31 Peneliti Riset Sisa Endapan Tsunami di Pangandaran

31 Peneliti Riset Sisa Endapan Tsunami di Pangandaran

PANGANDARAN – Sebanyak 31 peneliti dari Indonesia dan Amerika meriset endapan tsunami di Pangandaran, sejak kemarin (24/7). Rinciannya, dua orang dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), 4 profesor dan 16 mahasiswa Brigam Young University serta Utah Valley University. Ditambah, 9 orang berasal Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Yogyakarta. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pangandaran Nana Ruhena mengatakan para peniliti tersebut meriset endapan tsunami di pasir dan bebatuan Pantai Pandaran yang diterjang tsunami 2016. ”Kedalaman yang diteliti sekitar 2 meter. Jadi mereka itu menggali tanah yang berada di Pantai Pangandaran yang diperkirakan ada endapan tsunami dengan menggunakan alat yang mereka bawa,” ungkapnya kepada Radar Tasikmalaya (Radar Cirebon Group), kemarin (24/7). Riset para ahli tersebut, kata dia, bukan untuk memprediksi tsunami di masa yang akan datang. Namun untuk meneliti kekuatan tsunami yang pernah terjadi di Pangandaran. ”Dari jenis-jenis tsunami, Pangandaran itu masuk yang mana? Apakah sama dengan Aceh atau dengan wilayah lain,” tuturnya. Para peneliti, menurut Nana, sudah memiliki data tentang tsunami yang pernah melanda kawasan pantai selatan itu di era 1500-an. Bahkan berdasarkan data, para peniliti menyebutkan bahwa Pangandaran pernah diterjang tsunami dahsyat pada tahun 1516. Korbannya saat itu lebih banyak dari tahun 2006. Penelitian serupa juga akan para periset lakukan ke daerah-daerah di Indonesia yang pernah dilanda gempa besar. ”Mereka juga meneilit di Padang (Sumbar), Sukabumi, Pangandaran dan terakhir di Pacitan (Jatim),” ungkapnya. Puluhan peneliti gabungan itu, sambungnya, juga memberikan edukasi bencana tsunami kepada para siswa sekolah di Kabupaten Pangandaran, para relawan dan (Persatuan Hotel dan Restaurant Indonesia) PHRI Kabupaten Pangandaran. ”Mereka memberikan metode 20-20-20 yaitu gempa dirasakan 20 detik harus hati-hati, 20 menit waktu evakuasi dan 20 meter tempat yang harus dituju untuk menyelamatkan diri,” tuturnya. Rencananya penelitian tersebut akan berlangsung hingga tanggal 25 Juli. (oby)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: