Lahan Garam Disulap Jadi Tambak Udang dan Bandeng

Lahan Garam Disulap Jadi Tambak Udang dan Bandeng

CIREBON - Petani garam di Desa Waruduwur Blok Kandawaru berhenti produksi selama musim hujan. Lahan garam yang tidak produktif itu dimanfaatkan sebagian petani untuk membudidayakan tambak udang dan ikan bandeng. \"Tidak semua dijadikan tambak, hanya sebagian. Kalau saya dari pada lahan kosong, mending ditanami udang sama bandeng,\" tukas Santina (50) kepada Radar Cirebon. Dia mengatakan, selama musim hujan seluruh lahan garam berhenti produksi. Para petani garam pun banyak yang nganggur. Beberapa petani garam memilih menggarap sawah. Santina sendiri lebih menyulap lahan garam itu, menjadi tambak udang dan ikan. \"Kalau bicara untung, lebih untung membuat garam daripada tambak udang atau ikan. Karena kalau bikin garam biaya produksi kecil, tapi hasilnya lumayan,\" tukasnya. Sebanyak empat petak lahan garam yang dia sewa selama setahun itu, ditanami sebanyak tiga ribu bibit udang dan bandeng. Hasilnya, bisa dipanen dalam tiga hingga empat bulan. Berbeda dengan garam yang bisa dipanen empat hingga lima hari. \"Kalau udang dan ikan kan cukup besar modalnya, belum biaya pakan. Hasilnya lumayan daripada kosong,\" katanya. Dia menyebutkan, dalam satu kali panen, tiga ribu bibit yang ditanam itu, menghasilkan sebanyak 2 kwintal udang dan ikan bandeng. Menurutnya, alih fungsi dari lahan garam menjadi tambak ini, karena untuk membiayai kehidupan sehari-hari selama musim hujan. \"Kalau musim hujan kita enggak bisa produksi garam, nanti paling mulai bulan empat atau lima bisa fokus buat garam. Sementara ini, hasil dari tambak ikan dan udang,\" sebutnya. Perawatan tambak udang dan bandeng ini, kata dia, harus banyak mengeluarkan biaya untuk membeli bibit, hingga pakan ikan. Biasanya, dia memberi makan ikan dengan pelet dan vitamin untuk mempercepat pertumbuhan ikan. \"Sekarang ini udah bulan pertama sudah mulai besar. Ya diperkirakan bisa panen dua bulan lagi,\" sebutnya. Karena produksi garam berhenti, kini, harganya semakin tinggi. Harga garam sudah naik Rp 800/kilo dari normal sekitar Rp 350/kilo. \"Di gudang garam juga sudah mulai kosong, harga garam saat musim hujan memang tinggi,\" katanya. Tingginya harga garam ini menguntungkan tengkulak. Banyak para tengkulak menyimpan garam di gudang-gudang hasil panen para petani garam. (jml)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: