Garut Banjir Bandang, Ciayumajakuning Waspada!
GARUT- Musibah hidrologi lagi-lagi menelan korban. Puluhan orang tewas dan belasan lainnya masih dinyatakan hilang akibat terjangan banjir bandang di Kabupaten Garut dan longsor di Kabupaten Sumedang, Rabu pagi (21/9). Bencana alam di Kabupaten Garut dan Sumedang tentu menjadikan wilayah Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan (Ciayumajakuning) ikut waspada. Untuk daerah Majalengka dan Kuningan, memiliki karakteristik alam yang mirip dengan Garut dan Sumedang. Kabupaten Majalengka sendiri masuk urutan 7 daerah rawan bencana alam di Jawa Barat. Kuningan sendiri berada di urutan 16 di Jawa Barat. Pada tahun 2015, beberapa daerah yang juga rawan bencana alam (selain Garut dan Sumedang) adalah Kabupaten Cianjur, Sukabumi, Tasikmalaya, Ciamis, Bandung Barat, Kota Bandung. Kota/Kabupaten Cirebon dan Indramayu juga masuk daerah rawan bencana alam. Wakil Bupati Majalengka Dr H Karna Sobahi MMPd menyadari Kabupaten Majalengka termasuk kategori daerah rawan bencana alam. “Se Indonesia kita urutan ke-16 daerah rawan bencana alam. Untuk Provinsi Jawa Barat, kondisi kerawanan bencana alam di Kabupaten Majalengka di urutan ke-7,” terang Karna. Sesuai data Pemkab Majalengka yang disampaikan kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kabupaten Majalengka terdapat 98 desa rawan pergerakan tanah, 52 desa rawan tanah longsor, serta 48 desa lainya waran banjir. “Kondisi ini harus menyadarkan kita bahwa kita mesti bisa bersama-sama memelihara lingkungan dengan baik. Dan selalu waspada dengan segala kemungkinan kejadian bencana alam maupun dampaknya, terutama di puncak musim penghujan ini,” ujar dia. Wabup mengajak semua elemen masyarakat untuk menggalakan gerakan pemberdayaan dan kesadaran masyarakat dalam penanggulangan bencana alam, mulai lingkungan terkecil di masyarakat yakni di lingkungan RT maupun RW. Karna juga mengajak semua pihak untuk selalu waspada dalam menghadapi dan mengantisipasi bencana alam. “Semoga Allah SWT melindungi seluruh warga Majalengka dan berbagai musibah dan bencana alam,” imbuhnya. 8 KECAMATAN ZONASI TINGGI Sementara untuk Kabupaten Kuningan, 32 kecamatan masuk ke kategori daerah rawan bencana gerakan tanah atau longsor. Dari jumlah itu, ada 8 kecamatan yang masuk kategori zonasi tinggi. Sisanya adalah kategori sedang dan rendah. Delapan kecamatan itu adalah Cibingbin, Cibeureum, Cimahi, Ciwaru, Karangkancana. Kemudian, Ciniru, Subang dan Cilebak. “Tiap bencana longsor tidak terlepas daerah yang delapan itu, meski juga ada dari daerah lain. Namun, kerusakan tidak separah yang di delapan titik itu,” ucap Kepala Pelaksana BPBD Kuningan Agus Mauludin kepada Radar, kemarin (21/9). Sedangkan untuk lokasi yang bisa menimbulkan bencana banjir adalah Kecamatan Cimahi (Desa Cimahi, Kananga, Mulya Jaya, Suka Jaya, Cikeusal dan Mekarjaya ). Lalu, Kecamatan Selajambe, Kecamatan Subang, dan Kecamatan Cibingbin. KRONOLOGI BANJIR GARUT Sementara Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) Sutopo Purwo Nugroho membeberkan kronologi kejadian. Dari informasi yang dilaporkan, banjir bandang menerjang saat masyarakat sedang terlelap. Banjir datang setelah hujan yang terjadi sepanjang Selasa petang (20/9). Tak berselang lama, sekitar pukul 22.00 WIB, air mulai naik dengan cepat setelah aliran Sungai Cimanuk mulai meluap. “Puncaknya, Rabu pukul 01.00 WIB terjadi banjir bandang,” tutur Sutopo Purwo Nugroho di Kantor BNPB, kemarin (21/9). Tak kira-kira, terjangan banjir bandang itu meluluhlantakkan 7 kecamatan di Kabupaten Garut. Adapun kecamatan terdampak meliputi Bayongbong, Garut Kota, Banyu Resmi, Tarogong Kaler, Tarogong Kidul, Karang Pawitan dan Samarang. Hingga tadi malam sekitar pukul 23.30, sebanyak 20 orang dilaporkan tewas dan 18 orang lainnya masih dinyatakan hilang. Sembilan anak menjadi korban bencana banjir bandang Garut, sedangkan empat anak dinyatakan masih hilang. Jumlah ini bisa terus bertambah mengingat proses pendataan masih berlangsung. Selain itu, 1.000 jiwa terpaksa mengungsi di empat titik, seperti Korem 062 Tarumanegara, Kodim 0611 Garut, dan beberapa pos pengungsian lain karena rumah mereka terendam dan rusak. Diperkirakan ada ribuan rumah rusak, mulai dari skala ringan hingga berat. ”Sejumlah fasilitas umum juga dilaporkan rusak. Salah satunya RSUD dr Slamet yang sempat terendam air setinggi 30 cm,” ujar Sutopo. Merespons situasi ini, Bupati Garut Rudi Gunawan telah menetapkan status siaga darurat hingga tujuh hari ke depan. Tim SAR gabungan dari Basarnas, BNPB, BPBD Kabupaten Garut, BPBD Provinsi Jawa Barat, TNI, Polri I, Dinas PU, Tagana, Senkom Polri, NGO dan relawan pun terus melakukan pencarian dan penanganan korban. Tak lupa, posko darurat, dapur umum, dan posko kesehatan juga diirikan. Dana siap pakai untuk membantu penanganan banjir juga telah diajukan BNPB pada Kementerian Keuangan. “Kami masih mendata berapa kerugian total. Tapi fokus kita saat ini adalah pencarian dan penanganan korban,” tegas Rudi. Diakuinya, wilayah Garut memang akrab dengan bencana hidrologi. Namun, menurutnya, bencana kali ini merupakan terbesar. Bencana terjadi dengan magnitude cukup besar hingga berhasil memporak-porandakan 7 kecamatan. Buruknya DAS Sungai Cimanuk dinilai menjadi penyebab utama bencana banjir selalu berulang di Garut. Hal itu terlihat dari pengukuran besar koefisien regim sungai (KRS) Sunga Cimanuk yang mencapai 713. Padahal, untuk kategori baik, nilai KRS tak melebihi 40. Sedangkan, ukuran cukup berada di antara 40-80. “Ini sudah sangat buruk. Bahkan lebih parah dari pada Citarum. Sedimennya juga luar biasa,” keluhnya. Selain Garut, bencana hidrologi juga menyerbu 4 kabupaten lain di Jawa Barat. Yakni, Sumedang, Kuningan, Tasikmalaya dan Cianjur. Di Sumedang, banjir dan longsor terjadi cukup parah. Longsor terjadi Dusun Ciherang, Ciguling, Singkup, Cimareme, Babakan Gunasari di Desa Ciherang, Kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang pada Selasa, pukul 22.00 WIB. Longsor mengakibatkan 3 orang tewas, 2 orang luka dan 1 orang masih dalam pencarian. Sementara itu, Presiden Jokowi langsung memerintahkan Mensos Khofifah Indar Parawangsa dan Menkes Nila Moeleok untuk berangkat ke Garut. Jubir Presiden Johan Budi SP menjelaskan, Mensos dan Menkes diminta hadir langsung untuk melihat kondisi terkini dan langsung mengambil langkah yang diperlukan. Penanganan korban maupun fasilitas umum yang rusak mendapatkan prioritas. Presiden, tutur Johan, sudah mendapatkan laporan mengenai jumlah korban dan kondisinya, serta wilayah mana saja yang terkena banjir bandang. Karena itu, kemungkinan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono juga akan menyusul ke Garut untuk mengecek kondisi jalan maupun fasilitas publik yang rusak. Usai mengikuti ratas dengan Presiden, Mensos Khofifah langsung berangkat menuju Garut. Sementara, tim dari Kemensos semalam sudah berada di lokasi. (azs/mus/mia/byu/JPG)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: