Warga Cangkuang Gelar Babarit di Lokasi Situs Purbakala
KUNINGAN - Ada yang menarik dari upacara adat Babarit warga Blok Cangkuang, Lingkungan Lamepayung, Kelurahan Kuningan, yang digelar Rabu (12/10) sore tadi. Mereka menggelar syukuran yang dikenal juga dengan sebutan Sabumi di lokasi situs cagar budaya peninggalan manusia purba zaman megalitik. Konon, di lokasi tersebut awalnya merupakan tempat pemujaan masyarakat purba terhadap roh leluhur nenek moyang mereka zaman dulu. Namun kini, warga setempat menjadikan lokasi tersebut sebagai tempat berkumpul warga untuk bersyukur dan memanjatkan puji dan puja kepada Sang Pencipta atas karunia dan nikmat yang didapat selama ini dalam tradisi Babarit. Tradisi Babarit warga Cangkuang diawali dengan pengambilan air dari mata air Cikuningan di Desa Cigugur yang jaraknya sekitar 5 Km. Air yang dibawa oleh tiga pemuda desa dengan menggunakan wadah bambu tersebut kemudian dicampurkan dengan air kembang yang sudah disiapkan warga sebelumnya. Tak jauh dari wadah berisi air kembang tersebut, warga juga menyimpan beberapa wadah berisi tumpeng lengkap dengan lauk pauknya serta beberapa butir buah kelapa hijau untuk dibacakan doa. Acara kemudian dilanjutkan dengan memanjatkan doa bersama-sama yang dipimpin oleh seorang pemuka agama di lingkungan setempat. Setelah pembacaan doa usai, tibalah pada puncak acara yang dinanti-nanti warga Cangkuang, yaitu berebut untuk mendapatkan air kembang yang telah dibacakan doa tadi. Warga mempercayai air kembang yang telah dibacakan doa dalam tradisi Babarit memberikan berkah dan khasiat tersendiri seperti dijauhkan dari segala marabahaya, dilancarkan rezeki, enteng jodoh hingga dapat menyembuhkan penyakit. Seperti diungkapkan Jono selaku Ketua Panitia acara Babarit, kegiatan tersebut merupakan tradisi rutin tahunan warga Cangkuang sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kepada Tuhan YME atas limpahan karunia dan nikmat yang telah diterima selama ini. Tak ada tanggal atau hari khusus untuk penyelenggaraan acara syukuran tersebut, yang terpenting adalah digelar setiap bulan Muharam sebelum tanggal 15. \"Sama halnya dengan kegiatan Babarit di daerah lain, tujuannya adalah sebagai bentuk syukuran warga atas segala yang telah diberikan Tuhan selama ini. Selain itu, sesuai namanya Babarit yang berarti ngabubarkeun wewerit atau membuang penyakit bermaksud meminta perlindungan Tuhan dari segala marabahaya dan kemalangan yang mengancam,\" kata Jono. Sementara itu Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kuningan Tedi Suminar yang turut menghadiri acara tersebut mengapresiasi antusias warga yang tetap menyelenggarakan tradisi Babarit tersebut sebagai salah satu wujud pelestarian budaya Kuningan. Terlebih pelaksanaan tradisi Babarit yang digelar di kawasan situs pra sejarah, dia berharap akan menjadi nilai tambah sebagai daya tarik wisata. \"Diyakini Kabupaten Kuningan dahulunya merupakan perlintasan manusia Purba yang hidup sekitar 3.500 tahun sebelum masehi. Ini dibuktikan dengan keberadaan tempat pemujaan di daerah Cangkuang ini. Kegiatan tradisi Babarit yang digelar di kawasan cagar budaya ini menjadi nilai tambah sebagai aset wisata yang menampilkan kearifan lokal sekaligus memperkenalkan tentang adanya peninggalan sejarah,\" kata Tedi. (taufik)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: