Bank Sampah di RW 1 Karanganyar Kesambi; Bayar Listrik dan Biaya Sekolah Pakai Sampah Rumah Tangga

Bank Sampah di RW 1 Karanganyar Kesambi; Bayar Listrik dan Biaya Sekolah Pakai Sampah Rumah Tangga

Sampah dinilai selalu menimbulkan masalah, baik bagi rumah tangga maupun pemerintah. Tapi bila dikelola dengan baik, sampah rumah tangga bisa untuk membayar listrik, air, bahkan kebutuhan sekolah anak. Laporan: MIKE DWI SETIAWATI, Kesambi TUMPUKAN rapi sampah kering berupa kertas, karton, plastik memadati bangunan semi permanen itu. Warga setempat menyebutnya Bank Sampah. Flamboyan namanya, milik warga RW 1 Karanganyar, Kesambi, Kota Cirebon. Bangunan bank sampah ini diresmikan sejak 28 Agustus lalu. Dengan keberadaan bank sampah, kini sampah menjadi barang berharga bagi warga.  Pasalnya, dari bank sampah ini, limbah rumah tangga ini bisa menjadi rupiah. Tak hanya itu, uang hasil tabungan di bank sampah dapat digunakan untuk membayar listrik, air, bahkan kebutuhan sekolah anak. Diawali dengan memberikan edukasi kepada masyarakat untuk memilah sampah dari rumah sebelum disetorkan ke bank. Nasabah bisa datang menyetor sampah yang sudah dipilah-pilah berdasarkan bahan baku dan jenis seperti plastik, kardus, kertas koran, dan lain-lain. Sampah-sampah yang disetorkan oleh warga akan mendapatkan uang yakni Rp1.500 per kilogram untuk anorganik dan Rp7.500 untuk sampah organik. Bagaimana mekanisme pembayaran olen sampah? Pengelola Bank Sampah Flamboyan, Siti Kapsah (54) menjelaskan, setelah warga membawa sampah ke masing-masing unit Bank Sampah yang ada, lalu ditimbang. Setelah itu berat sampah yang ditimbang dinominalkan dalam bentuk uang. \"Dari jumlah itulah kemudian dimasukkan ke rekening Bank Sampah yang sudah dimiliki warga,\" terangnya. Hasil penjualan sampah tersebut, akan digunakan untuk membayar biaya apapun. Bisa bayar listrik, air, keperluan anak sekolah di masing-masing rumah warga yang bersangkutan. \"Mekanismenya seperti itu. Cukup mudah. Cukup nabung sambah, biaya kebutuhan rumah tangga sudah terbayar,\" katanya. Harga sampah kering rumah tangga bersifat fluktuatif mengikuti nilai tukar dolar. Setiap ada perubahan harga, pasti pengelola menyampaikan ke nasabah. Jadi para nasabah tidak perlu bertanya lagi. Kapsah mengatakan, keberadaan bank sampah untuk merubah pola pikir dan perilaku masyarakat mengenai sampah itu sendiri, bahwa sebenarnya sampah berharga dan bernilai ekonomis. Keberadaan bank sampah juga tidak hanya mampu meringankan kebutuhan rumah tangga, tapi mengajak warga untuk tidak sembarangan membuang sampah karena setiap barang bekas ada nilainya. \"Merubah anggapan masyarakat juga bahwa sampah yang dinilai sebagai sumber penyakit, bisa jadi duit,\" ujarnya. Gedung bank sampah yang berdiri di atas ruang terbuka hijau dengan luas lebih dari 400 meter persegi itu bukan hanya menampung dan mengelola sampah baik organik maupun anorganik, tapi juga ditumbuhi beberapa tanaman. Mulai dari sayuran, buah-buahan, tanaman obat keluarga dan hidroponik. Ada petugas yang berjaga dan keliling ke rumah warga untuk mengambil sampah rumah tangga dan merawat tanaman di lahan itu. \"Kalau jumlah per bulan, ada lebih dari 100 kilogram sampah anorganik, kalau yang organik kita olah jadi kompos,\" jelasnya. (*)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: