Seren Taun Cigugur Pesta Dadung, Simbol Saling Menghormati Antar Sesama Makhluk untuk Mencapai Keseimbangan Al

Seren Taun Cigugur Pesta Dadung, Simbol Saling Menghormati Antar Sesama Makhluk untuk Mencapai Keseimbangan Al

KUNINGAN - Salah satu rangkaian ritual perayaan upacara adat Seren Taun Masyarakat Adat Cigugur, Kabupaten Kuningan, adalah digelarnya Pesta Dadung, Rabu (21/9). Yaitu pestanya para petani dan gembala atas berkah yang diberikan Tuhan YME atas anugerah hasil tani dan ternak yang melimpah.   Dalam ritual yang digelar di pelataran Setu Hyang tersebut, para petani, gembala dan seluruh lapisan masyarakat diajak merenung atas karunia Tuhan yang telah menciptakan alam semesta yang dihuni oleh berbagai jenis makhluk hidup. Dan dalam menjalani kehidupan ini, seluruh makhluk dituntut untuk saling berdampingan dan hormat-menghormati untuk tercapai kehidupan yang seimbang.   Salah satu kegiatan dalam Pesta Dadung adalah dilakukannya ritual pelepasan hama seperti burung, tikus, keong, serangga dan ulat. Makna dari ritual ini, menurut Panitia Umum Seren Taun sekaligus pupuhu masyarakat adat Cigugur Rama Anom Gumirat Barna Alam, adalah mengajak kepada seluruh umat manusia untuk bijak dalam berkehidupan dan saling menghormati tidak hanya terhadap sesama manusia namun juga terhadap hewan dan tumbuhan, sekalipun yang merugikan seperti hama tersebut.   \"Sebenarnya keberadaan hama memang merugikan para petani. Namun dengan bersikap bijak, menghormati hama sebagai makhluk tuhan yang juga mempunyai hak hidup, kita tidak perlu membasmi mereka yang justu malah akan membinasakan mereka. Cukup dengan memindahkan kehidupan mereka ke ekosistem yang seharusnya, maka akan terjadi keserasian dan keseimbangan alam semesta ini,\" ungkap Gumirat.   Terjadinya kerusakan alam yang terjadi sekarang, kata Gumirat, bisa jadi disebabkan karena perilaku manusia yang tidak bisa menjaga keserasian alam dengan merusak dan membinasakan ekosistem satwa tertentu. Padahal keberadaan satwa tersebut memiliki peran yang sebenarnya sangat penting dalam menunjang terciptanya keseimbangan alam.   \"Contohnya keberadaan burung hantu atau dalam masyarakat Sunda dikenal dengan sebutan manuk buek yang kini sudah mulai punah. Hilangnya populasi burung hantu menyebabkan putusnya mata rantai makanan karena burung hantu sebagai predator hama tikus. Akibatnya, hama tikus menjadi merajalela sehingga malah berdampak kerugian yang sangat besar bagi para petani,\" kata Gumirat.   Dengan dilakukannya ritual pelepasan hama kembali ke habitatnya, lanjut Gumirat, mengartikan kita juga menghormati kehidupan mereka sekaligus meminta agar mereka tidak kembali dan mengganggu kehidupan manusia.   Dalam ritual Pesta Dadung juga digelar tari-tarian menggunakan tali dadung yang biasa digunakan untuk mencocok hidung kerbau saat membajak sawah kemudian diikatkan kepada para penari terdiri dari tokoh adat, petani dan anak gembala. Ritual ini mengartikan makna hidup agar menjaga tali silaturahmi di antara sesama dan berusaha jangan sampai terputus.   Dilanjutkan dengan menari bersama-sama atau dikenal dengan istilah tayub yang diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa melihat pangkat dan golongan, hal ini menunjukkan persatuan dan kesatuan tanpa membedakan mana rakyat jelata dan yang berpangkat. Diakhiri dengan kegiatan pemukulan 1000 kentongan oleh seluruh masyarakat dari Situ Hyang hingga Paseban Tri Panca Tunggal, bermakna memberi semangat dan penggugah hati masyarakat untuk tetap mematuhi setiap perintah tuhan dan jangan lengah untuk tetap waspada dalam menjalani hidup tanpa harus saling menyakiti diantara sesama makhluk ciptaan Tuhan. Tampak sejumlah pejabat pemerintah Kabupaten Kuningan seperti Kadisparbud Tedi Suminar mewakili Bupati Acep Purnama yang tidak bisa hadir karena alasan tugas, Kapolsek dan Danramil Cigugur beserta camat berikut tokoh masyarakat turut ambil bagian dalam acara Pesta Dadung kali ini. (taufik)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: