Abu Sayyaf Bebaskan Lagi 3 ABK WNI
JAKARTA – Harapan kembali muncul dari kasus penculikan WNI oleh Kelompok Abu Sayyaf. Tiga anak buah kapal warga negara Indonesia (ABK-WNI) yang sempat disandera oleh pihak Abu Sayyaf akhirnya bebas juga. ABK dari Kapal Penangkap Ikan LD/113/5/F yang diculik pada 9 Juli lalu tersebut telah diserahterimakan dari pihak Kementerian Pertahanan Filipina. Juru Bicara Markas Komando Mindanao Barat Tentara Filemon Tan mengatakan, pihaknya memang sudah mengamankan tiga WNI tersebut sejak pagi kemarin (18/9). Karena itu, Panglima Markas Komando Mindanao Barat Mayoralgo De La Cruz mengadakan serah terima langsung kepada menteri pertahan Ryamizard Ryacudu di Zamboanga, kemarin (18/9). “Jadi, tiga nelayan itu memang sudah ada di tangan kami dan kami serahkan langsung ke pemerintah Indonesia lewat menteri pertahanan sore ini,” ujarnya saat dihubungi Jawa Pos (Grup Radar Cirebon) kemarin (18/9). Jika dilihat lebih dalam, pelepasan tiga WNI oleh Abu Sayyaf ada hubungannya dengan pembebasan Kjartan Sekkingstad, seorang warga Norwegia yang sudah dibebaskan satu hari sebelumnya (17/9). Meskipun, belum bisa dipastikan apakah kelompok yang menahan mereka adalah kelompok yang sama. Pasalnya, kedua negosiasi dilakukan oleh kelompok Jenderal MNLF Tahil Sali. Sekkingstad merupakan sandera dari kasus penculikan warga asing di resor di Pulau Samal September tahun lalu. Dia disekap bersama warga Kanada John Ridsdel and Robert Hall and warga Filipina Maritess Flor. Abu Sayyaf menuntut tebusan 300 juta peso (Rp82 miliar) untuk pembebasan mereka. Namun, dua warga Kanada dipenggal awal tahun karena tebusan tak ditepati. Sedangkan Flor dibebaskan Juni 2016 lalu. Menurut lansiran situs berita Inquirer, juru bicara Abu Sayyaf, Abu Ramie mengatakan bahwa sandera memang sudah siap dibebaskan sejak Jumat (18/9). Terutama, untuk pelepasan Sekkingstad. Namun, pelepasan baru dilaksanakan Sabtu karena pihaknya menunggu tebusan sebanyak 30 juta peso (Rp8,2 miliar). Pengamat intelejen Al Chaidar pun mengaku ragu bahwa proses pembebasan tiga WNI tersebut merupakan hasil pembayaran tebusan. Menurut informasi yang diterima, pembebasan ABK nelayan tersebut memang hasil negosiasi beramai-ramai antara kelompok Abu Sayyaf dengan berbagai pihak. “Kalau dilihat, memang peran paling besar adalah Nur Misuari dan organisasinya yakni MNLF. Karena organisasi inilah asal muasal Kelompok Abu Sayyaf lahir,” ungkapnya. Memang, dia mengaku bahwa pembebasan WNI termasuk anomali. Pasalnya, tiga WNI merupakan non muslim yang biasanya kecil kemungkinan dilepas tanpa tebusan. Tapi, dia menganggap hal tersebut sebagai tanda bahwa Abu Sayyaf semakin melunak dan terbuka untuk berunding. Nur Misuari sendiri menegaskan kembali perjanjian perdamaian pada Pemerintahan Duterte. Hal tersebut merupakan salah satu upaya pemerintah baru Filipina untuk merangkul kelompok separatis dan berdamai. “Ini menandakan bahwa kekuatan MNLF semakin meningkat. Karena itu, mereka juga aktif membantu pemerintah membebaskan sandera,” imbuhnya. Hal tersebut pun ditegaskan oleh Duterte seperti dilansir situs berita GMA News. Dalam press briefing di Kota Davao kemarin (18/9), dia mengungkapkan telah memberikan kewenangan penuh untuk upaya pembebasan sandera Abu Sayyaf kepada Nur Misuari dan Penasehat Perdamaian Presiden Jesus Dureza. “Ini adalah negosiasi yang panjang. Saya telah berdiskusi dengan Nur Misuari bahkan dalam rapat kabinet. Dan dia berjanji bahwa sandera bisa dibebaskan dengan selamat,” jelasnya. (bil)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: