Warga Putridalem Lakukan Sedekah Bumi Sambut Masa Tanam
JATITUJUH - Adat istiadat yang menjadi ciri kebudayaan dan kearifan lokal di Majalengka jumlah dan jenisnya beraneka ragam. Salah satunya dalam hal yang berhubungan dengan mata pencaharian sehari-hari yakni bertani. Kalau pada masa panen ada yang dinamakan upacara Mapag Sri, maka untuk masa tanam padi biasanya petani menggelar upacara sedekah bumi. Seperti yang dilakukan petani dan pemerintah Desa Putridalem kecamatan Jatitujuh, kemarin. Kades Putridalem Toto Suharto mengatakan, tujuan upacara sedekah bumi agar keselamatan dan kebahagiaan dunia akhirat menyertai seluruh warga desanya. Tujuan lainnya adalah untuk “menyedekahi” sawah, agar hasil pertanian melimpah dan tidak terkena hama pada musim tanam pertama ini. “Tradisi yang sudah turun temurun ini wujud rasa syukur sekaligus permohonan kepada tuhan, dengan berdoa bersama mengharapkan yang terbaik untuk hasil tanam dan panen nanti. Upacara digelar di jalan perempatan desa dipimpin tokoh agama dan adat desa, dan semua warga antusias hadir,” ujar Toto kepada Radar, Kamis (6/10). Upacara tersebut juga mencerminkan sifat gotong-royong masyarakat desa yang masih kuat. Mereka dengan ikhlas menyisihkan rezeki sekadar membuat dan membawa sejumlah hidangan, untuk disantap bersama seusai upacara. Tidak ada jarak yang memisahkan baik miskin, kaya, tua, dan muda. Semua larut dalam kebersamaan. “Ada yang membawa nasi tumpeng beserta lauk pauknya, nasi kuning, sayuran, buah-buahan dan lainnya. Seusai upacara biasanya kita berkumpul untuk mendiskusikan kembali mengenai pemilihan bibit padi, irigasi maupun obat-obat pertanian. Jadi tak sekadar seremonial, tapi ada unsur diskusi mengenai yang terbaik untuk mereka sendiri,” tuturnya. Nurhaeni (55) warga desa setempat menambahkan, yang dia tahu upacara tersebut sudah dilaksanakan sejak dulu. Ketika dirinya masih kecil dan diajak kakeknya untuk datang di upacara itu. Bahkan tiap tahun dirinya tidak ketinggalan mengikuti dan mengajak anaknya, agar budaya tersebut bisa diturunkan ke generasi selanjutnya. “Sebagian besar warga disini kan petani, yang berharap agar lahan pertanian yang kita garap senantiasa subur dan memberikan hasil yang melimpah. Oleh karena itu, dirasa perlu mengadakan upacara adat ini. Bumi tidak lain adalah tanah, tempat mereka melangsungkan hidup dan kehidupannya melalui aktivitas pertanian. Bagaimanapun juga aktivitas pertanian memerlukan tanah yang subur,” tandasnya. Hal yang sama juga dilakukan puluhan warga di blok Dukuh Maja RW 01 Desa Weragati Kecamatan Palasah, namun di Weragati namanya disebut bongkar bumi. Agenda tersebut digelar di lapangan balai Dusun Dukuh Maja. Warga antusias membawa berbagai jenis makanan lalu disantap bersama di lapangan terbuka dengan alas terpal untuk menjemur padi. Kepala Desa Weragati, Drs Askari mengatakan acara bongkarar bumi di blok Dukuh Maja merupakan tradisi yang setiap tahun diilaksanakan. “Setiap akan tanam padi, warga blok Dukuh Maja menggelar bongkar bumi yang diisi doa bersama dan makan bersama warga setempat. “Warga menggelar tradisii bongkar bumi dengan sederhana, cukup membawa makanan dari rumah masing-masing dan dinikmati bersama-sama di lapangan terbuka. Tidak ada pentas hiburan atau apapun dalam tradisi masyarakat, kecuali tahlil dan doa bersama,” kata Askari didampingi Kadus Dukuh Maja, Kalim. Dirinya mengingatkan tradisi bongkar bumi merupakan budaya masyarakat dan bukan anjuran atau berdasar syariat agama Islam. Harapannya proses tanam hingga panen berjalan lancar dan menghasilkan produksi pertanian yang baik. “Baik tidakhya hasil pertanian nanti bukan karena tradisi bongkar bumi, tapi bagaimana proses pengolahan pertanian yang baik disertai doa kita kepada Allah,” beber Askari. (gus/ara)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: