Presiden: Stop Menyebar Kebencian 

Presiden: Stop Menyebar Kebencian 

JAKARTA – Safari Presiden Joko Widodo ke sejumlah kalangan pascademo 4 November lalu belum usai. Kemarin (13/11), Jokowi bersafari ke acara yang diadakan dua parpol pendukung pemerintah, yakni PPP dan PAN. Jokowi mengulas pentingnya persatuan bangsa dan saling menghargai antarpemeluk agama. Media sosial yang menyebar kebencian juga menjadi perhatian. Safari diawali dengan mendatangi Munas alim ulama dan Rapimnas PPP di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta. Dia mengingatkan, Indonesia merupakan negara berpenduduk muslim terbesar. “Setiap konferensi besar apapun, G-20, APEC, selalu saya pakai sebagai pembuka,” tuturnya. Selain itu, dia selalu mempromosikan bahwa di Indonesia Islam bisa beriringan dengan demokrasi. Sehingga dia kembali mengingatkan prinsip kebersamaan di tengah keragaman. Umat mayoritas harus melindungi yang minoritas, dan sebaliknya, minoritas wajib menghormati mayoritas. Menurut Jokowi, satu hal yang perlu diredam saat ini adalah ujaran kebencian di media sosial. Khusus umat Islam, sebaiknya media sosial dijadikan sarana untuk syiar dakwah. Bukan untuk saling menghujat dan mencaci maki, apalagi memfitnah. “Saya biasanya mengunakan media sosial untuk hiburan, (lihat) yang lucu-lucu. Tapi kalau sudah bantai, bunuh, itu tidak islami,” lanjutnya. Sementara, di Rapimnas PAN, Jokowi menuturkan secara langsung maupun tidak langsung kasus Ahok membuat perhatian publik juga terkonsentrasi ke pilkada DKI Jakarta. Padahal masih ada 100 daerah lain yang juga menyelenggarakan pilkada, dan daerah-daerah itu juga membutuhkan pengawasan yang sama dengan ibu kota. “Jadi kenapa energi, konsentrasi kita habis hanya di Jakarta? Apa kalkukasinya? Kalau ada masalah yang berkaitan dengan hukum, serahkan saja kepada proses hukum,” tambahnya. Dia menjamin tidak akan ikut campur urusan hukum apapun yang sedang berjalan. Yang penting, Indonesia tidak sampai terpecah belah. Ketua Umum PPP Romahurmuziy menuturkan, umat Islam harus mampu menunjukkan akhlak yang baik sebagaimana dicontohkan Nabi Muhammad. Sebisa mungkin, umat Islam menjauhkan diri dari segala bentuk kekerasan. Dia memuji aksi demonstrasi 4 November lalu yang menunjukkan cara damai umat Islam dalam mengungkapkan ketersinggungan. Di satu sisi, itu juga menggerakkan umat Islam untuk mempelajari Alquran, terutama soal kepemimpinan. “Bahkan di media sosial, banyak ustad dan mufassir dadakan,” terangnya. Dia hanya mengingatkan ada pihak-pihak yang berpotensi menunggangi aksi-aksi semacam itu. “Kalau namanya pasukan itu berkonsentrasi dalam jumlah besar, rawan ditunggangi siapapun tanpa kecuali,” lanjutnya. Disinggung mengenai rencana aksi susulan 25 November mendatang, Romy mengatakan belum mengetahui secara pasti. Namun, pihaknya tetap akan memasukkan rencana aksi susulan itu sebagai salah satu bahasan dalam munas kali ini. “PPP punya caranya sendiri di parlemen,” tambahnya. Sementara Kadivhumas Mabes Polri Irjen Boy Rafli Amar menuturkan, nuansa kedamaian dalam aksi 25 November memang perlu untuk dibentuk. Misalnya, dengan membawa simbol-simbol kedamaian. Seperti saat Aksi Damai 4 November, ada sejumlah demonstran yang membawa pamflet  dengan tulisan “kami datang karena cinta Indonesia”. “Hal semacam itu boleh,” tuturnya. Dia kembali menegaskan, aparat kepolisian juga akan dirancang menjaga dengan kedamaian. Aparat yang bertugas menjaga aksi tidak diperbolehkan membawa senjata api apapun. “Jadi, semuanya mengarahkan untuk bisa berdamai,” ungkap mantan Kapolda Banten itu. (byu/idr)      

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: