Materi Juara

Materi Juara

Konsistensi Skuad 2008 Kunci Juara Spanyol MADRID- Setelah menanti selama 76 tahun, Spanyol akhirnya memetik gelar Piala Dunia pertamanya. Sukses ini melengkapi prestasi dua tahun lalu, tepatnya ketika mereka merebut mahkota Euro 2008, yang merupakan lambang supremasi sepak bola Eropa. Publik menyebut skuad besutan Vicente del Bosque itu sebagai golden generation, alias generasi emas yang pernah dimiliki Negeri Matador. Anggapan itu tidak berlebihan. Sebab, hanya dalam kurun waktu dua tahun, mereka mampu memperluas dominasi. Di even ini, mereka mampu menyingkirkan banyak kekuatan Amerika Latin, yang selama ini juga dianggap sebagai kiblat kekuatan sepak bola dunia. Mulai dari Cile dan Honduras di fase penyisihan grup, sampai Paraguay di perempat final. “Harus diakui, sukses skuad di Euro 2008 menjadi salah satu kunci sukses kami kali ini,” ungkap Vicente del Bosque, seperti dilansir Associated Press. “Bekas penggawa Euro yang saya tunjuk menghuni skuad ini bisa menjaga kontinuitas performa. Mereka sangat konsisten, dan sudah tahu apa yang harus dilakukan,” lanjutnya. Setelah mengambil alih kepemimpinan dari tangan Luis Aragones tepat usai Euro, Del Bosque memang hanya membuat sedikit perubahan. Dari 23 pemain, hanya tujuh yang diganti. Antara lain defender Fernando Navarro, kiper Andres Palop, dan striker Daniel Guiza. Dia pun memasukkan darah-darah segar macam kiper Victor Valdes, bek tengah Gerard Pique, duet winger muda Gonzalo Jesus Navas dan Juan Mata, serta rising star Barcelona Pedro Rodriguez. Dari empat nama itu, Valdes, Mata, dan Pedro berstatus un-capped, alias belum pernah terjun di pertandingan internasional sebelumnya. Seiring dengan masuknya wajah-wajah baru, pola starting eleven pun berubah. Di sektor belakang, Carlos Marchena dan Marcos Senna tak lagi dipakai. Sebagai gantinya, Pique mendampingi Carles Puyol. Karena Cesc Fabregas baru sembuh dari cedera, dia lebih suka memakai Sergio Busquets dan Xabi Alonso sebagai holding midfielder. Mereka menyokong Xavi, Andres Iniesta, dan Pedro atau David Silva. David Villa juga lebih sering dipasang ketimbang Fernando Torres yang belum seratus persen fit. Del Bosque juga berani membuat perubahan skema. Dulu, Spanyol sangat setia dengan pola klasik 4-4-2. Hanya saja, di final Euro Aragones menurunkan skema 4-1-4-1 yang tidak lazim. Nah, Del Bosque lebih fleksibel. Dia bisa memakai 4-4-2, 4-3-3 yang agresif, maupun 4-2-3-1 yang sedang populer, tergantung karakter lawan. “Saya beruntung mendapatkan tim yang fondasinya sudah kokoh. Soliditas mereka sudah terbentuk, dan saya tinggal melanjutkan hasil kerja mereka dua tahun lalu. Tapi, melakukan itu pun tidak mudah. Mereka tetap harus diapresiasi untuk kerja keras di turnamen kali ini,” papar pelatih 59 tahun tersebut. Skuad baru bentukan Del Bosque memang terlalu condong pada Real Madrid dan Barcelona. Namun, itu bukan keputusan yang buruk. Sebagai anggota tim besar, para pemainnya sudah dibekali dengan mental juara. Itu juga menjadi kunci sukses mereka bangkit setelah ditekuk Swiss 0-1 di laga perdana. Satu hal lagi, kompetisi yang sehat di Spanyol juga menjadi salah satu penentu keberhasilan mereka di level dunia. Sebagaimana diketahui, Liga Primera kini menjadi jujukan bintang-bintang besar. Musim lalu saja, liga tersebut kedatangan Cristiano Ronaldo, Kaka, dan Zlatan Ibrahimovic. Belum dihitung bintang besar yang sudah lama merumput di sana seperti Lionel Messi, Diego Forlan, atau Rafael van der Vaart. Namun, pemain asli Spanyol tetap bisa menjadi tuan rumah di negerinya sendiri. Mereka menyerap ilmu dari pemain asing, tanpa harus kalah kualitas. Pemain muda macam Sergio Ramos, Pedro, dan Jesus Navas tumbuh besar dalam kompetisi yang ketat semacam itu, sehingga ketika dipanggil timnas, mereka sudah matang. Ini beda dengan Italia dan Inggris yang gagal mengembangkan bakat-bakat mudanya. Premier League Inggris yang disesaki pemain asing membuat pemain lokal sulit berkembang. Banyak penggawa Three Lions -sebutan Inggris- yang tidak berstatus starter di klub, lantaran kalah kualitas dari legiun asing. Hal yang sama terjadi di Italia. “Di sisi lain, bintang-bintang yang di-“sekolahkan” ke liga lain juga pulang membawa ilmu baru. Skuad kami sangat hebat, dan merekalah inti dari sepak bola Spanyol. Kami bisa terus berkembang,” ucap Fabregas, seperti dilansir Guardian. (na) \"\"

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: