Ini Penyebab Donald Trump Menang?

Ini Penyebab Donald Trump Menang?

PEMILU Amerika Serikat (AS) berpihak pada Partai Republik. Tak hanya sukses mendominasi House of Representatives (DPR) dan Senat, partai berlambang gajah itu juga berhasil mengusung Donald Trump ke Gedung Putih. Sampai malam menjelang pemungutan suara, poling nasional masih memberikan kemenangan untuk Hillary Clinton. Lantas, apa yang membuat taipan 70 tahun itu menang?   Bersaing dengan Hillary Clinton Trump memang tidak sepopuler Hillary Clinton di dunia politik. Tapi, popularitas itu juga yang membuat perempuan 69 tahun tersebut bukan daya tarik bagi sebagian masyarakat. Sebab, sepak terjang Hillary Clinton sudah lumayan terbaca saat dia menjadi first lady selama delapan tahun atau menjadi senator delapan tahun dan menjadi menteri luar negeri selama empat tahun.   Berdamai dengan partainya Saat semangatnya untuk berkampanye memuncak, Trump menyerang semua orang. Mulai dari keluarga besar Bush, Ketua DPR Paul Ryan, Mitt Romney dan John McCain serta banyak tokoh Republik yang lain. Tapi, pebisnis Manhattan itu lantas bisa menyelesaikan nyaris semua perselisihannya dengan damai. Republik pun tak punya alasan untuk berpaling darinya.   Selebritis Sejak 2003, Trump menjadi host The Apprentice. Selama hampir satu dekade, dia muncul di layar kaca dan mencuri hati pemirsa lewat kalimat saktinya, “Anda dipecat!” Citra pemimpin yang tegas dan berkuasa itu melekat di benak rakyat. Sebagian masyarakat pun kadung percaya bahwa Trump adalah bos yang mumpuni.   Antitesis Tren menurunnya jumlah pemilih berkulit putih tidak lantas membuat Trump mengabaikan kalangan tersebut. Saat para pengamat politik menyebut kaum perempuan dan Hispanik sebagai target baru kampanye pilpres, Trump tetap setia menggalang dukungan kaum kulit putih. Dan, pilihan Trump tepat. Dia sukses memenangkan dukungan masyarakat kulit putih. Terutama, kalangan pekerja atau yang bukan akademisi dan kelompok terpelajar.   Rasisme, Nihilisme Perangai Trump yang tidak baik dan cenderung mudah marah memang memicu protes dan kecaman dari berbagai kalangan. Khususnya, kaum hawa, para imigran, warga keturunan Afrika, Hispanik, muslim dan difabel. Trump yang kontroversial memang membuat sebagian masyarakat membencinya. Tapi, saat kontroversi itu diulas media, maka justru muncul kelompok yang lantas simpati kepadanya. Sebab, pada kenyataannya, kekakuan ala Trump masih dibutuhkan di tengah masyarakat yang rasis dan diskriminatif. Kekakuan itu juga yang membuat kalangan religius jatuh cinta pada Trump. Sebab, menurut Public Religion Research Institute, moral masyarakat AS telah berubah menjadi jauh lebih buruk jika dibandingkan 1950an.   Media Mainstream Jajak pendapat dan poling yang disebarluaskan media mainstream memberikan kemenangan pada Hillary Clinton. “Itu karena media tidak menyuguhkan data riil melainkan yang sudah diolah menggunakan metodologi tertentu,” tegas Adam Hamdy, pembuat film dan penulis AS. Semua hasil poling sengaja dirancang untuk kepentingan capres tertentu. Kali ini, sebagian besar poling mengesankan Hillary Clinton akan bisa menggerakkan lebih banyak massa ketimbang Barack Obama empat tahun lalu. Tapi, faktanya, massa yang hadir dalam kampanye Hillary Clinton tak sebanyak Obama. (NewYorkTimes/Guardian/Huffington Post/hep/any)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: