Bentrok Warga vs Aparat di Sukamulya Sisakan Trauma

Bentrok Warga vs Aparat di Sukamulya Sisakan Trauma

MAJALENGKA - Bentrokan antara warga dan aparat keamanan ketika pengukuran lahan di Desa Sukamulya Kecamatan Kertajati tidak hanya menyebabkan korban luka-luka dari kedua belah pihak, melainkan telah menyisakan trauma anak-anak yang menyaksikan kejadian tersebut. Kondisi tersebut mendapat perhatian dari ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kabupaten Majalengka, Aris Prayudha SPd. Pasca bentrokan tersebut, anak-anak yang biasanya masih bermain dengan keriangan mereka tiba-tiba hilang. Mereka lebih memilih bersembunyi di dalam rumah. Pandangan mereka terlihat cukup tajam pada orang-orang yang tidak mereka kenal. “LPA Majalengka menyayangkan kejadian bentrokan antara aparat keamanan dan petani di Sukamulya Kertajati. Disayangkan saat anak-anak di bawah umur ada di sekitar lokasi, secara psikis mereka pasti trauma dengan kejadian tersebut,” ujarnya. Dia meminta semua pihak yang mempertontonkan aksi kekerasan dalam bentrokan tersebut bertanggung jawab menghilangkan trauma tersebut. Pendekatan penyelesaian masalah harusnya tidak dengan mempertontonkan bentuk kekerasan, karena terlihat dalam kondisi apapun oleh anak-anak. “Dampak-dampaknya harus dipikirkan sebelumnya. Kalau misalnya terjadi penyerangan ataupun konflik, harus mempertimbangkan keberadaan anak-anak,” ujarnya. Aris menilai perlu tanggung jawab dari semua orang yang ada di konflik itu untuk mengamankan anak-anak, agar tidak menyaksikan bentuk-bentuk kekerasan itu. Untuk menghilangkau trauma pada anak-anak, perlu dilakukan terapi psikososial. Terapi tersebut bisa dilakukan secara masal jika memang banyak anak yang mengalami trauma. Saat anak-anak dihadapkan pada situasi kekerasan, otomatis psikologis mereka terganggu. Anak akan susah dan lama disembuhkan dari rasa trauma tersebut dan akan ingat terus kejadian tersebut. Aris beserta pengurus saat ini tengah melakukan trauma healing terhadap sebagian anak yang terlihat di lokasi kejadian. LPA berharap kejadian tersebut tidak terulang lagi apalagi terlihat oleh anak-anak. “Kalau dibiarkan akan berdampak terganggunya mental anak-anak, khususnya dalam pergaulan sosial mereka kelak. TNI bisa dilibatkan jika memang mampu menghadirkan rasa aman. Tapi saya pikir semua yang terlibat dalam konflik itu. Biar proses pemulihan traumanya lebih cepat,” ungkapnya. (bae)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: