Adakah Nama Alternatif Calon Walikota?

Adakah Nama Alternatif Calon Walikota?

Oleh: IING CASDIRIN PEMILIHAN walikota Cirebon masih jauh, nanti pada tahun 2018, tapi aromanya sudah terasa. Hari H-nya masih dua tahun lagi, tapi sudah ada beberapa nama yang selalu disebut bakal maju sebagai calon walikota atau wakilnya. Sepertinya sudah tidak sabaran. Atau, merasa sudah kelamaan. Sebab sejauh ini nama-nama yang muncul hanya nama-nama itu saja; politisi, seputaran eksekutif dan legislatif. Ada juga satu nama dari kalangan pengusaha. Mungkin pembaca sudah tahu siapa saja mereka. Ada calon dari petahana walikota Nasrudin Azis, pimpinan DPRD Edi Suripno dan Eti Herawati atau Eeng Charli. Dan satu lagi seorang pengusaha, Bamunas Budiman atau Oki. Warga Kota Cirebon, termasuk saya di dalamnya, mungkin rada bosan, sejak lima tahun terakhir yang muncul nama-nama itu saja. Adakah nama lain di luar mereka, bukan politisi, atau yang belum terkontaminasi dengan politik?  Sosok yang sama sekali baru, yang jauh dari urusan proyek pemerintahan, bisa akademisi atau pengusaha, yang tidak terkontaminasi politik, apalagi terkontaminasi debu batubara. Mencari sosok lain bukan berarti nama-nama yang sering muncul itu tidak lagi layak jadi walikota, atau dicalonkan sebagai walikota. Cuma ingin menyadarkan kita semua dengan sebuah pertanyaan; dari 300 ribu penduduk Kota Cirebon, masa sih cuma tidak lebih dari 5 orang saja yang dianggap mampu jadi walikota? Penulis pernah tidak sengaja ngobrol soal ini dengan pegiat medsos nomor wahid di Cirebon, Agus Gineer. Eh dia pun ternyata berpikiran sama. Malah, dia sudah menyebutkan inisial nama calon pemimpin idamannya. Nama baru, “bersih”, dan dianggap mampu. Waduhhh... Publik memang seharusnya ikut mencari sosok-sosok ideal yang sebagai calon kepala daerah, di luar nama-nama yang sering disebutkan itu. Makin banyak pilihan tentu akan lebih baik bagi kita untuk mencari yang terbaik. Saat memilih baju di mall, kita sering bertanya kepada penjaga stand-nya, ada yang lain nggak modelnya? Boleh dong kita juga sekali-sekali bertanya ketika hendak memilih calon walikota, ada pilihan lain nggak? Publik tetap harus ikut mencari, sebab menyerahkan tugas mencari nama-nama baru  kepada parpol rasanya sulit untuk terwujud. Karena, hampir pasti parpol akan menyodorkan nama-nama yang itu-itu lagi. Parpol akan lebih dulu menyodorkan loyalis partainya, atau orang-orang yang sudah membayar mahar kepada partai, ketimbang nama-nama dari luar. Padahal Jokowi, Ibu Risma dan Ridwan Kamil adalah kepala daerah yang tidak memulai karirnya  dari seorang partai. Mereka adalah pekerja, mempunyai kepedulian, ide, gagasan yang kaya. Mereka justeru memulai karir politiknya setelah terpilih jadi walikota. Maksud saya, adakah orang-orang baru di Cirebon seperti mereka, yang bisa kita dorong bersama-sama untuk jadi walikota? Keterlibatan publik dalam memilih dan mengusung nama calon walikota merupakan hal penting. Pilkada adalah momentum untuk menentukan masa depan daerah kita yang lebih baik. Masa depan yang baik, ditentukan sejauhmana rakyat memanfaatkan momentum pilkada dengan cerdas. Memilih dengan cerdas tentu tidak hanya didasari pada pengetahuan sepintas akan calon-calon pilihan, apalagi tanpa pengetahuan sedikitpun, atau bahkan memilih karena uang. Tetapi pemilih cerdas adalah ikut memunculkan nama-nama baru, memilah, menyaring informasi, tentang sepak terjang dan rekam jejaknya. Munculnya nama-nama baru sebagai pilihan, dipadu dengan pemilih kita yang sudah cerdas bisa  juga akan meminimalkan angka golput. Paling tidak, harapannya akan menemukan sosok calon walikota idamannya lebih berpeluang bisa terpenuhi saat diperhadapkan pada banyak pilihan. Apa kriterianya memunculkan nama-nama baru? Tidak ada ketentuan yang baku, tetapi minimal yang dianggap mampu dan belum pernah terlibat politik dalam hingar bingar pilkada lalu. Tidak perlu mencari sosok yang sempurna, karena mencari calon pemimpin yang sempurna itu perbuatan yang sangat sia-sia. Tak ada satu pun manusia sempurna di dunia ini. Mereka pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tapi yang mendekati sempurna menurut versi kita pasti ada. Intinya, sejak sekarang kita harus punya kriteria untuk memantapkan hati dalam menentukan pemimpin kota ini pada lima tahun mendatang. Kecerdasan dalam memilih adalah bentuk kritis rakyat dalam mempertaruhkan masa depannya. Kesadaran politik kritis terhadap hegemoni dominan dan situasi politik yang tidak adil merupakan dasar penting untuk sebuah demokrasi, penting juga untuk mewujudkan masyarakat yang beradab. Sampai di sini, sudah terbayangkah di benak anda nama-nama lain selain mereka? (*)   Penulis, pengasuh radarcirebon.com

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: