Sofyan Adi ,14 Tahun Menjadi ODHA;  Jadi Aktivis untuk Beri Pencerahan

Sofyan Adi ,14 Tahun Menjadi ODHA;  Jadi Aktivis untuk Beri Pencerahan

Senyum dan tawa Sofyan Adi adalah bukti semangatnya menjalani kehidupan. Tak ada wajah sedih, takut atau depresi layaknya orang sakit. Laporan: MIKE DWI SETIAWATI, Cirebon MATA sayu itu seolah menampung kisah–kisah masa lalu yang kelam. Namun, tanpa rasa malu atau canggung, ia berbagi kisah masa lalunya ke sejumlah pengunjung di Baraja Coffee. Tepat saat acara Hari AIDS Sedunia pada 1 Desember lalu. Kaget, bingung dan stres kerap mendera seseorang yang baru mengetahui dirinya positif terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Begitu juga yang dirasakan Sofyan Adi. Ia mengaku begitu putus asa ketika 14 tahun lalu diberitahu seorang dokter bahwa positif terinfeksi virus HIV. \"Rasanya tidak karu-karuan,\" katanya. Adi bercerita, awal dirinya mengenal obat-obatan terlarang sejak SD. Adi mengaku dibujuk oleh teman sepergaulan untuk mencicipi obat terlarang itu. \"Rasanya terus-terusan penasaran ingin nyoba dan tiap hari ingin tambah dosisnya. Pas SMP saya mulai ngeganja, kemudian tahun 1998 saya pake putaw dengan jarum suntik,\" cerita warga asal Perumnas, Harjamukti, Kota Cirebon itu. Hingga pada tahun 2002, Adi divonis positif HIV. Ceritanya, saat itu Adi hendak mendonorkan darah. Tapi ternyata darahnya tidak diterima karena diduga terinfeksi HIV. Saat itu, ia sempat tak percaya dan tidak lepas mengkonsumsi putaw lewat jarum suntik. Bahkan di tahun 2003, ia mengaku sempat berurusan dengan pihak kepolisian dan masuk rumah tahanan kurang lebih 1 tahun. Keluar dari rumah tahanan, Adi kembali ke kehidupan normal. Namun, ia seringkali sakit dan tubuhnya cepat lelah. \"Tiap malam keringetan, gelisah terus,\" ungkap pria 40 tahun itu. Akhirnya, pada 2008 Adi memberanikan diri untuk tes HIV. Hasil lab menyatakan Adi positif HIV. Ia sempat putus asa. Adi sempat tujuh kali keluar masuk panti rehabilitasi di Bandung, Ciamis hingga Sukabumi. Kemudian Adi bertemu dengan Perkumpulan Warga Siaga di bawah naungan Persatuan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) di Cirebon. Adi mendapatkan pencerahan dan pembinaan. Pelan tapi pasti, Adi mulai mengikuti pengobatan dengan meminum ARv (Anti Retroviral), obat yang menghambat perkembangbiakan virus HIV dalam tubuh sejak 2009 hingga sekarang. \"Nggak boleh terlewat minum ARv. Inginnya sih ada obat yang bikin sembuh total, biar nggak minum obat terus seumur hidup,\" tuturnya. Selama masa pengobatan, Adi kerap mendapatkan perlakuan diskriminasi. Orang-orang sekitarnya yang mengetahui Adi positif HIV mulai menghindari. Keluarganya pun sempat merasa ketakutan. \"Sampai saya disediakan peralatan makan sendiri, nggak boleh barengan sama yang lain. Karena memang waktu itu edukasi soal HIV/AIDS sangat kurang,\" ceritanya. Namun, Adi memiliki ketegaran yang luar biasa. Semangat hidupnya tetap tinggi. Baginya, HIV/AIDS bukanlah suatu halangan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Bahkan, penyakit itu ia jadikan motivator hidup untuk lebih semangat menjalani hidup. Adi pun akhirnya menikah. Ia tak malu untuk menceritakan kepada sang istri tentang penyakit yang dideritanya. \"Istri saya sabar sekali. Saya tetap berhubungan seksual sama istri, tapi selalu pake kondom,\" ungkap pria yang kini bekerja sebagai Koordinator Lapangan di Perkumpulan Warga Siaga Cirebon. Adi semakin memantapkan diri untuk menjadi aktivis memerangi penyebarluasan virus tersebut. Secara aktif ia ikut melakukan pencerahan kepada masyarakat agar mengetahui secara jelas soal HIV/AIDS. ia bertemu dengan Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Cirebon, Sri Maryati dalam sebuah sosialisasi HIV/AIDS. Dari ratusan ODHA (orang dengan HIV/AIDS) yang ada di Kota Cirebon, Adi adalah salah satu yang sangat terbuka kepada masyarakat. Ia tidak merasa malu atau rendah diri dengan kondisinya. Keterbukaannya sebagai satu jawaban untuk menyadarkan masyarakat bahwa ODHA bisa hidup sehat dan berguna sebagaimana orang-orang yang masih dalam kondisi sehat. Ia seringkali berbagi pengalaman, memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat terkait pencegahan HIV/AIDS. \"Rutin bersama KPA, Perkumpulan Warga Siaga dan PKBI sosialisasi ke masyarakat, sekolah-sekolah,\" katanya. Dikatakannya, pencegahan HIV/AIDS bisa dilakukan setiap individu. Virus HIV bisa menyerang siapa saja mulai dari janin dalam kandungan, bayi, balita, remaja, sampai yang sudah uzur. \"Bagaimana biar tidak tertular, ya hindari berhubungan seks bebas, setia hanya kepada satu pasangan yang sehat dan hindari narkoba terutama yang menggunakan jarum suntik,\" terangnya. Meskipun sudah 14 tahun virus HIV hidup di tubuhnya, Adi tetap terlihat sehat dan bisa bekerja. Menurutnya, HIV/AIDS bukan penyakit yang menakutkan seperti yang dibayangkan banyak orang selama ini. ODHA masih bisa bekerja seperti biasa dalam waktu yang lama, seperti yang dialami Adi. \"Sejak tahu saya HIV positif, saya semakin giat dan lebih memaknai hidup. Saya berjanji pada diri saya sendiri, saya tidak akan menularkan virus ini kepada orang lain,\" tandasnya. Sementara itu, Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Cirebon, Sri Maryati mengatakan, pihaknya mengapresiasi semangat Adi untuk terus sehat meski divonis ODHA. Alasannya, anggapan orang bila tervonis ODHA itu sudah tidak mempunyai harapan hidup. \"Tapi, yang dibuktikan Mas Adi menujukkan bahwa ODHA itu harus tetap semangat dan tidak boleh putus asa dalam hidup,\" katanya. Sri berpesan, untuk masyarakat jangan sekali-kali pakai obat, jarum suntik dan apapun itu sejenisnya. Kalau sudah terinfeksi pasti menyesal karena penyesalan itu di belakang, tidak ada lagi yang bisa diperbuat. \"Bagi yang sudah terinfeksi, jangan putus asa, berusaha dan berdoa untuk penyembuhan,\" pesannya. (*)    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: