Mengenang KH Fuad Hasyim; Punya Ilmu Laduni, Kuasai 5 Bahasa Tanpa Sekolah
Dua belas tahun sudah almarhum KH Fuad Hasyim wafat. Namanya kini dikenang sebagai sosok kiai yang memiliki ilmu laduni dan menguasai lima bahasa tanpa sekolah. Almarhum juga dikenal sebagai sosok macan podium karena pengajian-pengajiannya disukai oleh masyarakat. Tak heran, jika peringatan haul almarhum KH Fuad Hasyim selalu menyedot ribuan jamaah. Laporan: JAMAL SUTEJA, Cirebon TAHUN ini, haul alm KH Fuad Hasyim diperingati secara berbeda. Sebelum acara puncak yang akan digelar malam ini, Sabtu (3/9) di Ponpes Nadwatul Ummah Buntet Pesantren, sejumlah rangkaian pagelaran seni wayang golek digelar. Lakonnya Abdulloh Satrowi yang dibawakan dalang Ki Enthus Susmono dari Tegal. \"Sebelum malam puncak haul, ada malam pagelaran seni dan budaya. Kita pilih wayang golek karena lakon wayang santri ada di wayang golek,\" ucap Putera ke-6 Alm KH Fuad Hasyim, KH M Faris Elt Hakim kepada Radar Cirebon, Jumat malam (2/9). Lakon Abdullah Satrowi sendiri, kata Faris, diambil dari kisah perjalanan seorang jin yang masuk Islam saat zaman Rasulullah SAW. Dikisahkan, jin tersebut sebelumnya sudah masuk ke berbagai dimensi dunia. Dan saat itulah, dia mengetahui kebenaran Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah SWT. \"Kita sudah sebar undangan 5.000, tapi biasanya yang hadir bisa lebih dari 7.000 lebih,\" ucap Faris. Dikatakan Faris, sebelum acara haul, saat pagi hari Sabtu akan diadakan pertemuan alumni Ponpes Nadwatul Ummah. Dilanjutkan tahlil akbar setelah salat asar. Pada malam harinya, acara seremonial digelar dengan pengajian disampaikan oleh Ketua PBNU KH Said Aqil Siradj, KH Halwani Nawawi dan KH Manarul Hidayat. Sejumlah tokoh bakal menghadiri acara tersebut, seperti Ketua MPR RI Zulkifli Hasan, Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri, Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrowi dan juga Habib Lutfi bin Yahya. Sebagai ulama besar, semasa hidupnya, KH Fuad Hasyim dikenal sebagai seorang mubalig yang sederhana dan disebut memiliki ilmu hikmah. Sejak kecil ia hidup di lingkungan pesantren. Dilahirkan pada tanggal 26 Juni 1941 di Buntet Pesantren, Desa Mertapada Kulon, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon dari seorang ibu yang bernama Nyi Hj Karimah dan ayah bernama KH Hasyim Manshur. Banyak hal yang bisa diambil dari kehidupan almarhum Kiai Fuad Hasyim. Menurut Faris, abahnya itu terkenal sebagai sosok kiai yang mempunyai ilmu laduni dan menguasai lima bahasa yakni Bahasa Arab, Inggris, Mandarin, Belanda dan Jepang. \"Abah menguasai itu tanpa belajar,\" ucap pria yang juga Ketua GP Ansor Kabupaten Cirebon itu. Selain belajar secara otodidak, kata Faris, dikisahkan oleh para kiai, bahwa mereka pernah berziarah dengan almarhum Kiai Fuad Hasyim ke salah satu ulama di Cirebon. \"Saat itu, abah hanya duduk saja, dan pulang di mobil abah sudah bisa ceramah pakai Bahasa Inggris,\" tutur Faris. Kehidupan almarhum yang pernah menjabat sebagai Rois Syuriah PBNU ini, sejak kecil tidak sama dengan anak pada umumnya. Saat kecil, Fuad tidak pernah mau belajar. Di pesantren dia berpindah-pindah dan hanya menghabiskan beberapa bulan saja. Seperti di Lirboyo hanya satu minggu, di Ploso dua minggu, di Bendo satu bulan, di Sarang satu bulan, dan yang paling lama di Lasem tiga bulan. \"Kalau ditotal paling hanya mondok dua tahun,\" sebut Faris. Meski tidak pernah lama ikut mondok, justru kemudian tahu-tahunya sudah bisa menguasai berbagai kitab. Almarhum Kiai Fuad juga kerap hobi menonton film baik layar tancap maupun biskop. Uniknya, justru saat nonton Fuad hanya tertidur, dan setelah pulang tahu-tahu sudah bisa mengaji. \"Bahkan ada yang mengadu mengenai kebiasaan abah nonton film. Tapi para kiai malah menyebut sudah gak usah ngurusi Fuad, maqomnya sudah lebih tinggi,\" ucap Faris lagi. Sejak wafatnya KH Hasyim atau ayahnya, banyak orang mulai melihat perjuangan KH Fuad Hasyim. Sejak usia 17 tahun, Fuad sudah mulai berdakwah. Dia juga dikenal sebagai macan podium karena pengajian-pengajiannya banyak disukai. \"Abah saya orangnya apa adanya. Dakwahnya pun apa adanya. Yang benar katakan benar walaupun pahit,\" bebernya. Dakwah dalam pengajian, kerap dengan bahasa sehari-hari. Tak hanya itu, dia juga menyampaikan pesan-pesan mengenai persoalan akhlak. Bukan hanya pengertian akhlak secara harfiah, tapi lebih dari itu, akhlak merupakan totalitas manusia sebagai mahluk Allah SWT. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: