Anyaman Tampah Citangtu Bertahan dari Serbuan Produk China

Anyaman Tampah Citangtu Bertahan dari Serbuan Produk China

Masyarakat Kelurahan Citangtu dikenal jiwa wiraswasta yang tinggi, pantang menyerah dan berusaha melestarikan usaha yang dilakoni leluhurnya. Dari kelurahan ini banyak produk yang berbahan baku bambu dijual ke luar daerah. Sayangnya, serbuan produk China di pasaran membuat omset perajin seperti anyaman tampah terjun bebas. Laporan: Agus Panther, Kuningan LOKASI Kelurahan Citangtu tidak terlalu jauh dari pusat kota Kuningan. Hanya diperlukan waktu sekitar 10 menitan berkendara roda dua untuk sampai ke kantor kelurahannya. Kondisi jalannya juga mulus namun turun naik, khas pegunungan. Di kelurahan ini juga terdapat bukit yang sering digunakan olahraga paralayang. Kontur tanahnya yang berbukit, dan tiupan angin yang memadai, yang akhirnya paralayang kerap diselenggarakan di kelurahan tersebut. Terlebih pemandangan di bawah bukitnya cukup menakjubkan. Selain dikenal sebagai lokasi paralayang, kelurahan ini juga menyimpan potensi besar dari sektor kerajinan. Betapa tidak, warga setempat sudah turun temurun membuat berbagai aneka kerajinan berbahan baku bambu. Produk mereka mengisi sebagian besar warung-warung dan pasar tradisional yang ada di Kabupaten Kuningan. Seperti perajin anyaman tampah, dan pembuat tusuk sate yang semuanya menggunakan bahan baku. Untuk perajin tusuk sate, mereka kerap mendapat order besar ketika ada momen-momen tertentu yakni Hari Raya Idul Adha. Selebihnya, para perajin menjajakan dagangannya dengan mengisi berbagai warung sate, meski jumlah pesanannya tidak terlalu banyak. Satu ikat tusuk sate yang berisi 100 batang dijual dengan harga Rp500. Para perajin tusuk sate mengaku tidak bisa menaikkan harga tusuk sate meski bahan bakunya mengalami kenaikan. Alhasil keuntungan yang diperolehnya juga kian menipis. Pembuat tusuk sate, Tarsih (45) menerangkan, jika banyak pengepul yang datang sebelum perayaan Hari Raya Idul Adha. Jika ada pesanan dalam jumlah banyak, Tarsih mengaku bisa membuat hingga 3.000 batang tusuk sate. Tapi di hari biasa seperti sekarang ini paling banter dia hanya mampu hanya membuat seribu tusuk sate. “Lumayan saja kang, untuk tambah-tambah uang dapur. Sambil ngisi waktu luang, daripada bengong di rumah, lebih baik bikin tusuk sate,” terang Tarsih yang suaminya bekerja sebagai sopir angkot. Itu untuk tusuk sate. Nah, di kelurahan ini juga terdapat perajin anyaman tampah. Lokasinya berada di RT 24/05, Blok Wangun, Kelurahan Citangtu. Sejak dulu, warga setempat menggeluti anyaman tampah dan produk anyaman lainnya yang semuanya menggunakan bahan dasar bambu. Untuk urusan keuntungan, tidak kalah tipis dengan pembuat tusuk sate. Sudah begitu, pesanan juga semakin menurun karena kalah bersaing dengan tampah plastik buatan China yang harganya murah meriah. Perajin anyaman tampah, Sarpi bersama istrinya, Siti yang kini berusia 70 tahun mengaku sudah menjadi penganyam sejak masih muda. Kegiatan menganyam tampah menjadi penopang kehidupan sehari-hari keluarganya. “Saya sudah membuat tampah ini dari sejak masih muda dan sampai sekarang tetap mempertahankan usaha ini. Membuat tampah saya dibantu istri. Untung yang diperoleh tidak seberapa, tapi menjadi penopang buat keluarga. Saya menekuni anyaman ini karena di Citangtu sejak dulu dikenal pusat kerajinan anyaman dari bambu,” kata Sarpi. Dalam sehari Sarpi hanya bisa membuat tampah atau jenis anyaman lainnya, sebanyak tiga buah saja. Setelah terkumpul banyak, baru dijualnya ke pasar. “Paling banyak saya membuat tiga tampah, karena prosesnya lama. Mulai dari harus memotong bambu, merajut, menjemur hingga menganyam. Itu membutuhkan waktu berhari-hari. Setelah terkumpul, baru dibawa ke pasar untuk dijual” terangnya. Perajin lainnya, Amah (70) menuturkan, jika dirinya sudah menekuni produksi anyaman ini sejak umur 20 tahun. “Saya membuat anyaman tampah ini sejak umur 20 tahunan sampai sekarang. Saya tidak punya keahlian lain. Makanya selagi kuat, saya tetap menggeluti pembuatan anyaman tampah. Dari menjual kerajinan anyaman tampah dan produk lainnya, saya gunakan untuk keperluan sehari-hari,” sebut Amah. (*)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: