Kampanye Calon Presiden AS; Clinton Pulang dengan Uptown Funk, Trump Diiringi God Bless the USA
Menyaksikan kampanye dua nomine presiden AS di kota dan hari yang sama adalah kesempatan langka. Wartawan Jawa Pos (Radar Cirebon Group) SOFYAN HENDRA yang kini berada di Cedar Rapids, Iowa, Amerika Serikat (AS), menceritakan momen itu. *** JUMAT pagi (28/10) kabut yang masih tebal menggantung di udara Cedar Rapids. Angin dingin menusuk. Asap bermunculan dari bibir orang-orang ketika saling menyapa. Menembus pagi yang chilling itu, Tiffany membawa sekotak termos biru berlabel Jimmy John’s, waralaba hidangan cepat saji. Isinya berlusin-lusin sandwich mungil isi daging. Dengan senyum merekah, dia menawarkan makanan pengganjal perut itu kepada para relawan kampanye Hillary Clinton yang sedang menyiapkan tempat di halaman NewBo City Market, Cedar Rapids. Yang ditawari geleng kepala. Menolak halus. Tiffany tersenyum. ”It’s free,” kata Tiffany. Si relawan pun menerima dengan senang hati. ”Aku tak bermaksud apa-apa. Hanya ingin berbagi. Kalau semua makan, semua senang,” kata Tiffany saat ditanya Jawa Pos tentang motivasinya membagi-bagikan sandwich. Dia menyatakan bukan pendukung Clinton. Namun, dia berharap, jika menjadi presiden, mantan first lady itu bisa menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan. Tak berapa lama, datanglah Brad. Pria separo baya itu mengelola gerai Great American Popcorn, tepat di seberang NewBo City Market. Dia menggotong dua kantong kertas besar berisi popcorn. Dibagi-bagikannya jajanan jagung itu kepada relawan. ”Saya ingin Hillary memajukan usaha kecil,” ujar Brad. Di depan gerainya yang kemudian menjadi tempat berkerumun pendukung Clinton yang tidak bisa masuk ke area kampanye, Brad menempel tulisan: Hillary Loves Popcorn. Rally for Small Business. Suasana kekeluargaan memang tampak menonjol dalam kampanye Clinton di Cedar Rapids. Para suporter yang datang berkelompok cukup santai dan sabar menunggu antrean skrining oleh Secret Service. Semua dicek satu per satu dengan pintu masuk umum yang hanya satu pula. Sementara itu, bagi penyandang disabilitas dan suporter yang sudah sepuh, disediakan jalur yang lebih ekspres. Robyn Clark-bridges, 50, aktivis Partai Demokrat setempat yang juga menjadi delegates dalam Kaukus Iowa lalu, datang dengan kostum yang dia rancang sendiri. Dia mengenakan celana hitam berbordir deretan mawar. ”Ini simbol perempuan yang berbaris menuju Gedung Putih,” kata Robyn yang pernah tinggal di Papua Nugini itu. Meski antrean untuk masuk area sudah dimulai pukul 10.00 waktu setempat, kampanye baru mulai tiga jam kemudian. Selain calon anggota Kongres dari Cedar Rapids dan para aktivis perempuan, kampanye memberikan kesempatan kepada warga biasa untuk berada di atas podium. Cindy Garlock, pensiunan guru, mendapat kesempatan berpidato dan memanggil Clinton ke atas podium. ”Kita akan memilih. Kita akan menang dan menjadikan perempuan pertama yang menjadi presiden Amerika Serikat,” kata Garlock. Seusai berpidato, Clinton berpamitan dengan diiringi Up Town Funk, lagu yang dipopulerkan Mark Ronson dan Bruno Mars. Setelah kampanye Clinton tuntas, dipisahkan oleh Cedar River, para suporter Donald Trump sudah berkumpul di McGrath Amphitheatre. Itu tempat pertunjukan yang berjarak 18 menit jalan kaki dari area kampanye Clinton. Dengan jumlah yang jauh lebih banyak daripada suporter Clinton, pendukung Trump lebih atraktif. ”Hey, Deplorables!” sapa pembawa acara. Suporter menjawab, ”I’m deplorable!” Menyebut diri sendiri sebagai yang tercela memang terdengar gila. Namun, itu adalah sindiran para pendukung Trump kepada Clinton. Nomine Partai Demokrat tersebut pernah menyebut sebagian pendukung Trump adalah orang-orang yang deplorable. Serangan yang diarahkan kepada pihak Trump memang banyak yang justru jadi bahan olok-olok. Ada poster berbunyi Don’t be a Pussy. Vote Trump. Itu merujuk locker room talk atau obrolan mesum cowok yang dilakukan Trump dengan Billy Bush di syuting Access Hollywood, sebuah kesalahan yang diakui Trump. Terkait dengan serangan tentang skandal perempuan, mereka malah mengusung poster merah jambu bertulisan Woman for Trump. Amy Wasmer (35) ibu empat anak yang tinggal di Missouri, membawa poster Classy Woman for Trump. ”Karena pendukung Trump bukan nasty woman,” kata mantan guru itu, merujuk celaan Trump kepada Clinton yang dilayangkan pada debat pemungkas. ”Kami semua perempuan berpendidikan. Namun, kami tidak mendapatkan tempat yang baik karena imigran gelap merampas hak kami,” kata Wasmer yang tinggal di Missouri itu. Selain itu, banyak ucapan Trump yang menjadi inspirasi bahan kampanye mereka. Misalnya, Steven, 27, pekerja kasino di Cedar Rapids. Dia mengenakan baju bertulisan Mexico Will Pay sebagaimana ucapan Trump tentang tembok perbatasan: Mexico will pay the wall! ”Trump itu orangnya realistis. Bukan pembohong seperti Hillary,” kata Steven. ”Hanya Trump yang mampu membangkitkan ekonomi Amerika,” tambahnya. Ucapan Trump dalam debat kedua yang ingin memenjarakan Clinton juga membuat pendukung Trump mengenakan kaus bertulisan Hillary for Prisoner 2016. Para pendukung Trump mengelu-elukan taipan properti tersebut. Namun, ada insiden kecil tatkala Trump berbicara tentang membangun tembok penghalau imigran gelap. Ada seorang perempuan dengan poster antirasisme berteriak-teriak menentang Trump. Petugas keamanan pun langsung mengamankan dan membawa keluar arena. Setelah berpidato, Trump meninggalkan arena dengan diiringi Good Bless the USA, tembang heroik yang dipopulerkan Lee Greenwood. Kembang api yang diluncurkan dari seberang Cedar River pun mengantar Trump melanjutkan rally kampanyenya. (*/c10/ca)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: