(4) Napak Tilas dengan Pesawat Bekas Perang Dunia II; Orang Tua Juga Berhak Punya Mimpi

(4) Napak Tilas dengan Pesawat Bekas Perang Dunia II; Orang Tua Juga Berhak Punya Mimpi

Pesawat Douglas C-47 Skytrain menjadi andalan logistik tentara sekutu pada Perang Dunia (PD) II (1939–1945). Pada usia lebih dari 70 tahun, pesawat berbadan bongsor itu masih bisa terbang. Dari Australia menuju Tiongkok. Untuk menapaktilasi operasi pengiriman logistik melewati Pegunungan Himalaya. TUJUAN akhir C-47 Skytrain adalah Guilin, Tiongkok. Di sana pesawat dengan kombinasi cat hijau tua dan putih itu akan menjadi sajian utama di Flying Tiger Heritage Park and Museum. Menjalani penerbangan C-47 Skytrain yang penuh risiko tentu saja membutuhkan nyali besar. Pun demikian Jobe dkk. Semuanya memiliki track record hebat. Claytor adalah seorang bush pilot, pilot untuk kawasan-kawasan yang sulit dijangkau dan tanpa landasan pacu. Dia pernah mendarat di hutan dan padang pasir di Afrika dan Asia. Sementara itu, Alan Searle adalah pilot berjam terbang paling tinggi dengan pesawat C-47. Dia menghabiskan lima tahun untuk mengeksplorasi Papua Nugini. Dale Mueller adalah pilot pesawat pengebom Boeing B-52 milik US Air Force. Namun, dengan adanya masalah tersebut, dia terpaksa mundur karena mesti kembali bekerja. Dia digantikan Bob Small. Barry Arlow, satu-satunya mekanik dalam Flying The Hump, punya catatan menjadi mekanik C-47 Skytrain lebih dari 50 tahun. Semuanya sudah tua. Kalau dijumlahkan, usia mereka 343 tahun. Benar-benar tua-tua keladi. ”Orang tua juga berhak punya mimpi. Mimpinya untuk memberikan penghormatan kepada pilot yang telah menyelamatkan dunia,” kata Claytor dengan mimik serius. Mesin baru untuk C-47 Skytrain rencananya tiba di Bandara Juanda Senin malam (26/9). Total biaya yang dikeluarkan mencapai USD 40.000. Untuk pembelian mesin maupun biaya pengiriman. Rencananya, mesin dirakit ulang pada Rabu (28/9). Rute C-47 Skytrain diharapkan bisa dijalani pada 3 Oktober. Rute selanjutnya adalah Johor Bahru, Utapao (Thailand), Mandalay (Burma, sekarang Myanmar), Kunming (Tiongkok), dan terakhir Guilin. Keep flying...!(Fajrin Marhaendra/Habis)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: