Ellycia Salsabil, Siswa Smanda Pelopor Keselamatan Transportasi Darat

Ellycia Salsabil, Siswa Smanda Pelopor Keselamatan Transportasi Darat

Tubuhnya mungil. Tapi tidak dengan idenya. Pikirannya luas, inovasi yang brilian disertai kemampuan komunikasi yang baik, mengantarkan gadis 16 tahun ini mendapat predikat juara pelajar pelopor keselamatan transportasi darat. Laporan: MIKE DWI SETIAWATI, Cirebon KESAN adem-ayem kini menjelma menjadi tanda tanya, kendaraan bermotor jumlahnya telah bertambah puluhan kali lipat. Ruang kosong dan terbuka hijau sebagian terbabat habis dengan dalih mendukung pembangunan. Perjalanan di siang hari pun jadi tak nyaman, terik matahari begitu membakar serta didukung kemacetan di beberapa ruas jalan tidak dapat dihindari. Kondisi itu yang membuat Ellycia Salsabil, pelajar SMAN 2 Cirebon berpikir dan mencetuskan sebuah ide. \"Revitalisasi Halte SSN\", sebuah konsep dari ide gadis yang akrab disapa El itu. Konsep tersebut membawa El terpilih sebagai juara satu pemilihan pelajar pelopor keselamatan transportasi darat yang digelar Dinas Perhubungan Jawa Barat pada Agustus 2016. Untuk mendapatkan gelar itu, El telah melewati berbagai tahap dan bersaing dengan 50 pelajar lainnya dari berbagai kota. Ia diuji dalam hal kesehatan, kemampuan dasar transportasi darat, hingga pengetahuan angkutan jalan. El menceritakan konsep Revitalisasi Halte SSN. SSN sendiri artinya Sehat, Sejuk dan Nyaman. El ingin, halte-halte yang ada di Kota Cirebon memberikan kenyamanan kepada masyarakat saat menunggu angkutan kota (angkot). \"Jangan cuma jadi pajangan saja. Halte seharusnya selain untuk nunggu angkot tapi nyaman untuk sekadar berteduh dari hujan atau terik matahari,\" ujar siswi kelas 11 IPA 4 itu. Dalam konsepnya itu, El membuat miniatur halte SSN. Miniatur tersebut dibuatnya dari bahan-bahan daur ulang. Miniatur halte yang dipenuhi tanaman, mewakili konsep sehat dan sejuk. Kursi-kursi yang dibuat sedemikian rupa di miniatur tersebut menggambarkan konsep nyaman. Miniatur yang dibuat El mendapat apresiasi dari Dishub Jawa Barat dan dijadikan percontohan. \"Untuk konsep nyaman tadi itu ada kursi-kursi, tapi bukan kursi panjang yang rawan ditempati gelandangan,\" ungkapnya. El mengaku sangat prihatin karena seringkali melihat halte kosong tak berpenghuni. \"Halte masih saja dibiarkan tanpa perhatian dan jauh dari kata nyaman. Apalagi kondisi cuaca yang semakin tak menentu, makin gelisah deh menunggu,\" kata siswi yang mengikuti ekstrakurikuler English Sociality of Smanda itu. El pun semakin prihatin melihat warna cat yang memudar atap bolong-bolong, tempat duduk hilang, hingga coretan sudah menjadi pemandangan yang terlihat di halte-halte Kota Cirebon. Kalaupun ada halte yang kondisinya masih layak, sering kali sudah beralih fungsi menjadi tempat berjualan, bahkan tempat nongkrong anak jalanan. Putri dari pasangan Suyanto (54) dan Sugi Piwahyuni (37) itu mengaku senang jika ide dan konsepnya bisa diterapkan di Kota Cirebon. \"Kalau diterapin di Kota Cirebon senang sekali, inovasi dan ide saya terwujud,\" pungkasnya. (*)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: