Tidak akan Ada Penambahan Kuota Gas Melon
CIREBON - Hiswana Migas Wilayah Cirebon terus menggenjot Operasi Pasar (OP) untuk antisipasi kekurangan gas elpiji. Koordinator Daerah (Korda) Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) Cirebon, Gunawan Kalita menyampaikan, kelangkaan gas melon 3 kg disebabkan lantaran permintaan lebih banyak daripada penawaran. Akibatnya, masyarakat di Cirebon kekurangan pasokan gas elpiji 3 kg. Hal ini terjadi karena laju pertumbuhan penduduk, banyaknya spekulan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), dan penyerapan yang tidak tepat sasaran. \"Ini karena demand dan supply tidak seimbang,\" ungkapnya kepada Radar, Jumat (11/11). Saat ini, lanjutnya, OP senantiasa digelar sejak sepekan yang lalu. Dari hasil OP yang digelar di tingkat konsumen yang berada di Kelurahan, Desa, maupun RT/RW ini didapat juga adanya laporan pangkalan yang kedapatan nakal menjual gas melon subsidi kepada masyarakat menengah ke atas. Untuk itu, pihaknya juga terus memberikan sosialisasi dan edukasi kepada para agen dan pangkalan agar peruntukan gas elpiji 3 kg tepat sasaran. Jika pangkalan tersebut terbukti menjual gas melon 3 kg bukan pada peruntukannya, juga menjual di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp15.000, maka akan diberikan sanksi berupa teguran, pengurangan alokasi, skorsing hingga pemutusan hubungan usaha (PHU). \"Kita beri sanksi bagi yang nakal dan terbukti,\" tegasnya. Kategori masyarakat yang termasuk dalam target pengguna elpiji (LPG) subsidi antara lain masyarakat miskin dengan pengeluaran di bawah Rp1,5 juta per bulan, penduduk musiman (buruh pabrik, anak kos), penerima konversi minyak tanah dari pemerintah dan UKM dengan omzet di bawah Rp50 juta per bulan. “Sesungguhnya keluhan terhadap kelangkaan dan kenaikan harga gas elpiji di kalangan masyarakat ini sudah terjadi untuk kesekian kalinya,” ungkap dia. Sebagaimana diketahui, sejak beralihnya kebiasaan rumah tangga di Indonesia, dari menggunakan minyak tanah untuk keperluan sehari-hari ke pemanfaatan gas elpiji, kebutuhan akan gas yang satu ini memang meningkat. Karena itu, yang diperlukan adalah pasokan atau supply bagi pengadaannya di lapangan. Sebagaimana hukum supply and demand berlaku, maka jika kebutuhan yang terus meningkat tidak disertai dengan pasokan yang seimbang, kenaikan harga di lapangan tentu dapat terjadi. \"Karena demand dan supply tidak seimbang, maka terjadi kenaikan. Saya juga dapat laporan di tingkat warung ada yang menjual hingga Rp19 ribu, Rp20 ribu bahkan Rp30 ribu,\" terangnya. Untuk mengatasi demand dan supply ini, pihaknya menambah stok 50 persen/hari. Disebutkannya, untuk wilayah III Cirebon meliputi Kota/Kabupaten Cirebon, Kabupaten Kuningan, Majalengka dan Indramayu di tiap bulannya terdapat 4,5 juta kuota gas elpiji 3 kg. Tak hanya itu, dari tahun 2015-2016 Pertamina nampaknya tidak menambah kuota elpiji 3 kg, melainkan penambahan stok jika insidental seperti saat ini. Sebagai pengganti tidak ditambahkannya kuota dalam hal ini Pertamina menjual gas 5,5 kg. Gas elpiji 5,5 kg ini diperuntukan bagi masyarakat golongan menengah ke atas. \"Untuk tahun 2014-2015 kuotanya ada sekitar 4,3 juta, dan di tahun 2015 kuotanya ada 4,5 juta, namun untuk tahun 2015-2016 tidak ada penambahan kuota,\" lanjutnya. Sementara itu, Kepala Disperindagkop UMKM Kota Cirebon, Ir Yati Rohayati menambahkan, pihaknya telah melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke sejumlah agen dan pangkalan. Dari sidak itu, tidak ditemukan adanya keterlambatan pengiriman juga pengurangan kuota elpiji. \"Belum lama kami sidak, tapi hasilnya memang tidak ada keterlambatan pengiriman ataupun pengurangan kuota. Ini lebih karena demand dan supply yang tidak seimbang. Tapi setelah saya kroscek ke Hiswana, ternyata Hiswana juga kooperatif untuk melakukan OP,\" tuturnya. Rencananya, imbuh Yati, pihaknya juga akan menyelenggarakan rapat bersama Hiswana Migas wilayah Cirebon. \"Ya kita akan segera rapat dengan Hiswana. Dengan begitu, akan ketemu solusi dan titik terangnya,\" tandasnya. (via)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: