Menanti Kembalinya Persebaya

Menanti Kembalinya Persebaya

SURABAYA - Kerinduan agar Persebaya Surabaya bisa segera kembali berkompetisi di liga profesional tanah air tidak hanya muncul di Surabaya semata. Lebih dari itu, publik sepak bola nasional pun memendam harapan sama. Bagi mereka, dengan adanya Persebaya kompetisi sepak bola tanah air bakal kian bergairah. Sudah tiga tahun Persebaya Surabaya tidak berkompetisi. Tapi, Hassanudin Ali yakin, daya tarik tim berjuluk Green Force itu tidak tereduksi. “Space di bagian dada jersey Persebaya, misalnya, jika kelak ditawarkan ke sponsor, saya kira masih banyak yang berminat,” kata Hasan, founder sekaligus CEO Alvara Research Center. Sebab, seperti juga Persib Bandung, Persija Jakarta, Persipura Jayapura, atau Arema Malang, kata Hasan, Persebaya termasuk poros penggerak roda industri sepak bola di tanah air. Itu tak lepas dari nama besar, sejarah panjang, raihan di lapangan, serta fanatisme pendukung. Itu baru, katakanlah, potensi dari sisi ekonomi. Belum menghitung potensi Persebaya dari produktivitas menelurkan pemain. Dari 18 tim yang berkompetisi di Torabika Soccer Championship (TSC) tahun ini, separo di antaranya menggunakan jasa pemain yang dibina di kompetisi internal Persebaya. Dengan peran sepenting itu, sepatutnya kalau PSSI, lewat Kongres pada 17 Oktober nanti, memulihkan status keanggotaan Green Force. Agar di kompetisi berikutnya, Green Force bisa kembali berkompetisi. Apalagi, Persebaya sudah menjadi salah satu barometer sepak bola negeri ini. “Tanpa mereka, kompetisi tidak begitu sedap dipandang. Seperti sayur tanpa garam, tidak enak di mulut,” kata pria yang juga ketua harian Persipura Jayapura itu. Karena itu, dia menyambut baik semangat rekonsiliasi yang menjadi isu utama dalam Kongres Luar Biasa PSSI di Ancol, Jakarta, pada 3 Agustus lalu. Berbekal semangat tersebut, dia berharap Green Force bisa mendapatkan tempat kembali di kancah persepakbolaan nasional melalui kongres pada Oktober nanti. Nasib Persebaya sekarang ini memang tak lepas dari kisruh persepakbolaan nasional. Tapi, semua telah berakhir kini. Segala syarat juga sudah memihak Green Force. Tak ada lagi dualisme. Kasus gugatan merek dan logo telah pula dimenangi klub yang bermarkas di Karanggayam, Surabaya, itu. “Hadirnya Persebaya otomatis akan semakin menggairahkan kompetisi di tanah air,” kata Muhammad Farhan, mantan direktur marketing PT Persib Bandung Bermartabat, pengelola Persib. Farhan bicara dari pengalaman. Menurutnya, selain Persija, Persebaya adalah lawan yang selalu membuat Persib bisa mencatatkan rekor penjualan tiket penonton tertinggi setiap kali menjamu Persebaya. “Dan, saya kira, hal yang kami alami juga terjadi di klub lain ketika mereka berhadapan dengan Persebaya,” ucapnya. Sekretaris Sriwijaya FC Achmad Haris membenarkan. Menurutnya, daya tarik Persebaya sangat ampuh menarik penonton untuk datang ke stadion. “Setiap bermain lawan Persebaya, rating pertandingan kami (yang ditayangkan televisi) selalu tinggi. Jadi, hadirnya Persebaya membawa banyak dampak positif bagi industri sepak bola tanah air,” kata Haris. Tak hanya berdampak positif bagi tim lain, kembali berkompetisinya Persebaya juga akan ikut mengatrol roda perekonomian masyarakat sekitarnya. Hasan memberi contoh, kalau sekitar 20 ribu suporter Green Force membelanjakan Rp150 ribu saja untuk membeli jersey asli dalam semusim, sudah Rp3 miliar terkumpul. Itu baru satu merchandise. Dan, mengandaikan hanya 20 ribu suporter yang rela membelanjakan uang. Padahal, Gelora Bung Tomo, kandang baru Persebaya, saja bisa menampung sekitar 50 ribu orang. Namun, Hasan juga mengingatkan, agar semua potensi yang dimiliki Persebaya itu mewujud nyata, sejumlah variabel pendukung harus disempurnakan. Mulai kondisi internal, sikap para suporter, hingga raihan di lapangan. “Value market Persebaya akan jauh lebih bagus kalau nama besar tim dikombinasikan dengan prestasi di lapangan,” katanya. Direktur Pengembangan Usaha dan Bisnis PT Persebaya Indonesia (PT PI) Kardi Suwito juga menekankan pentingnya kedisiplinan suporter dalam membeli tiket. “Kalau memang Persebaya adalah tim kesayangan, harusnya mereka juga rela untuk mengeluarkan uang demi tiket,” katanya. Tentu saja semua itu baru bisa terjadi jika hak berkompetisi Persebaya telah dipulihkan pada 17 Oktober nanti. Sekitar dua bulan lagi. Tapi, bahkan Ketua Jakmania Richard Ahmad Supriyanto mengaku sudah tak sabar lagi menunggu duel Persija melawan Persebaya di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta. “Nama besar, suporter yang masif dan loyal adalah komponen penting dari sebuah tim modern saat ini. Dan, Persebaya punya itu. Jadi, kembalinya mereka akan jadi berita bagus buat sepak bola nasional,”katanya. (ben/io/ttg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: