Tradisi Ngarot, 1000 Gadis Indramayu Menyambut Musim Hujan

Tradisi Ngarot, 1000 Gadis Indramayu Menyambut Musim Hujan

INDRAMAYU- Karnaval Eksotika 1.000 Gadis Ngarot kembali digelar di Indramayu dalam rangka Hari Jadi ke-489 Indramayu Tahun 2016, Minggu (9/10). Berbeda dengan tahun sebelumnya, tahun ini 1000 gadis ngarot ditemani jejaka yang membawa keranjang yang dipikul dan berisi mangga gedong gincu. Peserta karnaval 1.000 Gadis Ngarot kali ini terdiri dari gadis ngarot asal Desa Lelea Kecamatan Lelea, yang merupakan desa pelopor dilaksanakannya adat Ngarot. Kemudian ditambah dengan peserta yang berasal dari berbagai sekolah di Kota Indramayu, baik siswa SMP maupun SMA/SMK. Mereka berjalan kaki sejauh hampir tiga kilometer,dari depan GOR Dharma Ayu menuju alun-alun Indramayu. Sepanjang perjalanan mereka menyita perhatian warga, yang sudah menunggu sejak pagi di pinggir jalan. Saking banyaknya warga, mereka sampai membludak ke bahu jalan, tanpa mempedulikan adanya pagar pembatas di tepi trotoar. Selain Gadis Ngarot, dalam karnaval kali ini juga diikuti oleh jejaka Ngarot. Mereka membawa keranjang yang dipikul dan berisi mangga gedong gincu. Ini merupakan symbol Kabupaten Indramayu sebagaia penghasil mangga. Buah manga tersebut semula akan dikumpulkan di alun-alun untuk dilakukan gerebak mangga gedong gincu. Namun karena sepanjang perjalanan buah manga tersebut banyak diminta oleh warga sehingga jumlahnya berkurang. Akhirnya di depan panggung kehormatan sisa mangga yang masih ada tersebut langsung dibagikan kepada penonton dengan cara dilempar keatas. Manga itupun menjadi rebutan warga. Karnaval 1.000 Gadis Ngarot ini ternyata juga menyita perhatian warga dari luar Kabupaten Indramayu. Mereka banyak yang berdatangan dari Jakarta, Solo, Jogjakarta, Semarang, Bandung, Cirebon dan kota-kota lainnya. Bahkan ada fotografer dari Malaysia yang sengaja hadir ke Indramayu, untuk melihat langsung eksotika gadis ngarot. “Saye sengaje datang kemari untuk mengabadikan peristiwa yang langka dan menarik. Saya tahu informasi ini dari teman saya di facebook,” ujar Abdul Rahman, pria asal Malaysia. Bupati Indramayu, Hj Anna Sophanah, yang beranjak dari panggung kehormatan dari awal hingga akhir, tersenyum puas atas suksesnya penyelenggaraan Karnaval 1.000 Gadis Ngarot. Bupati berharap kepada panitia agar penyelelenggaraan acara ini kedapan bisa lebih baik lagi. “Harapan kami, melalui even-even seperti ini akan menarik wisatawan untuk hadir di Indramayu, menikmati wisata seni dan budaya,” ujarnya. Ngarot merupakan upacara adat menyongsong datangnya musim hujan, yaitu tibanya musim tanam padi, dan biasa dilaksanakan pada pekan ketiga bulan November atau Desember dan selalu dilaksanakan pada hari Rabu. Hari yang dianggap keramat dan hari baik oleh masyarakat Lelea untuk menanam padi. Istilah ngarot berasal dari kata ”nga–rot” (basa Sunda) yang berarti minum atau ngaleueut. Uniknya, hanya pemuda dan pemudi yang masih menjaga kesuciannya yang boleh ikut dalam acara ini karena jika pemuda atau pemudi sudah tidak suci akan terlihat sangat buruk di mata para peserta ngarot. Dalam upacara ini para gadis desa peserta upacara dihias dengan mahkota bunga di kepalanya sebagai lambang kesucian. Berbusana kebaya berselendang yang dilengkapi aksesori, seperti kalung, gelang, cincin, bros, peniti emas, dan hiasan rambut. Para gadis pun bermahkotakan rangkaian bunga-bunga, yaitu kenanga, melati, dan kertas. Sementara remaja putra mengenakan busana baju komboran dan celana gombrang berwarna hitam, lengkap dengan ikat kepala. (oet)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: