Ngunjung dan Kirab Pedati Nyai Gedheng Tangkil; Simbol Silaturahmi Rakyat dengan Sultan

Ngunjung dan Kirab Pedati Nyai Gedheng Tangkil; Simbol Silaturahmi Rakyat dengan Sultan

Dengan memakai baju khas layaknya para prajurit kesultanan, rombongan dari Paguyuban Tim Kerja Para Pengabdi Keraton Kasepuhan membawa beragam hasil bumi yang diarak dengan iring-iringan Pedati Nyai Gedheng Tangkil. Kirab ini menjadi awal dari Tradisi Ngunjung. Laporan: Mike Dwi Setiawati, Cirebon SEKITAR 50 orang dari Paguyuban Tim Kerja Para Pengabdi Keraton Kasepuhan menggelar Kirab Pedati Nyai Gedheng Tangkil. Mereka berjalan sejauh kira-kira 3 kilometer dari Desa Pasindangan, Kecamatan Gunung Jati, Cirebon, untuk ngunjung atau memberikan persembahan kepada Sultan Sepuh. Pakaian yang mereka kenakan berupa rompi dan celana kain tanggung serta ikat kepala seperti layaknya rakyat jelata pada masa kerajaan. Tradisi ini bertujuan untuk silaturahmi masyarakat desa dengan keluarga sultan di bulan syawal. Tak hanya itu, tradisi ngunjung atau glondong pangareng-areng ini tak hanya dilakukan oleh satu desa. Tapi, hampir desa di wilayah Ciayumajakuning melakukan hal yang sama sejak bulan Ramadan. Kali ini, Pedati Nyai Gedheng Tangkil sudah diresmikan oleh Sultan Sepuh. Oleh karena itu, selalu digunakan saat acara-acara keraton. \"Intinya semua dilakukan untuk melestarikan tradisi. Cirebon punya Keraton Kasepuhan, yang sampai saat ini masih terjaga. Untuk itu, mari lestarikan tradisi ini, karena siapa lagi kalau bukan masyarakat Cirebon sendiri,\" ujar Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat SE. Hasil bumi yang dibawa paguyuban ini bermacam, seperti beras, sayur, dan aneka buah untuk diserahkan kepada Sultan Sepuh. Tradisi ini sebagai bukti kesetiaan dan kepercayaan rakyat zaman dahulu adalah memberi upeti kepada raja. Setelah diserahkan kepada sultan, hasil bumi tersebut dibagikan kepada kaum masjid dan masyarakat sekitar keraton. \"Tradisi ini sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu, sebelum terbentuk NKRI dan sampai saat ini masih dilakukan,\" lanjut Sultan. Usai memberikan hasil bumi kepada sultan, anggota dari paguyuban tersebut ikut menerima tamu yang ingin bersilaturahmi dengan keluarga sultan dan ikut melakukan gerbuan atau kerja bakti membersihkan lingkungan keraton. Sultan sangat mengapresiasi tradisi yang dilakukan Paguyuban Tim Kerja Para Pengabdi Keraton Kasepuhan. Keharmonisan masyarakat Cirebon dapat terjaga dengan baik karena budaya keraton dengan sifat keterbukaannya itu masih bertahan hingga saat ini. Tradisi ngunjung ini salah satu ritual-ritual yang masih lestari dan punya peran nyata. \"Terus lestarikan, karena ini sebuah tradisi yang tak boleh hilang,\" tandasnya. OPEN HOUSE SULTAN Selain melaksanakan tradisi ngunjung, Keraton Kasepuhan Cirebon juga melaksanakan open house di hari kedua Idul Fitri 2014. Open house tersebut merupakan rangkaian acara keluarga Keraton Kasepuhan Cirebon setiap 2 syawal. Bertempat di Bangsal Prabayaksa, para tamu sultan bergantian salaman dan foto bersama. Sebuah tradisi sederhana yang mampu melebur keragaman masyarakat Cirebon. Sultan mengajak kepada seluruh masyarakat untuk menjadikan Idul Fitri sebagai momen penyambung silaturahmi. \"Semoga Idul Fitri bisa menyambung tali kesatuan dan persatuan,\" ujar Sultan. Usai bersalaman, para tamu Sultan diarahkan ke sebuah ruang di sebelah Bangsal Prabayaksa. Di tempat itu, suguhan masakan khas Cirebon, docang, sudah siap untuk disantap. Selesai menyantap masakan beraroma gurih itu, artinya selesai pula sesi silaturahim dengan Sultan. Namun, pengunjung masih dapat menikmati setiap sudut keraton yang kaya akan nilai sejarah. Menurut Arief, keterbukaan keraton terhadap masyarakat Cirebon yang majemuk, salah satunya melalui acara open house yang berlangsung setiap tahun saat hari Lebaran kedua. \"Ini merupakan modal untuk memupuk keharmonisan di tengah masyarakat. Lebaran menjadi momen tepat memusatkan penguatan tali silaturahim antarwarga,\" katanya. Hal serupa juga dilakukan oleh keluarga Keraton Kacirebonan. Hampir semua kalangan, mulai dari pejabat, pengusaha, tokoh agama, petani, hingga warga dari berbagai latar belakang suku hadir dalam acara tersebut. Sultan Kacirebonan, Pangeran Raja Abdul Ghani Natadiningrat mengatakan, pihaknya sengaja menggelar open house untuk bersilaturahmi dengan wargi dan masyarakat sekitar. \"Momen lebaran kan setahun sekali, kapan lagi bisa bertemu dengan warga sekitar yang mungkin saja sudah bertahun-tahun tidak pulang kampung ke Cirebon,\" ujarnya. Selama acara berlangsung, warga yang hadir disuguhi makanan berupa soto khas Cirebon dan iringan gamelan renteng sebagai tradisi khas Keraton Kacirebonan.  (*)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: