Jamaah Berlarian saat ‘Crane Jatuh’ di Malam Lailatul Qadr
Perjalanan Umrah Ramadan dan Lebaran Radar Cirebon Group Bersama Salam Tour (21) Menyambut malam ke-27 Ramadan yang diyakini waktu turunnya lailatul qadr, jutaan umat Islam dari penjuru dunia tumpah ruah menuju Masjidilharam Makkah, usai salat Magrib, pukul 19.30, Jumat (1/7). Bahkan, penduduk setempat memboyong seluruh keluarganya, termasuk bayi dan orang tua lumpuh, untuk melaksanakan salat tarawih dan witir secara berjamah Laporan PRIYO UTOMO, Makkah BANYAKNYA lautan manusia yang sudah tak tertampung di bangunan lama Masjidilharam, membuat pihak keamanan memblokir pintu masuk King Fahd Gate dan King Abdull Aziz Gate. Sementara, jutaan umat Islam lainnya yang memaksa ingin masuk, dialihkan dan tertahan di kawasan bangunan baru yang pembangunannya terbengkalai akibat insiden jatuhnya Crane beberapa waktu lalu. Meski demikian, masih terdapat sejumlah crane yang masih terpasang di proyek perluasan tersebut. Akibat pintu masuk bangunan baru sebelah barat Umrah Gate terlarang untuk dijadikan tempat salat, membuat antrean panjang hingga memadati jalan Ibrahim Alkhalil, sepanjang kurang lebih setengah kilometer. Mendapat desakan dari jamaah yang sedang emosi, pihak keamanan akhirnya terpaksa membuka blokade akses ke bangunan baru. Sambil menunggu jamaah memasuki area proyek bangunan baru, pengurus Masjidilharam bergerak cepat menggelar karpet tebal di tempat tersebut. Saya sendiri bersama pembimbing Salam Tour, Ismail Saleh Tasja, tertahan di lokasi proyek. Melihat crane-crane berukuran raksasa tersebut, saya merasa was was, dan mengajak Ismail salat di lorong-lorong dekat pintu masuk, agar lebih aman. Saat hendak menggelar sajadah, saya dikejutkan ratusan jamaah yang berada di lokasi crane tadi berlarian, sambil mengucapkan takbir. Bahkan, sejumlah perempuan terlihat histeris sambil menggendong anaknya. Secara spontan, saya juga ikut berlari menuju pintu masuk masjid yang belum selesai pengerjaannya itu. Banyaknya jamaah yang berhamburan masuk ke lorong-lorong proyek membuat lantai bergetar. Usai mengamankan sandal dan sajadah yang tertinggal, saya penasaran melihat ke lokasi kejadian yang terdapat banyak crane. Karena isunya, jamaah berhamburan setelah mendengar suara gemuruh mirip crane roboh. Namun, setelah saya cek lokasi, tak ada satupun crane yang jatuh. \"Mendengar suara gemuruh, mungkin jamaah masih trauma kejadian crane jatuh beberapa waktu yang lalu,\" ujar Ismail sambil menenangkan diri. Saya juga masih penasaran, dari mana sumber suara gemuruh tersebut. Setelah berkeliling di lokasi tersebut, ternyata suara gemuruh berasal dari pintu blokade dekat lokasi crane, yang didorong jamaah, akibat gesekan dengan puluhan pihak keamanan yang menahan mereka masuk. Setelah mengetahui fakta sebenarnya, jamaah pun diminta pihak keamanan kembali ke tempat semula. Karena, lima menit lagi salat Isya akan segera dilaksanakan. Dengan perasaan khawatir, jamaah terpaksa salat Isya hingga terawih di lokasi semula. Usai salat tarawih pukul 23.30 waktu Makkah, saya memutuskan kembali ke tempat penginapan. Mengingat salat malam dan witir biasanya akan dilaksanakan dua jam sebelum sahur. Namun, saat hendak keluar dari Masjidilharam, jamaah yang di kawasan masjid tak bisa keluar. Penyebabnya, masih ada ratusan ribu jamaah yang tertahan ingin masuk ke Masjidilharam. Lagi-lagi jamaah, baik yang di luar maupun di dalam yang hendak keluar, terlibat bersitegang dengan aparat keamanan. Bahkan, di pintu blokade bagian barat Masjidilharam terjadi aksi dorong pintu antara jamaah dengan pihak keamanan yang dibantu pasukan Saudi Arabia berpakaian loreng. Hal yang sama juga terjadi di lokasi blokade depan pintu King Fahd Gate. Tak kuat menahan desakan jamaah, blokade depan pintu King Fahd akhirnya jebol. Saya sendiri bisa bebas dari kerumunan jamaah, setelah berjibaku selama kurang lebih sejam. Sebelumnya, gesekan lautan jamaah juga terjadi saat hendak salat Jumat pada pukul 10.00 waktu Makkah. Ribuan jamaah terjebak di lift lantai dua bangunan baru. Mengingat lantai tiga sudah penuh, sebagian jamaah memilih kembali ke lantai dasar dan dua. Sayangnya, petugas memblokade lantai dua yang kosong, karena masih dalam tahap pengerjaan. Jamaah yang menumpuk di lift lantai dua meminta izin agar ruangan kosong di lantai dua bisa digunakan untuk salat Jumatan. Namun, petugas proyek dibantu tentara bersikeras memblokadenya. Khawatir terjadi hal yang tidak diinginkan, petugas yang berada di bawah mematikan lift-nya. Namun, petugas yang berada di lantai tiga tanpa koordinasi terlebih dahulu malah menyalakan kembali lift. Jamaah yang tertahan pun terkaget dengan jalan kembali lift tersebut. Bahkan, ada seorang anak terjatuh dari pangkuan ibunya hingga berdarah. Untungnya, petugas proyek yang berada di lantai dua menghentikan dan berteriak keras kepada petugas proyek yang berada di lantai tiga agar tak menjalankan liftnya. Meski demikian, pihak keamanan tak juga membuka blokade di lantai dua yang kosong. Namun, karena jemaah sudah kesal, akhirnya membuka paksa blokade tersebut. Petugas keamanan yang berjumlah empat orang itu pasrah, dan memilih meninggalkan lokasi. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: