Sudah 3 Hari, Sulit Temui Gas Melon di Leuwimunding

Sudah 3 Hari, Sulit Temui Gas Melon di Leuwimunding

LEUWIMUNDING – Rumor penggantian gas Elpiji 3 kilogram (gas melon) ke bright gas berukuran 5,5 kilogram kembali muncul. Hal tersebut seiring susahnya mendapatkan gas melon di wilayah Leuwimunding sejak dua hari ini. Sejak Minggu (13/11) warga di sejumlah desa mengeluhkan sulitnya mendapatkan gas melon. Bahkan hampir setiap pekan khususnya hari libur, pasokan gas dari agen ke setiap pangkalan sering tertunda. “Katanya sih kalau waktu libur itu pengiriman ke setiap pangkalan juga libur. Padahal sejak Sabtu (12/11) gas 3 kilogram sudah mulai susah didapatkan warga,” kata Endi (51), warga Leuwimunding. Dia menuturkan, kelangkaan gas 3 kilogram jelas menghambat usahanya sebagai penjual gorengan. Barang dagangan terpaksa kembali disimpan di lemari es, karena hingga sore hari tidak kunjung mendapatkan gas melon. “Kalau terus-terusan seperti ini saya mau kerja apa. Seharusnya kelangkaan gas jangan sampai terjadi karena ini kebutuhan pokok masyarakat,” tuturnya. Sementara salah seorang buruh di pangkalan gas Desa Tanjungsari Kecamatan Leuwimunding, Maman (25) membenarkan jika sejak Minggu (13/11) agen maupun SPBE tidak melakukan pengiriman ke pangkalannya. Pihaknya tidak mengetahui alasan mandeknya pengiriman tersebut. Pasalnya setiap pekan khususnya hari minggu gas di wilayah Leuwimunding nyaris susah didapatkan. “Katanya sekarang itu dropping dari sananya (agen) sedang penuh, karena keterlambatan pengiriman dari SPBE. Mungkin karena akibat munculnya rencana adanya pergantian bright gas berukuran 5,5 kilogram tersebut,” ujarnya. Wacana akan ada pergantian gas melon ke gas berwarna pink tersebut memang semakin santer di telinga masyarakat. Di sebagian pangkalan, gas 5,5 kilogram itu memang sudah ada sejak beberapa bulan terakhir namun minim peminat. Masyarakat lebih memilih gas melon karena harganya terjangkau. Dia memprediksi kelangkaan gas melon akibat penggunaan yang hampir menyeluruh di semua lapisan masyarakat. Padahal gas elpiji 3 kilogram itu hanya untuk warga kurang mampu dan berpenghasilan rendah. “Terkadang ada pembeli gas melon membawa mobil pribadi. Makanya saya tidak layani dengan alasan sudah habis. Dikhawatirkan stoknya berkurang dan masyarakat kurang mampu malah tidak kebagian. Aturan juga harusnya diberlakukan bahwa tidak diperbolehkan menjual ke warga beda desa,” paparnya. Dia menyebutkan, konsumsi gas di Desa Tanjungsari Kecamatan Leuwimunding per hari nyaris 100 tabung lebih. Saat ini pangkalan milik bosnya hanya dijatah 86 tabung, dan tidak mampu mencukupi permintaan dari warga sekitar. Piangkalan pernah mengusulkan tambahan 20 tabung sehingga menjadi 106 tabung, namun tetap kurang mencukupi sehingga kembali diusulkan tambahan 20 tabung lagi menjadi 126 tabung. “Jumlah itupun tetap tidak mampu menyukupi kebutuhan masyarakat kami, dan pernah kembali mengusulkan tambahan hingga mencapai 156 tabung dan akhirnya tercukupi. Sehingga idealnya pangkalan ini menyediakan 156 tabung per hari hingga tiga hari,” tukasnya. Pihaknya berharap stok dan distribusi gas melon kembali normal, karena wacana penggantian ke tabung 5,5 kilogram dinilai kurang efektif khususnya bagi masyarakat kurang mampu. “Pernah ada informasi bahwa gas 3 kilogram itu akan diganti, dan masyarakat harus membayar sekitar Rp100 ribu dengan menukarkan dua tabung gas melon. Tentu saja sangat memberatkan masyarakat kecil. Aturan gas subsidi ini harus ketat agar penggunaanya tepat sasaran,” pungkasnya. (ono)    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: