Adam Nawalka terdengar seperti sebuah ancaman. Sebaliknya, di kubu lawan, Portugal lebih banyak dihadapkan “masalah”. Dari mulai tabiat Cristiano Ronaldo yang temperamental, membuatnya dikecam publik. Hanya karena tersinggung ketika ditanya soal persiapannya menjelang pertandingan, dengan arogan megabintang yang dikenal dengan istilah CR7 itu melemparkan mikrofon wartawan ke dalam danau yang ada di sampingnya. Hal-hal insiden kecil seperti itulah, yang sebenarnya sangat ditakutkan oleh para manajer atau pelatih. Bukan cuma itu, masalah non teknis kerap melanda Portugal. Konon ada kedisharmonisan di antara para pemain, mereka juga kerap terlihat egois di lapangan. Hal ini malah membuat tampilan sisi teknis mereka yang sebenarnya di atas rata-rata, menjadi tak terlihat. Sebenarnya bicara masalah teknis, setiap manajer pasti sudah tahu seperti apa keputusannya saat dia memanggil masuk seorang pemain ke dalam timnya. Namun yang biasanya gagal dimengerti oleh para pelatih, adalah kondisi psikis para pemainnya. Perselisihan antarpemain atau pemain dengan pihak ketiga termasuk dengan wartawan atau petugas hotel pun, bisa saja sangat memengaruhi hasil yang akan diperoleh tim tersebut. Fernando Santos, manajer Portugal di Euro 2016 ini bukan pelatih kemarin sore. Dia bahkan berpengalaman membawa tim nasional negara lain, Yunani di Euro edisi empat tahun lalu. Fernando Santos dinilai berhasil, dianggap kapten kapal yang mampu mempertahankan armadanya. Menerima kemudi dari Paolo Bento yang tak becus di kualifikasi, Fernando Santos mampu bersandar di pelabuhan tujuan utama, lolos ke Prancis. Soal gaya main kesukaannya yang cenderung bertahan, sebenarnya tidak cocok dengan kondisi atmosfer yang biasa dirasakan Cristiano Ronaldo di klubnya, Real Madrid. Namun toh Portugal seperti yang diduga di awal turnamen, akan lolos ke fase gugur 16 besar. Hanya saja, caranya lolos dengan tiga kali seri tanpa sekalipun meraih kemenangan di Grup F, melahirkan pertanyaan tentang kualitas tim ini sebagai perempat finalis. Kemenangan tipis 1-0 atas Kroasia di perdelapan final, belum menjawab tuntas pertanyaan di atas. Gol Quaresma dianggap berbau keberuntungan. CR7 berniat membuat gol, namun tendangannya mentah, rebound di posisi menguntungkan Quaresma. Sungguh menyakitkan karena hingga kini, Portugal dianggap tim paling “kebetulan”. Portugal dianggap lebih hoki semata jika dibandingkan Albania di Grup A dan Turki di Grup D. Namun bagi 11 juta rakyat Portugal, hasil draw 3-3 yang didapatkan dari Hungaria, memberikan sedikit “harapan” bahwa sebenarnya tim ini ibarat bom waktu yang tinggal tunggu saat kapan tepatnya untuk diledakkan. Arah ke harapan itu semakin nyata. Kroasia yang sebenarnya lebih solid dan secara menyeluruh lebih diunggulan di semua rumah taruhan, malah tak mampu membuahkan gol di 120 menit. Namun, pelatih Kroasia, Ante Cacic justru memuji penampilan Portugal yang memulangkan timnya dari Prancis. Bahkan dia memprediksi Portugal akan sampai ke final. Portugal dinilainya sebagai tim luar biasa lantaran bisa bertahan mengunci daerah pertahanannya. Pepe dan Carvalho diacungi jempol oleh Cacic. Rekor head to head Polandia-Portugal juga sedikit berpihak kepada CR7 dkk. Dari 10 kali pertemuannya, Portugal unggul tipis empat kali menang, sedangkan Polandia baru tiga kali menang, sisanya seri. Hal ini juga bisa memetakan betapa pertandingan dua kuda hitam ini akan menghasilkan tontonan bermutu, kendati ada kekhawatiran mereka akan bertarung dengan keras bahkan kasar. Apalagi Fernando Santos dan Adam Nawalka sama-sama diuntungkan kondisi pemainnya yang sama-sama bugar. Sebagai catatan tambahan, pelatih Fernando Santos tampaknya sudah mulai percaya, bahwa dimainkannya bintang muda Renato Sanches ternyata berpengaruh secara signifikan pada penampilan Portugal. “Saya telah menemukan jawaban akan kebutuhan tim kami pada diri Sanches,” kata Fernando Santos. Bila pemain belia yang sudah diikat kontrak Bayern Muenchen ini diberi kesempatan, niscaya dia akan banyak merepotkan pertahanan Polandia. Back senior Polandia, Lukasz Piszczek secara samar-samar mengatakan bahwa dia akan kerja keras untuk sangat mewaspadai pergerakan Sanches, terutama droping bola lob-nya ke Ronaldo atau Nani. Menatap ke depan, pemenang pada partai ini akan menunggu Belgia (atau Wales) di semifinal. Di sisa tujuh pertandingan lagi, Euro 2016 ini semakin menegangkan. Dua tim musuh bebuyutan, Jerman dan Italia akan berebut tiket ketiga semifinalis. Jatah terakhir akan dipertandingkan kepada tuan rumah Prancis dan Sang Predator baru, Islandia. Huha, adrenalin ini rasanya akan terus bertingkah. Nikmati sajalah, kalau bisa dengan kopi rendah kalori supaya stamina tetap terjaga. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: