Satu-satunya Cara Relokasi Penduduk

Satu-satunya Cara Relokasi Penduduk

GARUT- Relokasi warga dari daerah terdampak banjir bandang tidak bisa ditawar lagi. Harus dilakukan demi menyelamatkan warga. Apalagi ke depan musibah serupa bisa teruang lagi. Mensos Khofifah Indar Parawansa menyanggupi rencana relokasi. Menurutnya, hampir dari seluruh kejadian bencana longsor berakhir dengan opsi relokasi. Karena, daerah yang terdampak longsor itu sudah menandakan tingkat kerawanan yang tinggi. Artinya, kata Khofifah, risiko kembali terkena longsor saat didirikan hunian akan tetap sama. “Dengan relokasi, warga jadi aman,” kata Khofifah saat berada di Garut, kemarin. Untuk relokasi, lanjut dia, Kemensos tak bekerja sendiri. Ada peran BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) untuk menyiapkan hunian sementara bagi warga yang akan direlokasi. Di samping pemda yang ditugaskan untuk mencari lokasi untuk dibangun hunian tetap bagi warga. Apabila telah ditetapkan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Pu Pera) yang bertugas membangun hunian tetap di lahan yang disediakan. Dalam kesempatan yang sama, Wakil Bupati Garut Helmi Budiman turut menyanggupi proses relokasi bagi warga. Pihaknya akan mulai menginventarisasi lahan mana saja yang cocok untuk relokasi. Ia sudah memiliki gambaran di beberapa titik. “Kami memiliki beberapa lahan Apakah itu cocok atau tidak, harus dilihat lagi,” ujarnya. Sambil menunggu hal itu, Helmi mengaku sudah menyiapkan rusun yang ada di daerah kota. Bila berkenan, rusun bisa digunakan untuk 130 kepala keluarga (KK). Dari catatan BPBD Garut, setidaknya ada 380 unit rumah yang mengalami kerusakan parah, bahkan rata dengan tanah. BANTUAN TERUS MENGALIR Sementara itu, Mensos Khofifah Indar Parawansa ikut bergelut membantu para ibu, kemarin. Dia ingin memastikan semua kebutuhan logistik terpenuhi. “Dari dua dapur umum yang disambangi, proses delivery-nya terpenuhi,” tuturnya.  Dia menuturkan, sejatinya kebutuhan bahan pangan sudah dipasok pemerintah daerah. Kemudian, ada jatah beras cadangan pemerintah yang bisa dicairkan oleh pemda saat kondisi bencana. Pemda kabupaten/kota bisa mencairkan hingga 100 ton bila telah mengeluarkan SK tangap darurat. Jika memang masih tak mencukupi, pemprov bisa mengeluarkan SK serupa. Sehingga beras bisa dikucurkan hingga mencapai 200 ton. Selain memastikan kebutuhan logistik terpenuhi, Khofifah turut memberikan sejumlah bantuan dana bagi korban. Korban terdampak diberikan dana jaminan hidup sebesar Rp900 ribu per jiwa. Sementara itu, bagi korban meninggal, ahli waris mendapat dana santunan sebesar Rp15 juta per orang. Hingga saat ini, dari 23 korban meninggal di Kabupaten Garut, baru 12 ahli waris yang teridentifikasi. Jaminan hidup dan santunan ini juga diberikan bagi korban terdampak banjir dan longsor di Sumedang. \"Sisanya masih terus diidentifikasi, termasuk korban terdampak. Ini akan dilakukan oleh dinsos kabupaten,\" papar Ketua Muslimat NU itu. Tak hanya kebutuhan jasmani, pemerintah juga memberi atensi besar untuk psikologis korban. Terutama bagi korban anak-anak. Kemensos menyiagakan pekerja sosial untuk trauma healing. Seperti yang nampak di posko pengungsian di Gor Tajimalela, Sumedang. Anak-anak berkumpul dan diajak menggambar dan mewarnai. Kegiatan ini diharapkan bisa sejenak membantu melupakan kesedihan mereka. Sementara Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei mengatakan BNPB mengucurkan bantuan logistik senilai Rp2 miliar, selain kucuran dari BPBD Garut dan BPBD Provinsi Jawa Barat. Bantuan tersebut berupa makanan siap saji, selimut, tikar, tenda, pakaian sekolah dan lain-lain. “Dana siap pakai dari pemerintah untuk mendukung operasional tanggap darurat sebesar Rp400 juta juga siap digunakan,” ungkapnya. Sementara Direktur Eksekutif Disaster Victim Identification Mabes Polri Kombespol Anton Castilani mengatakan berdasarkan laporan terakhir pukul 18.00, terdapat 26 korban yang meninggal dunia dan 23 orang yang berstatus hilang. “Ini masih bersifat sementara ya,” paparnya. Untuk korban meninggal terdiri dari delapan orang laki-laki dan 18 orang perempuan. Dia menuturkan, semua korban meninggal dunia telah teridentifikasi. Untuk korban hilang dipastikan ada 15 perempuan, enam lelaki dan dua anak-anak. Semuanya masih diupayakan untuk pencarian. ”Bisa jadi, nanti akan terus berkembang ya,” paparnya. DAS CIMANUK BURUK Sementara itu, BNPB secara jelas menyebutkan banjir bandang di Kabupaten Garut disebabkan oleh buruknya daerah aliran sungai (DAS) Cimanuk. Bahkan dari data diperoleh, tingkat koefisien regim sungai mencapai angka 713 dari standar baik sebesar 40. Direktur Jenderal SDA Kementerian PUPR Imam Susanto menjelaskan, hulu Sungai Cimanuk yang di Bendung Copong memang mempunyai desain dengan kapasitasn aliran air sebesar 740 m3 per detik. Sementara intensitas aliran air kemarin mencapai 1.140 m3 per detik Hal itu membuat arus hilir sangat besar. “Kita memang mendesain tanggul sungai itu pada kapasitas tertentu,” tutur Imam. Curah hujan dalam di Garut pada waktu itu memang cukup besar. Mencapai 255 mm. Padahal, curah hujan pada intensitas 50-100 mm saja sudah dikategorikan tinggi. “Contohnya, curah hujan yang menyebabkan banjir Jakarta tahun 2013 hanya mencapai 180 mm,” terangnya. (mia/bil/idr)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: