Warga Keluhkan Trotoar Jl Pekiringan, Ini Hasil Sidak Komisi B
CIREBON - Komisi B DPRD Kota Cirebon turun ke lapangan, melakukan inspeksi mendadak (sidak) proses perbaikan trotoar Jalan Pekiringan. Sidak para wakil rakyat itu merespons laporan warga yang mengeluh. Hasil inspeksi, Komisi B mendapat sejumlah temuan termasuk kualitas material trotoar. Tidak hanya itu, warga mengeluhkan pembangunan trotoar yang terlalu tingi dan bisa membuat rumah dan toko di sepanjang jalan itu kebanjiran. “Setelah dicek dari totoar awal ditinggikan 10-15 cm. Ini tidak salah, karena nanti kan jalannya juga tambah tinggi karena dilapis aspal,” ujar Ketua Komisi B, Ir Watid Syahriar kepada Radar Cirebon. Namun demikian, Watid mengingatkan DPUESDM merancang bagaimana caranya air hujan agar tidak sampai masuk ruko-ruko. Termasuk saluran air juga harus dibuat. Setelah dilihat, ternyata trotoar tersebut tidak ada lubang pembuangan air. Tidak hanya itu, Watid juga mengingatkan DPUPESDM agar memastikan pekerjaan sesuai dengan spesifikasinya. Pasalnya, dari sidak itu dirinya mendapat temuan kualitas pasir yang kurang, karena bercampur dengan tanah. “Ini sepele, tapi kalau materialnya kayak gini nanti nggak awet. Itu lihat, adukannya aja warna merah,” tuturnya. Watid menyarankan untuk diperbaiki, karena trotoar yang baru dibangun masih menyisakan sekitar 60 cm menuju ruko. Bahkan, politisi Partai Nasional Demokrat itu menyebut proyek ini dikerjakan dengan kurang rapih. Kabid Bina Marga, Sumargo menjelaskan, untuk pengerjaan kontruksi trotoar di Jalan Pekiringan menggunakan batu alam dengan panjang 1.107 meter dengan lebar antara 2-2,4 meter. Anggaran untuk pengerjan konstruksi trotoar mencapai Rp 968,329 juta. Sumargo tidak menampik material yang digunakan adalah pasir merah dan pengerjaan trotoarnya ditinggikan antara 10-15 cm. “Itu sudah sesuai dengan rancangan,” ucapnya. Disinggung tentang trotoar yang tidak punya lubang saluran air dari jalan raya, Sumargo baru berencana untuk membuatnya. Kemudian, tempat kontrol air juga akan dditinggikan. Lubang ini nantinya terkoneksi dengan bak kontrol. Pandangan berbeda justru dilontarkan Anggota Komisi B DPRD, Een Rusmati. Een tidak setuju pengerjaan trotoar justru malah ditinggikan. Dia khawatir, trotoar yang ditinggikan memicu terjadinya banjir. “Kasihan masyarakat di sini, nanti kalau hujan pasti airnya masuk,” katanya. Politisi Hanura ini sepakat ketinggian trotoar seperti yang ada selama ini cukup dibongkar keramik trotoarnya kemudian dipasang lagi dengan batu alam. (abd)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: