Melihat Geliat Industri Batik Rumahan di Desa Cikubangsari
Kendati belum setenar Trusmi, Kabupaten Cirebon, namun batik khas Kuningan dengan motif kuda mulai digemari masyarakat lokal dan luar daerah. Bahkan batik Kuningan kerap dijadikan cenderamata dalam sejumlah kegiatan yang dihadiri tamu dari luar Kuningan. Laporan: Agus Panther, Kuningan KUNINGAN selama ini identik kuliner makanan khas pedesaan seperti kasreng yang melegenda, hucap, tape ketan dan jeruk nipis peras atau biasa disingkat Jeniper. Untuk kasreng sendiri sudah menjadi makanan favorit bagi masyarakat dan kalangan pejabat ketika melakukan kunjung kerja di wilayah timur. Menu khas pedesaan dengan harga murah meriah itu menjadi jugjugan para penggila kuliner. Tak sedikit yang datang ke warung kasreng hanya untuk menikmati sentuhan makanan ala pedesaan. Menu yang disajikan juga terbilang sederhana, dan tidak menguras kantong. Nah, itu untuk urusan perut. Soal batik, Kuningan juga tak kalah dengan Kabupaten Cirebon. Jika daerah tetangga itu punya sentra batik terkenal yakni Trusmi, di Kota Kuda juga ada perajin batik. Lokasinya di Desa Cikubangsari, Kecamatan Kramatmulya. Dari desa ini, produk batik rumahan bercorak kuda disebar ke berbagai wilayah. Pionir pembuat batik Kuningan adalah May Sutisna (45). Sudah tujuh tahun May menggeluti usaha batik yang kini produknya sudah menyebar ke berbagai instansi pemerintah dan lingkungan pendidikan. Bermodalkan semangat dan keinginan membuka lapangan kerja, May Sutisna mulai membuka usaha batik. Namun sebelum membuka usaha, May sempat berpikir untuk berusaha apa. Yang ada di benaknya yakni membuat usaha yang belum ada di Kabupaten Kuningan. “Kepikiran juga mau buka usaha apa. Lantas saya keliling untuk melihat-lihat usaha rumahan yang sudah jalan. Semuanya produk makanan dan kerajinan. Akhirnya terpikir oleh saya untuk membuat batik khas Kuningan,” kenang May ketika mengikuti pameran di pendopo. Awalnya, kata dia, usaha yang dijalaninya belum mendapat respons dari pasar. Tapi kondisi itu tidak membuat dirinya putus asa. Dengan semangat pantang menyerah, May terus memperkenalkan produk batiknya ke instansi pemerintah dan lingkungan pendidikan. Perlahan namun pasti, masyarakat mulai mengenal produk batik yang dihasilkannya. \"Ya awalnya saya ingin usaha di Kuningan, tapi yang sekiranya belum ada di Kuningan. Kemudian saya mencoba membuat batik dan hasilnya saya kenalkan kepada masyarakat. butuh waktu lama untuk mengenalkan produk ke masyarakat yang sudah terlanjur menyukai batik buatan luar daerah,\" katanya. Agar produk yang dihasilkannya dikenal khalayak luas, May kerap ikut berbagai pameran baik di Kabupaten Kuningan maupun di luar daerah. Selain itu, May juga rajin menyambangi sekolah-sekolah dengan tujuan memasarkan batik hasil produksinya. Saking seringnya promosi, akhirnya batik buatan Cikubangsari itu menembus lingkungan pendidikan dan instansi pemerintah. Terlebih Pemkab Kuningan menerapkan program satu hari memakai batik khas Kuningan yang mayoritas berlogo kuda. Tanpa henti, May memperkenalkan produknya ke sekolah-sekolah dan lingkungan pemerintahan. Berkat kerja kerasnya, banyak sekolah yang akhirnya memakai hasil produksinya untuk dijadikan seragam sekolah. Saat ini, ada tiga jenis produk batik Cikubangsari yang dibuat saya. Yakni batik tulis, semi tulis dan batik cap. Saya juga sering mengikuti pameran-pameran di Kuningan dan di luar daerah. “Tujuannya biar batik buatan Kuningan dengan corak berbeda dikenal pelaku pasar. Saya juga menitipkan batik di toko-toko yang menjual oleh-oleh,” paparnya. Untuk soal harga, May menjamin jika harga batik yang ditawarkannya terbilang murah. Mulai dari harga Rp 75 ribu hingga Rp 400 ribu. Dalam sebulan, dirinya bisa memproduksi sebanyak 200 lembar kain batik. Berkat kerja kerasnya menyasar pasar, May bisa meraup omset sekitar Rp 50 juta setiap bulannya. “Untuk harga sendiri tergolong bervariasi, tergantung kerumitannya. Saat ini yang paling banyak diminati adalah batik semi tulis. Jumlah karyawan saya sekarang ada 18 orang,\" ucapnya. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: