Ada 23 Simpatisan IS Pulang ke Indonesia
JAYAPURA - Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menyebut ada 23 warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi simpatisan Islamic State (IS) di Timur Tengah (Timteng) yang pulang ke Indonesia. Mereka kini telah berbaur dengan masyarakat. Ryamizard belum menyebut secara detail identitas 23 WNI tersebut. Namun yang pasti dia menegaskan bahwa pemerintah tengah mengawasi secara ketat aktifitas mereka selama berada di Indonesia. Jebolan Akademi Militer (Akmil) 1974 tersebut mengatakan bahwa meski mewaspadai mereka, aparat tidak bisa serta merta menuduh atau menangkap mereka tanpa bukti dan alasan. Karena itu, Ryamizard meminta masyarakat untuk ikut menanggulangi potensi munculnya terorisme di tengah-tengah mereka. \"Makanya bela negara itu penting untuk menangkal itu supaya bangsa ini peka. Kalau dulu satu kali 24 jam harus lapor RT/RW, sekarang kan nggak lagi. Biasanya masyarakat nggak tahu kalau yang sudah tinggal di tempatnya itu teroris,” kata Ryamizard usai melantik para kader bela negara di pos perbatasan Indonesia-Papua Nugini di Desa Skow, Jayapura, Papua, kemarin (20/9). Sementara itu, Staf Ahli Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Wawan Hari Purwanto mengatakan bahwa kepulangan 23 simpatisan ISIS ke tanah air memang sudah terendus sejak lama. Mengamini pernyataan Ryacudu, Wawan mengatakan bahwa pihaknya terus melakukan pemantauan agar pemahaman yang mereka bawa tidak sampai berdampak buruk kepada masyarakat dan negara. “Jadi selama ini jangan sampai mereka melakukan hal-hal yang kontraproduktif atau aksi-aksi kekerasan dan sebagainya,” katanya. Wawan menjelaskan bahwa kembalinya simpatisan IS ke tanah air bukan terjadi kali ini saja. Dia menuturkan sudah beberapa WNI yang menjadi simpatisan IS di Timteng telah kembali pulang ke Indonesia, bahkan beberapa di antaranya ditahan aparat karena kasus terorisme. Wawan menjelaskan bahwa selain melakukan pengawasan terhadap mereka, pihaknya terus mencoba melakukan upaya deradikalisasi terhadap para simpatisan IS tersebut. “Upaya deradikalisasi itu sudah otomatis dikerjakan. Sepanjang mereka dapat diperbaiki maka wajib diperbaiki,” tuturnya. Dia menambahkan bahwa tidak semua WNI yang menjadi simpatisan IS dianggap berbahaya bagi masyarakat. Itu tergantung kepada peran mereka selama berada di tengah-tengah kelompok IS di Timteng. “Harus diklasifikasikan dulu apakah di sana mereka kombatan atau bukan. Karena ada juga yang cuma datang ke sana tapi cuma di bagian dapur umum atau sebagai kurir. Tapi memang ada juga yang di bagian tempur,” tuturnya. Sebelumnya, Ketua BNPT Suhardi Alius mengatakan bahwa WNI yang menjadi simpatisan IS di Timteng berjumlah lebih dari 500 orang. Sebagian di antaranya sudah kembali ke tanah air. Terkait hal tersebut, Wawan menjelaskan bahwa angka tersebut merupakan hitungan kasar. “Masih ada angka gelap lagi yang belum terpantau. Tapi upaya-upaya perbaikan terus dilakukan agar bagaimana caranya mereka dapat kembali ke pangkuan ibu pertiwi,” imbuhnya. (dod)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: