Fujian dan Tiongkok Selatan Bakal Napak Tilas di Pesona Budaya Cheng Ho
SEMARANG – Menpar Arief Yahya selalu mengingatkan agar jajarannya selalu out world looking. Jangan menjadi katak dalam tempurung, tetapi melihat dinamika mancanegara yang terus bergerak. Termasuk dalam event tahunan perayaan napak tilas Laksamana Cheng Ho, yang dikemas dalam Pesona Budaya Cheng Ho di Semarang, 30-31 Juli 2016. “Event yang besar, bagus, akan sempurna jika mendatangkan wisman,” kata Arief Yahya, Menteri Pariwisata RI, di Jakarta. Dia menyebut, festival-festival kecil di Thailand, Malaysia, Singapore, Korea dan Hongkong yang dikemas dan dipromosikan ke mancanegara, dan mendatangkan wisman. Kelas Festival Pesona Budaya Cheng Ho ini sudah bisa dipromosikan ke Negeri Tirai Bambu. “Apalagi event ini sudah tergolong lama, mengakar dan gaungnya sampai Tiongkok?” kata Arief Yahya yang tahun lalu sempat hadir dan mengenakan pakaian tradisional kebesaran Cheng Ho itu. “Betul Pak Menteri, dari tahun ke tahun, acaranya tak pernah sepi. Tahun ini, warga Fujian hingga Tiongkok Selatan, bakal hadir menyaksikan agenda yang sudah memasuki edisi ke-611 itu,” ucap Staf Ahli Menteri Pariwisata Bidang Multikultur Kementerian Pariwisata, Hari Untoro Dradjat, Jumat (22/7). Total seluruh negara Timur Tengah, jika dihitung outbound tourism-nya hanya 140 juta. Satu negara Tiongkok, outbound tourism-nya 120 juta setahun, sedang inbound-nya 130 juta. Potensinya cukup besar, untuk pariwisata. Yang masuk ke Indonesia tahun 2015 baru 1% saja. Jalur Samudera Laksamana Cheng Ho itu sebenarnya ada di 10 pesisir pantai di Indonesia, dari Aceh, Kepri, Bangka Belitung, Palembang, Banten, Jakarta, Cirebon, Semarang, Tuban, Surabaya, sampai ke Bali. Jalur ini belum begitu popular, masih kalah dengan Silk Road atau jalur sutera yang melintasi daratan Tiongkok kearah barat, sampai Eropa. Jalur Admiral Cheng Ho itu sebenarnya sudah dilaunching di Aceh, 13 Desember 2015 lalu. Laksamana Cheng Ho itu seorang muslem, yang nama Islamnya Haji Mahmud Syams. Dia berdagang dan pertukaran kebudayaan. Dia membawa kapal terbesar di Abad 15, dengan ukuran panjang 138 meter, lebar 56 meter. Ukuran itu lima kali lebih besar dibandingkan dengan kapal yang pernah dibawa Christopher Colombus, penemu Benua Amerika. Karena itu kami gencar promosikan Wonderful Indonesia di China. Memang ada sumber lain, yang menyebutkan awal abad ke 15 itu, Laksamana Cheng Ho yang berasal dari dinasti Ming, bersama kapal hartanya, melakukan pelayaran bersejarah mencari apa yang disebut air liur naga dan kayu sepang. Ada yang menyebutnya sebagai Jili Dimen -- sembilan pulau di timur. Diantara titik-titik persinggahan itu, yang paling dikenal memang di Simongan, Gedung Batu, Semarang tempat pelaksanaan Pesona Laksamana Cheng Ho 2016 nanti. “Salah satu yang diminati wisman Tiongkok adalah kebudayaan, selain alam pantai dan sekarang yang sedang naik daun anak-anak mudanya suka bermain diving dan snorkeling. Mereka punya kebiasaan datang ke di wilayah yang budayanya punya kesamaan,” tambah Hari Untoro. Fakta sejarah yang tidak bisa dihilangkan adalah hubungan kemitraan dengan Tiongkok itu sudah beratus-ratus tahun. Persisnya, Hari menyebut angka enam abad lebih. Kala itu, masih kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Salah satu yang memberi pengaruh besar, Laksamana Chengho. Dalam literature sejarah, Cheng Ho disebut melakukan tujuh ekspedisi di 10 kota di Indonesia. “Ini tonggak sejarah yang amat penting bagi pariwisata nasional saat ini. Kita napak tilas, mengenang jejak warisan sejarah maritim dunia dengan Jalur Samudera Cheng Ho. Itu yang akan kami promosikan. Mereka bisa berwisata budaya lewat Pesona Budaya Cheng Ho di Semarang,” jelas Hari. Ada banyak yang bisa dinikmati di Pesona Budaya Cheng Ho, Semarang. Mulai ritual sembahyangan, malam budaya, seminar hingga business meeting, semua ada. Itu belum termasuk kirab budaya dari Klenteng Tay Kak Sie ke Klenteng Sam Poo Kong. Pada saat kirab nanti, ribuan warga diprediksi akan hadir memeriahkan pawai sejauh 6 kilometer itu. Perayaan kirab itu nantinya akan memperlihatkan detail-detail perjalanan Laksamana Cheng Ho dengan armadanya, termasuk kisahnya saat memutuskan singgah di Semarang. Nantinya, akan ada juga penampilan tujuh kesenian daerah yang mengiringi, sebagai bagian dari fakta kuatnya akulturasi budaya Tiongkok dengan budaya lokal Semarang.(*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: