Tumiso, Eks Tapol Penyelamat Naskah Karya Pramoedya (2); Pram Ikut Ngeri

Tumiso, Eks Tapol Penyelamat Naskah Karya Pramoedya (2); Pram Ikut Ngeri

Penggemar karya-karya Pramoedya Ananta Toer layak berterima kasih kepada Tumiso. Tanpa dia, dunia sastra Indonesia belum tentu bisa menikmati novel-novel masterpiece Pram di Pulau Buru. BEGITU kondisi memungkinkan, Tumiso kembali berakting. Dia ingin bertemu dengan teman-temannya yang sudah diinapkan di asrama Akmil. Nah, untuk memuluskan skenarionya, dia meminta kepada dokter agar dibawa ke asrama. “Tapi, saya pura-pura masih sakit sehingga saya pun dibawa ke asrama dengan ditandu,’’ ujarnya, lantas terkekeh. Alhasil, dia berhasil masuk Akmil tanpa pemeriksaan barang-barang. Dua bulan kemudian, tepatnya 18 Desember 1979, hari kebebasan itu benar-benar diperoleh 42 tapol tersebut. Hal itu tak lepas dari desakan dunia internasional yang mengetahui adanya tahanan Pulau Buru yang belum bebas dan dimasukkan di asrama militer. Namun, kekhawatiran Tumiso belum selesai. Pasalnya, saat upacara pembebasan di Semarang, tentara bersiap memeriksa barang bawaan para tapol. Saat itu, tentara mulai curiga dengan bawaan Tumiso. Lagi-lagi Tumiso beruntung. Sampai upacara selesai, tidak ada tentara yang berinisiatif memeriksa karung pria asal Samarinda yang dibesarkan di Surabaya itu. Setelah upacara pembebasan, Pram sempat menanyakan kondisi kesehatan Tumiso. “Seng (panggilan Tumiso di Pulau Buru, red), sakit apa?’’ tanya Pram seperti ditirukan Tumiso. “Aku gak sakit,’’ jawab Tumiso. “Jangan macem-macem,” tutur Pram lagi. “Kalau aku sehat, buku ini dirampas,’’ jawab Tumiso, lantas tertawa. “Bangsat kamu. Saat diperiksa, aku saja sudah ngeri,” lanjut Pram. Sekitar empat bulan kemudian, Tumiso menyerahkan naskah-naskah karya Pram di Pulau Buru ke Penerbit Hasta Mitra. Penerbit tersebut didirikan eks tahanan Pulau Buru, yaitu Hasjim Rachman, Joesoef Isak, dan Pram sendiri.  (folly akbar/bersambung)    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: