Ini Pabrik Pembuat Kantong Darah di Thailand
Steril adalah harga mati di Kawasumi Laboratories Co Ltd, pabrik pembuat blood bag (kantong darah). Tidak sembarang orang bisa masuk di pabrik itu. Seperti apa ketatnya aturan tersebut, berikut catatan wartawan Jawa Pos (Radar Cirebon Group) RISTA R CAHAYANINGRUM yang Senin lalu (29/8) berkunjung ke sana. TIDAK ada yang berani bermain-main dengan darah yang akan didonorkan ke tubuh pasien. Begitu juga dengan Kawasumi Laboratories di Nakhon Ratchasima, Thailand. Sebagai produsen blood bag, lengkap dengan smooth needle (jarum donor), snap tip (katup kantong darah), hingga tubing (pipa slang transfusi), Kawasumi sangat menjaga kesterilan lingkungan dan produk. Masuk ke Kawasumi Laboratories memang terkesan lebih ribet daripada masuk kamar operasi di rumah sakit. Sebab, semua orang yang akan masuk ke ruangan tersebut harus benar-benar steril. Bukan hanya orang, barang yang masuk ke ruangan itu juga harus memenuhi standar yang supersteril. Harus higienis. Kawasumi Laboratories bukan tanpa alasan menerapkan aturan superketat tersebut. Sebab, pabrik yang berada di Nakhon Ratchasima (lebih dikenal dengan Korat, yang terletak 300 km dari Bangkok) itu memproduksi alat-alat medis yang berhubungan langsung dengan tubuh pasien. Mulai kantong darah, slang infus, filter-filter yang dipakai untuk proses cuci darah atau hemodialisis, hingga stem cell. Bisa dibayangkan bila peralatan itu sampai terkontaminasi bakteri atau kuman, nyawa pendonor atau pasien menjadi taruhannya. Untuk itu, Kawasumi Laboratories sangat melindungi produk mereka dari kuman dan bakteri. Karena alasan supersteril itu, Kawasumi tidak bisa dikunjungi sembarang orang. Jawa Pos termasuk beruntung ketika diizinkan masuk ke pabrik dan menyaksikan secara langsung bagaimana produk-produk blood bag dibuat. Dalam kunjungan tersebut, ikut pula Direktur PT Frismed Hoslab (agen tunggal Kawasumi di Indonesia) Fredho Halim, Dewan Kehormatan PMI Surabaya sekaligus aktivis Rotary Club Surabaya Jembatan Merah Yunus Subandi Siauw, Direktur PT Jawa Pos Holding Nany Wijaya, Wakil Ketua I PMI Surabaya Tri Siswanto, Wakil Ketua II PMI Surabaya dr Muklas Udin, dan Ketua PMI Kabupaten Bandung dr Hendra Gunawan. Di Thailand, Kawasumi memiliki dua pabrik. Selain di Korat, ada juga di Navanakorn Industrial Promotion Zone, Navanakorn. Rombongan tiba di Kawasumi Laboratories sekitar pukul 09.30 waktu setempat. Sejak di pintu masuk, aturan superketat diberlakukan. Yang paling awal, setiap pengunjung harus melepas sepatu dan menggantinya dengan alas kaki yang telah disediakan pabrik. Begitu masuk ruang produksi, alas kaki kembali harus dilepas dan diganti lagi. Kali ini pengunjung mesti mengenakan sandal plastik antilistrik yang telah disiapkan di dekat pintu masuk. Menurut Siriluck Vemthong, senior manager quality control Kawasumi di Korat, sandal plastik antilistrik harus dipakai ketika menyusuri koridor ruang produksi. Sebab, bila tidak mengenakan sandal khusus tersebut, karyawan atau tamu dikhawatirkan akan tersengat aliran listrik di ruangan sensitif itu. Tiba di area produksi, rombongan tidak bisa langsung masuk dan melihat-lihat proses pembuatan kantong darah. Peserta factory visit mendapat brifing terlebih dahulu, mulai penjelasan profil perusahaan hingga apa-apa saja yang tidak boleh dilakukan selama berada di area pabrik. Rombongan juga diminta menandatangani blangko yang berisi kesediaan untuk tidak meneruskan informasi rahasia seputar pembuatan blood bag ke orang lain. Juga, pengunjung tidak boleh mengambil gambar di kompleks itu. Hanya Jawa Pos yang diperbolehkan memotret. Itu pun foto-fotonya harus diseleksi pihak Kawasumi sebelum dipublikasikan. Jangan dibayangkan tamu benar-benar bisa masuk ke ruang produksi dan melihat langsung proses pembuatan kantong darah serta berinteraksi dengan pekerja. Pengunjung hanya bisa menyusuri lorong ruang produksi dan melihat aktivitas di dalamnya dari balik kaca. Tampak para pekerja yang mengenakan ’’baju astronot’’ sibuk memproses pembuatan kantong darah beserta perantinya yang lain. Dari situ terlihat betapa ketatnya mereka menjaga kesterilan dan higienitas produknya. Selesai di ruang produksi, rombongan diajak menuju gudang penyimpanan material atau bahan baku. Di situ ada berkarton-karton material yang ditumpuk. Bahan-bahan penting itu ’’dipagari’’ garis kuning yang tidak boleh dilanggar pengunjung. ’’Pengunjung tidak boleh melewati garis kuning itu. Biar terjaga higienitasnya,” ujarnya. Siriluck menjelaskan, prosedur pembuatan blood bag dimulai dari proses weighing dan filtration. Setelah itu, masuk proses filling alat dan cairan. Salah satunya, cairan citrate phosphate dextrose adenine solution atau cairan untuk mencegah agar darah tidak cepat menggumpal selama tersimpan di dalam kantong tersebut. Sebelum di-packing, kantong darah diperiksa satu per satu. Tujuannya, memastikan tidak ada kesalahan ketika produk itu beredar. Sementara itu, packaging dilakukan dalam dua tahap. Menurut Siriluck, ada dua kemasan yang melindungi kantong darah Kawasumi sebelum didistribusikan ke pasar. Kemasan bagian luar adalah aluminium foil, sedangkan bagian dalamnya berupa plastik kedap udara. ”Jadi, meski aluminium foil-nya dibuka, kondisi kantong darah masih steril. Sebab, masih ada individual plastik di dalamnya,” papar dia. Setelah dimasukkan ke kemasan, kantong darah disimpan di dalam gudang penyimpanan khusus. Gudang itu harus bersuhu tertentu agar produk terjaga dari kerusakan. ”Suhunya tidak boleh lebih dari 30 derajat. Kalau lebih dari itu, bisa merusak blood bag,” katanya. Direktur PT Frismed Hoslab Fredho Halim mengakui, Indonesia masih mengimpor kantong darah dari Thailand. Tidak heran jika harga darah jadi mahal, mencapai Rp360 ribu per kantong. (*/c10/ari)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: