Cuaca Ekstrem Sebabkan Tanaman Cabai Rusak, Petani di Kramatmulya Rugi Besar
KUNINGAN - Kondisi cuaca akhir-akhir ini yang tak menentu membuat tanaman cabai di wilayah Kabupaten Kuningan rusak. Hal ini pun dikeluhkan para petani cabai di Desa Cikaso, Kecamatan Kramatmulya, yang harus mengalami gagal panen dan menderita kerugian cukup besar. Seperti diungkapkan petani bernama Suhani (48), cuaca yang kerap terjadi hujan yang disusul cuaca panas terik membuat tanaman cabainya banyak yang mati. Akibatnya, buah cabai yang sudah memasuki masa dewasa pun menjadi layu dan akhirnya membusuk. \"Sejak satu bulan ini cuaca kurang bersahabat. Sesaat panas, tiba-tiba hujan kemudian panas lagi. Cuaca seperti ini membuat tanaman cabai rusak, akibatnya buah cabai yang tinggal dua minggu panen menjadi busuk,\" kata Suhani. Kondisi ini, kata Suhani, dialami sebagian besar petani cabai di Kecamatan Kramatmulya. Total lahan pertanian cabai di wilayah tersebut diperkirakan mencapai lebih dari 20 hektare. Untuk mencegah kerugian lebih besar, Suhani dan para petani lain terpaksa memanen dini cabai-cabainya meskipun masih hijau. Sebab apabila dibiarkan lebih lama, cabai tersebut malah akan membusuk dan tak bisa terjual sama sekali. \"Kalau cabai yang sudah merah harganya lumayan, bisa mencapai Rp 20.000/kg. Tapi kalau masih hijau seperti ini harganya hanya Rp 8.000 saja. Tentu ini tidak sebanding dengan pengeluaran kami untuk bibit, pupuk dan perawatan selama tujuh bulan,\" keluh Suhani. Senada diungkapkan Angkadi yang memiliki lahan pertanian cabai seluas 50 bata, dan hasil panennya sangat mengecewakan. Jika pada saat musim bagus dari lahan tersebut bisa menghasilkan 5 kwintal cabai merah. Namun, kali ini dia hanya bisa memanen cabai 1 kwintal saja, itu pun campur dengan cabai hijau. \"Biasanya saat musim panen menghasilkan 5 kwintal dengan hasil penjualan bisa mencapai Rp 10 juta. Tapi sekarang hanya sekitar 1 kwintal saja. Itu pun campur cabai hijau. Baru sekarang kami mengalami kerugian besar seperti ini,\" kata Angkadi. Atas kejadian ini, Angkadi, Suhani dan petani lain hanya bisa pasrah dan menjadikannya pelajaran untuk musim berikutnya. Menurut mereka, kejadian ini merupakan risiko yang harus diterima dan disyukuri sekalipun mengalami rugi. (taufik)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: