Wahid Zaenanda, Penderita Obestitas asal Tegal; Dievakuasi Oleh 12 Orang ke RS

Wahid Zaenanda, Penderita Obestitas asal Tegal; Dievakuasi Oleh 12 Orang ke RS

Wahid Zaenanda (19) penderita obestitas dengan berat 180 kg akhirnya dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kardinah Tegal, Jumat (23/9). Sekitar pukul 08.22, Wahid mendapat penanganan medis di ruang instalasi gawat darurat (IGD). UNTUK proses penanganan medis, evakuasi remaja obesitas tersebut harus memerlukan bantuan 12 orang. Dari rumah, Wahid dipindahkan ke troli, kemudian  dibawa ke rumah sakit. Direktur RSUD Kardinah Abdal Hakim Tohari mengatakan pada umumnya obesitas terjadi karena dua faktor, yakni hormonal dan pola makan yang salah. Untuk kasus Wahid belum bisa disimpulkan karena masih menunggu hasil pemeriksaan tim dokter. Bahkan, lanjut dia, tim dokter khusus juga akan dibentuk jika hasil pemeriksaan dinyatakan bisa ditangani tanpa harus dirujuk. “Rangkaian pemeriksaan dilakukan untuk memastikan dampak obesitas, apakah berdampak pada terganggunya fungsi jantung, paru-paru, dan ginjal,”  jelasnya kepada  Radar Tegal (Radar Cirebon Group). Terkait penanganan medis, Abdal Hakim menuturkan bahwa dari hasil rangkaian pemeriksaan anamnesa  dan diagnose, selanjutnya akan di- mapping  permasalahan yang dialami penderita obesitas. Kemudian dianalisis dalam pemeriksaan intensif dengan memberlakukan diet gizi. Intinya, apapun langkah medis yang harus ditempuh akan tetap dilaksanakan dan ditanggung sepenuhnya serta dijamin oleh dinas kesehatan. “Tercover BPJS atau tidak, penderita obesitas akan tetap ditangani hingga tuntas,” ujarnya. Sebelumnya, Winarni (46), ibunda Wahid mengatakan obesitas yang dialami putra pertama dari lima bersaudara itu sudah terdeteksi sejak usia dua tahun hingga memasuki usia tiga tahun. Sebab, selain divonis tergolong balita autis, pola makan yang tidak wajar Wahid sudah terlihat dengan kebiasaan dan hobi mengonsumsi makanan berat yang tidak bisa dikontrol oleh keluarga. Misalnya makan telur ayam 3 kg, ayam goreng 3 kg plus nasi, hingga mi instan 10 bungkus setiap harinya. “Pola makan Wahid terpaksa kami turuti sejak usia dua hingga 13 tahun. Sebab, kalau tidak dituruti ngamuk terus,”  terangnya. Winarni menjelaskan, berbagai upaya sudah dilakukan untuk mengurangi dan menurunkan berat badan Wahid. Namun tetap tidak membuahkan hasil. Bahkan, dengan kombinasi pemeriksaan kesehatan dan konsultasi ke psikiater di RS Mitra Siaga Tegal pun tak kunjung membuahkan hasil. Hingga akhirnya obesitas yang dialami Wahid mencapai puncaknya pada usia 19 tahun. Namun, kini pihaknya bersyukur karena atas bantuan pemberitaan media massa, Wahid mendapatkan penanganan medis secara intensif. (syf/fat)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: