PGRI Kota Cirebon Setuju Sekolah Lima Hari
KEJAKSAN - Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kota Cirebon menyetujui dengan kebijakan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendi, untuk melakukan penerapan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) hanya lima hari. Ketua PGRI Kota Cirebon, H Abdul Haris menyampaikan kebijakan yang tengah diwacanakan itu merupakan suatu langkah atau terobosan yang cukup bagus sehingga anak didik lebih banyak waktu dengan orang tuanya masing-masing. \"Menteri menginginkan sekolah seperti itu, kita setuju saja. Karena lima hari itu pastinya jam belajar akan ditambah,\" ujar Haris, kepada Radar, Selasa (13/9). Menurutnya, penerapan KBM menjadi lima hari sama sistemnya seperti full day school berdampak pada jam belajar siswa dan interaksi sosial. Meski sistemnya full day, tetapi waktu yang ada tidak seluruhnya digunakan untuk kegiatan belajar mengajar (KBM). Tetapi ada aktivitas lain, termasuk istirahat. “Sekarang kan istirahat 15 menit, nanti bisa jadi satu jam. Ini bagus juga, kan siswa juga bisa dibiasakan salat berjamaah dan lain-lain,\" tuturnya. Dia menjelaskan selama lima hari sekolah (Senin-Jumat) siswa akan mengikuti KBM dari pagi sekitar pukul 07.00-16.00 WIB. Di hari Sabtu dan Minggu libur diharapkan bisa mengoptimalkan komunikasi antara siswa dengan orang tua masinng-masing. Dengan kebijakan ini, hak-hak anak akan terpenuhi dari hak mendapat pelajaran, beribadah, bermain, beristirahat dan akan lebih dekat dengan orang tua. Dengan lima hari KBM dan berada di sekolah, juga akan mengurangi kemungkinan siswa terpapar kenakalan remaja karena aktivitasnya lebih terpantau. “Jangan khawatir dengan hak-hak anak. Dengan jam belajar ditambah, mereka malah bisa terpantau dan nggak keluyuran,” tandasnya. Di sekolah, kata Haris, siswa juga menyalurkan minat anak melalui kegiatan ekstrakurikuler. Sedangkan Sabtu-Minggu siswa bisa berisitirahat dan kumpul bersama keluarga. Perihal adanya kontra dari beberapa kalangan perihal penerapan lima hari KBM, Haris mengaku adalah hal yang wajar dan biasa sebagai negara demokratis. \"Kalau yang kontra terhadap kebijakan ini saya rasa sudah biasa. Ya tinggal bagaiamana pengkajiannya saja,\" tegasnya. Sementara itu, salah satu orang tua Dina Indriani tak setuju dengan kebijakan tersebut. Dikatakannya, pengaktifan lima hari sekolah bagi siswa, justru akan menurunkan kemampuan pedagogik. Siswa akan cenderung bosan selama proses pembelajaran. Akibatnya, daya tangkap otak semakin menurun dan materi sekolah tidak maksimal dikuasai. “Lebih baik enam hari. Tidak baik siswa harus belajar dengan durasi lebih panjang,” kata Dina. Terpisah salah satu siswa SMA di Kota Cirebon, Ikhsanudin mengaku setuju dengan wacana kebijakan KBM jadi lima hari sekolah. Apalagi, siswa sebenarnya sudah terbiasa pulang sore hari. \"Sangat setuju. Enam hari aktif di sekolah itu mumet,\" selorohnya. (via)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: