Olimpiade Rio, Saatnya Perang Strategi
Angkat Besi Yakin Dapat Medali RIO de JANEIRO – Angkat besi menyelamatkan muka Indonesia dari mimpi buruk di Olimpiade London 2012. Empat tahun lalu bulu tangkis yang tidak pernah absen mendulang emas sejak Barcelona 1992 gagal total, tidak meraih sekeping medali pun. Berlomba di ExCel Arena, London, dua lifter Merah Putih naik podium. Triyatno secara mengejutkan mendapat perak. Sedangkan atlet angkat besi paling kondang di Indonesia Eko Yuli Irawan merebut perunggu, mengulangi capaiannya di Beijing 2008. Tahun ini skuad angkat besi nasional begitu optimistis kembali meraih medali. Rabu malam waktu setempat atau Kamis waktu Rio, Jawa Pos (Radar Cirebon Group) menyambangi lokasi latihan angkat besi di Riocentro, Pavilion 5, kawasan Avenida Salvador Allende, Barra da Tijuca. Seluruh skuad yang terdiri atas tujuh atlet dan empat pelatih terlihat begitu enjoy, tanpa beban, dan betul-betul percaya diri bisa naik podium. ’’Saya sangat yakin untuk meraih medali. Apa pun jenisnya,’’ kata Eko. ’’Dari latihan, saya rasanya mengalami perkembangan. Tinggal sekarang bagaimana di panggung,’’ imbuhnya. Kemarin, Eko tampil dengan rambut baru yang dicat pirang. Penampilan beda itu menunjukkan bahwa Eko sangat pede untuk meraih prestasi besar. Eko memermak rambutnya saat menjalani pemusatan latihan di Cape Town, Afrika Selatan, sepanjang Juli lalu. ’’Saya kira, tidak ada lifter lain di Indonesia yang memiliki jiwa sebesar Eko. Rasa percaya dirinya sangat luar biasa!’’ kata Manajer Angkat Besi Indonesia Alamsyah Wijaya. Pesaing terberat Eko di kelas 62 kilogram adalah juara dunia 2013 dan 2015 asal Tiongkok Chen Lijun. Sebagai pemegang rekor dunia total angkatan, Chen begitu difavoritkan meraih emas di Rio. Namun, absennya peraih emas Olimpiade 2012 asal Korea Utara Kim Un-guk karena kasus doping tidak membuat peluang Eko menjadi mudah. Selain Chen, kompetitor Eko adalah duo Kolombia Oscar Albeiro Figueroa dan Francisco Antonio Mosquera Valencia. Selisih angkatan mereka sangat tipis. Jadi, persaingan akan sangat ketat. ’’Waktu Kim Un-guk itu (pecah rekor dunia di Asian Games 2014), rasanya saya ingin berhenti saja mengurus angkat besi. Dia seperti monster saja. Eh, ternyata kena doping. Jadi, tanpa Un-guk, kompetisi di Olimpiade tahun ini bakal ketat,’’ ucap Alamsyah. Eko akan berada satu kelas dengan M Hasbi. Sedangkan Triyatno berkompetisi di kelas 69 kg bersama I Ketut Ariana. Satu lifter putra lainnya, Deni, akhirnya diputuskan berlaga di nomor 77 kg. Dua lifter perempuan Indonesia di Olimpiade 2016 adalah peraih perak Asian Games 2014 Sri Wahyuni Agustiani (48 kg) dan perenggut perunggu Youth Olympics 2010 Dewi Safitri yang turun di nomor 53 kg. Pelatih kepala angkat besi nasional Dirja Wiharja mengatakan, hasil latihan di Cape Town pada Juli lalu membawa dampak sangat positif. Terutama dalam peningkatan power para lifter. Selain itu, para atlet Indonesia sangat fokus karena mereka hanya memikirkan latihan ketika berada di luar negeri. Latihan di Afrika Selatan tersebut, kata Dirja, berefek lebih besar ketimbang waktu menggelar training camp selama tiga bulan di Korea Selatan sebelum Olimpiade London 2012. ’’Kalau latihan di Indonesia, Jumat sore itu mereka sudah planning untuk pulang. Jadi, memang mikirnya ke mana-mana,’’ ucapnya. Nah, sekarang yang dipikirkan dia dan seluruh pelatih adalah strategi. Di angkat besi, perang mental alias psywar adalah hal yang sangat wajar. Biasanya negara-negara tertentu langsung memasang total angkatan tinggi untuk membuat gentar lawan. Urusan nanti apakah jumlah itu diganti pada pertandingan adalah soal lain. Yang penting terlihat kuat dan bikin lawan keder dulu. Nah, mulai Olimpiade Rio, semua harus diverifikasi. Lifter tidak boleh sembarangan mendaftarkan total angkatan. Kalau sampai tidak sesuai dengan track record-nya, panitia akan mendiskualifikasi karena dianggap berbohong. Satu lagi, kalau sudah mendaftarkan total angkatan pertama, lifter yang bersangkutan tidak boleh mengubah atau menurunkan bebannya. Kalau meningkatkan beban, boleh. Daftar total angkatan pertama para atlet bisa diketahui malam ini waktu Rio (tadi dini hari WIB). ’’Dari situlah, akan dilihat komposisinya seperti apa,’’ kata Dirja. Selain itu, satu menit sebelum seorang lifter naik panggung akan menjadi momen krusial. Sebab, total angkatan yang sudah didaftarkan, bisa dinaikkan 30 detik sejak pemanggilan atlet menuju arena. Hal itu bertujuan mengecoh strategi lawan. Seorang lifter Indonesia nanti didampingi tiga pelatih. Satu mengurus atlet di belakang panggung. Satu di depan, dekat meja, untuk memantau terus daftar angkatan lawan. Sisanya sebagai penghubung dari meja ke belakang. ’’Jadi, memang pertarungan kerasnya di belakang layar,’’ kata Dirja. ’’Satu lagi faktor luck itu penting. Waktu di London, enam orang di atas Triyatno gagal mengangkat. Jadi, itu salah satu faktor yang bikin Triyatno mendapat perak,’’ imbuhnya. Angkat besi mulai dilombakan pada Sabtu (6/8) waktu Rio. Sedangkan Eko dan Triyatno akan berlaga pada tanggal 8 dan 9 waktu setempat. (*/c4/tom)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: