Gas untuk Warga Miskin, Tolak Pembeli Pakai Mobil

Gas untuk Warga Miskin, Tolak Pembeli Pakai Mobil

Teguh dan tegas. Itulah sosok Irna, penjual gas ukuran 3 kilogram di Desa Lengkong, Kecamatan Garawangi. Wanita yang tak pernah lepas dari kerudung itu lebih memilih dimaki calon pembeli yang membawa kendaraan roda empat, ketimbang menjual gasnya. Bagaimana kisahnya? Laporan: Agus Panther, Garawangi Pemkab Kuningan dan Hiswana Migas layak memberikan penghargaan kepada Irna, agen gas 3 kg di Desa Lengkong, Kecamatan Garawangi. Betapa tidak, dia mendedikasikan usaha gasnya untuk lebih memilih melayani warga miskin yang datang ke tokonya. Irna yang kerap mengikuti berbagai pelatihan ternyata tidak mau menjual gas ukuran 3 kg atau gas melon kepada pembeli yang membawa kendaraan roda empat, atau juga pejabat pemerintahan. Alasan yang diutarakan Irna ternyata sangat sederhana. Sebab selama mengikuti berbagai pelatihan, pemerintah selalu menekankan jika gas 3 kg itu khusus untuk warga miskin, bukan mereka yang berasal dari kalangan menengah atau kelas atas. Karena alasan itulah, Irna lebih selektif dalam menjual gas yang ada di pangkalannya. Itu dibuktikan ketika ada seorang warga yang datang dengan mobil dan menurunkan sebuah tabung gas 3 kg, Irna langsung bilang jika persediaan gasnya sedang kosong. Padahal stok gas di tokonya cukup banyak termasuk yang 5 kilogram. Sebelum menolak pembelian yang dilakukan calon konsumen menggunakan mobil, dia dengan teliti melihat kondisi sang calon pembeli yang datang ke tokonya. Irna mengaku akan melepas tabung gas kepada pembeli yang membawa mobil jika mereka membeli yang ukuran 5 kilogram, bukan gas melon. Irna yang ditemani Een mengaku tidak bisa melepas begitu saja tabung 3 kg ke pembeli karena beratnya amanah yang diembannya. Terlebih di tabung gas berwarna hijau daun itu tertulis Hanya Untuk Masyarakat Miskin, bukan bagi masyarakat berpenghasilan besar atau memiliki mobil. “Saya sering ikut pelatihan yang digelar pemerintah daerah maupun Hiswana Migas. Intinya gas ukuran 3 kilogram itu hanya untuk masyarakat miskin. Karena itulah, saya memiliki tanggung jawab untuk menjualnya kepada masyarakat yang benar-benar miskin. Percuma saya ikut pelatihan kalau akhirnya menjual gas kepada sembarang pembeli,” tegas Irna dibenarkan rekannya, Een. Irna menceritakan bagaimana dia pernah dimaki-maki calon pembeli yang datang ke tokonya. Termasuk juga menolak pembelian gas 3 kilogram yang dilakukan oleh seorang wakil camat (maksudnya mungkin sekretaris kecamatan, red). Menurut Irna, pernah suatu hari ada calon pembeli yang membawa mobil datang ke tokonya. Seperti biasa, dia memperhatikan tampilan konsumen. Karena merasa yang akan beli itu bukan warga miskin, Irna dengan sopan menolak keinginan pembeli tersebut. Dia bilang, jika persediaan gas di tokonya sedang tidak ada alias kosong. Rupanya si pembeli itu tidak terima dan tetap memaksa untuk diberi gas 3 kg oleh pemilik toko. Irna yang kesal lantas mengambil tabung gas 3 kg bertuliskan Hanya Untuk Masyarakat Miskin, dan memperlihatkannya kepada calon pembeli. Setelah diberi pengertian, akhirnya si calon pembeli mengerti dan pulang dari tokonya. “Pernah ada juga wakil camat yang datang ke sini mau beli gas 3 kg. Tapi saya tolak secara halus. Saya tidak ingin jatah gas bagi warga miskin diambil oleh orang berkecukupan,” sebutnya. Tapi sikap Irna dan Een akan berubah jika yang datang ke tokonya adalah masyarakat yang memang berhak mendapatkan gas 3 kg. Jika persediaan sedang ada, dia langsung melayaninya dengan senyum mengembang. “Kalau dimaki oleh pembeli terutama yang bawa mobil sih sudah sering banget, tapi tidak pernah saya masukan ke dalam hati. Tugas saya menjual gas kepada warga miskin. Itu saja,” tegas Irna. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: