Tuntut Transparansi, Orang Tua Murid Protes karena Banyak Pungutan
CIREBON - Sejumlah orang tua murid SDN Kebon Baru IV, Kota Cirebon, mempertanyakan peruntukan uang yang dibebankan kepada siswa baru. Lantaran, pungutan yang dibebnkan siswa itu transparansinya tidak jelas. Para orang tua murid yang enggan disebutkannya namanya, kecewa kepada pihak sekolah dan sejumlah guru yang disebut menjadi dalang adanya pungutan. “Pungutannya enggak berhenti-berhenti. Baru bayar seragam, ada lagi buku, ada lagi buat perpustakaan, enggak tau nanti apa lagi,” ujar salah satu orang tua siswa, kepada Radar, Rabu (14/9). Setiap kali meminta rincian anggaran, pihak sekolah tidak pernah memberikan. Bahkan terkesan menutup-nutupi. Dia mencontohkan pungutan untuk seragam sekolah senilai Rp 1 juta. Uang Rp 1 juta itu tidak jelas rinciannya. Baru tuntas menyelesaikan pembayaran Rp 1 juta, sekolah kembali meminta uang untuk pembelian buku paket tema satu sampai empat dengan harga Rp 350-400 ribu. Lagi-lagi, pihak sekolah tidak transparan. \"Kami sebagai orang tua murid berhak mempertanyakan adanya transparansi, tapi sekolah tidak pernah membuktikan,\" tuturnya. Tidak hanya itu, siswa juga seolah-olah dipaksa untuk membeli buku paket. Buku-buku tersebut langsung dibagikan kepada siswa berdasarkan nomor absen masing-masing. Meski sekolah berdalih tidak memaksa, tetapi pemberian buku kepada siswa berdasar nomor merupakan bentuk pemaksaan secara tidak langsung. “Apa namanya kalau bukan wajib? Bukunya itu sudah ada nomor absesnnya. Itu kan dipaksakan dibeli namanya. Sekolah negeri kan tidak boleh jual buku maksa kayak gitu,” tandasnya. Tak berhenti di situ, pungutan rupanya kembali datang. Pembangunan gedung perpustakaan kembali dibebankan kepada siswa. Pihak sekolah beralasan, pembangunan gedung perpustakaan butuh dana Rp 27 juta. Tetapi, sekolah hanya punya uang Rp 10 juta. Sehingga sisa kebutuhan dana dibagi 45 siswa kelas I senilai Rp 380 ribu per siswa. Lagi-lagi untuk pungutan yang satu ini, pihak sekolah juga enggan membeberkan rincian. Meski para orang tua tak menuntut rincian detail, tetapi perlu penjelasan kekurangan Rp 17 juta itu untuk apa saja alokasinya. “Minta uangnya kan sama kita-kita juga. Ya dikasih tau dong, itu Rp 17 juta buat apa saja? Kok bisa-bisanya punya Rp 10 juta ingin bangun perpustakaan?” tegasnya dengan nada kesal. Dia mengungkapkan, selama ini para orang tua murid terkesan diam. Padahal, setiap kali ada pertemuan orang tua selalu berkeluh kesah terkait banyaknya permintaan sumbangan dari sekolah. Bahkan, pergantian kepala sekolah ternyata tidak mengubah kondisi ini. Kebiasaan pungli tetap berlanjut, karena ditengarai kepala sekolah tidak berdaya dengan adanya tekanan dari guru-guru senior. “Ini dalangnya guru-guru senior. Mereka ingin tradisi fiktif dan modus ini terus berlanjut. Makanya saya buka-bukaan, buat efek jera, shock therapy agar tak terulang lagi,\" tegasnya. Sementara itu, saat dikonfirmasi, Kepala SDN Kebon Baru IV, Tamsil Kartika mengakui ada beberapa kebutuhan pendanaan yang dibebankan kepada orang tua siswa. Kemudian, dalam rapat pembahasan sumbangan dana juga ada yang disampaikan secara lisan. Sehingga dia memaklumi bila ada orang tua yang keberatan. \"Silakan bisa langsung ke saya, lagian saya ada terus tidak lari atau menjauhi,\" katanya. Perihal buku paket yang terkesan dipaksa untuk dibeli siswa kelas I, Tamsil berkilah, tidak ada unsur pemaksaan yang dimaksud. Dia juga tidak mempersoalkan bila ada orang tua yang keberatan dengan buku-buku tersebut. “Kalau keberatan buku tinggal dikembalikan dan ini bayarnya bisa diangsur,\" kilahnya. (via)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: