Buruh Tani Sulit Dicari, Upah Tandur Naik

Buruh Tani Sulit Dicari, Upah Tandur Naik

MAJALENGKA – Memasuki musim tanam padi kali ini, buruh tanam padi atau biasa dikenal dengan istilah buruh tandur mulai sulit dicari. Kalaupun ada yang bersedia menjadi buruh tandur, petani pemilik lahan harus rela menunggu jadwal yang kosong, dan upah buruhnya naik hampir dua kali lipat. Hal itu seperti diakui Karma, petani Desa Batujaya Kecamatan Cigasong. Untuk modal awal memulai masa tanam di lahan pertanian seluas 30 bata (420 meter persegi), sudah mengeluarkan modal hampir Rp1 juta. Modal tersebut belum apa-apa karena baru sampai proses tanam saja. Justru, kata dia, proses tanam menelan biaya yang sangat besar hingga mencapai Rp300 ribu sehari. Modal tanam tersebut dia keluarkan untuk mengupah 6 orang buruh masing-masing Rp50 ribu untuk borongan tanam setengah hari kerja. “Kalau sekarang modal tandurnya aja sehari sudah Rp300 ribu. Buat bayar buruh per orangnya Rp40 ribu, sampai Rp50 ribu. Itu juga kalau mau mulai tandur nyari buruhnya sampai ke desa tetangga, dan harus nunggu waktu kosong para buruhnya. Ini mungkin akibat semakin berkurangnya orang yang mau diajak bertani,” ujarnya, kemarin (15/11). Jumlah tersebut belum termasuk memberi makan di pagi hari sebelum memulai aktivitas tanam, dan siang hari ketika selesai mengerjakan tanam. Sehingga, dia berharap agar saat panen mendapatkan hasil yang menggembirakan agar bisa menutupi modal produksi. Salah seorang buruh tani, Eti menyebutkan di desanya semain sedikit perempuan yang mau menjadi buruh tanam. Padahal dulu menjadi buruh tanam sangat diminati ibu-ibu rumah tangga, untuk mencari penghasilan tambahan ketika mulai memasuki masa tanam. Sehingga ketika warga yang bersedia menjadi buruh tanam semakin sedikit, Eti dan rekan-rekannya kebanjiran permintaan. Ketika pihaknya meminta kenaikan ongkos, pemilik lahan tanpa pikir panjang langsung bersedia asalkan proses tanam segera dilakukan di sawahnya. Dia menambahkan, sebelumnya ongkos tanam Rp30 ribu borongan setengah hari. Tapi sekarang mereka meminta kenaikan menjadi Rp40 ribu sampai Rp50 ribu dan pemilik lahan langsung setuju. “Wajar dong kalau kita minta naik ongkosnya, kebutuhan rumah tangga juga udah pada naik. Apalagi sekarang susah nyari buruh tandur, anak-anak sekarang nggak ada yang bisa dan nggak ada yang mau. Mereka pengennya kerja di pabrik daripada bertani,” imbuhnya. (azs)    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: