Ajax Amsterdam, Tetap sebagai Lumbung Pemain
DALAM persaingan di level kompetisi Eropa, Ajx Amsterdam harus diakui sudah tidak lagi berada dalam jajaran penantang elite. Sejak merebut titel keempat Liga Champions musim 1994-1995, pencapaian paling bagus tim ibukota itu sejak era 2000-an hanyalah perempat final Liga Champions 2002-2003 ketika takluk dari AC Milan dengan agregat 2-3. Namun, untuk urusan status sebagai lumbung pemain hebat Benua Biru, Tim berjuluk De Godenzonen tersebut layak menyandang predikat Lumbung Eropa. Itu terlihat dari statistik yang diperlihatkan The Guardian Februari 2015. Ajax menjadi tim yang paling banyak mengorbitkan pemain yang berlaga di kompetisi elite Eropa dengan 77 orang. Sementara runner-up dihuni raksasa Serbia Partizan Belgrade dengan 74 penggawa. Bagaimana dengan tim elite lainnya? Yah, boleh dibilang, Barcelona berada di rangking ketiga dengan memproduksi 57 pemain. Di masa lalu, akademi Ajax yang berjuluk De Toekomst itu menelurkan pemain-pemain yang sangat bisa membuat lawan manapun gentar di Benua Biru. Dimulai dari Sang Bapak Sepak Bola Modern Johan Cruyff, dilanjut oleh era keemasan sepak bola Negeri Kincir Angin dekade 1980-1990 seperti De Boer Bersaudara, Dennis Bergkamp, Edgar Davids, Patrick Kluivert, maupun Clarence Seedorf. Kemudian pada era modern, publik disuguhkan oleh penampilan Toby Alderweireld, Thomas Vermaelen, dan Jan Vertonghen yang menjadi golden team Belgia, maupun skill menawan dari gelandang Tottenham Hotspur Christian Erikssen. Itu belum ditambah pemain yang menjadi rebutan banyak klub Eropa setelah mencicipi persaingan di dalam tim yang mengoleksi total 33 gelar Eredivisie tersebut. Di antaranya adalah Luis Suarez yang menjadi pilar penting Barcelona dengan mempersembahkan tujuh trofi. Ataupun bintang saat ini, bomber Polandia Arkadiusz Milik yang disebut-sebut hijrah ke Italia memperkuat Napoli tersebut. Dalam paparan legenda sekaligus Direktur Pemasaran Ajax Edwin van der Sar, yang membuat Ajax bisa terus memproduksi talenta-talenta berkualitas itu adalah persepsi mereka mengenai sepak bola. Pria yang semasa aktif berposisi kiper itu menjelaskan, di Ajax, sepak bola tidak hanya sekadar sarana menyambung hidup maupun mencari kemuliaan status. Lebih dari itu, sepak bola adalah jalan bagi setiap pemain untuk menuju kedewasaan dan pengembangan diri. Mereka yang tidak lulus dari Ajax, baik akademi maupun klub, masih bisa berkembang di tempat lain dengan membawa nilai-nilai keagungan tersebut. ”Kami (Ajax) sangatlah kecil sehingga kami harus membantu yang lain menjadi besar,” kata Van der Sar kepada Sportskeeda. ”Kami tidak ingin sekedar memiliki pemain dengan jiwa pemenang. Kami harus membagikannya,” lanjut pemain yang mengakhiri karir dengan sebuah trofi Premier League bagi Manchester United pada musim 2010-2011 tersebut. (apu)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: