Setahun, Mesin Pengolah Sampah di Desa Babakanmulya Nganggur

Setahun, Mesin Pengolah Sampah di Desa Babakanmulya Nganggur

Sebenarnya masyarakat Babakanmulya, Kecamatan Jalaksana layak berbangga, karena memiliki mesin canggih pengolah sampah rumah tangga yang merupakan bantuan dari Pemprov Jawa Barat. Bukan hanya mesin saja namun pemerintah juga membuatkan bangunannya. Sayangnya, sejak dibangun dan dipasang, mesin tersebut tak pernah digunakan. Bagaiamana kondisinya? Laporan: Agus Panther, Jalaksana TUJUAN pemerintah cukup mulia yakni masyarakat bisa mengelola sampah sebelum akhirnya dibuang ke Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPSA). Karena itu, Pemprov Jawa Barat melalui dinas teknis terkait mengalokasikan anggaran sebesar Rp500 juta untuk pembelian mesin pengolah sampah, kendaraan roda tiga, serta membangun gedung untuk kegiatan pengolahan. Salah satunya yang berada di Desa Babakanmulya, Kecamatan Jalaksana. Lokasi bangunan tersebut berada di tengah sawah tak jauh dari objek wisata Balong Dalem. Dari kejauhan satu-satunya bangunan permanenan di tengah sawah itu cukup mencolok. Ditambah lagi warna catnya yang hijau muda sehingga makin menambah kecerahan. Menuju bangunan pengolah sampah juga ada jalan yang hanya muat satu kendaraan roda empat. Dari sisi tempat sebenarnya sudah strategis karena jauh dari pemukiman penduduk. Kemudian juga akses ke jalan juga sangat mudah. Tak heran jika pemerintah setuju jika di tempat tersebut dibangunkan gedung lengkap dengan mesin pengolah limbah. Bangunan itu dilengkapi dengan sarana lainnya seperti toilet dan ruang untuk istirahat. Tapi sejak selesai dibangun dan mesin pengolah sampah dipasang, nyaris tak pernah ada aktivitas di tempat tersebut. Setiap sudut ruangan terlihat bersih. Hanya ada beberapa ubi jalar yang disimpan pengelola gudang. Sang pengelola, Nanang, nampak sibuk memberikan penjelasan kepada sejumlah warga yang sedang menerima kunjungan. “Mesin yang panjang ini berfungsi untuk memilah sampah rumah tangga. Kemudian nanti digiling. Pemilahan dan penggilingan dilakukan sebelum sampah tersebut akhirnya di buang ke TPSA Ciniru,” terang Nanang kepada warga yang tengah serius memperhatikan cara kerja mesin pengolah limbah. Tak puas dengan penjelasan Nanag, warga yang mengaku bernama Dedeh, Encu, Saepudin, dan Ilhamudin itu kemudian mencoba mesin lain yang juga diperuntukkan bagi pengolahan sampah. Namun karena tidak ada sampah yang bisa dijadikan sample, akhirnya Nanang hanya bisa menerangkan cara kerja mesin tersebut. “Kalau setiap desa memiliki mesin pengolah sampah, kemungkinan permasalahan sampah rumah tangga bisa diatasi. Untuk di desa saya, Pesuing, Kecamatan Jalaksana, sudah ada mobil pengangkut sampah warga. Kemudian sampah itu langsung dibuang ke TPSA Ciniru,” terang Dedeh, warga Peusing yang sengaja datang ke tempat tersebut. Saepudin, warga Setianegara, Kecamatan Cilimus memilih bertanya soal mekanisme penerimaan sampah sebelum akhirnya diolah. Menurut Encu, biasanya faktor yang paling sulit adalah mengangkut sampah dari rumah warga ke lokasi pembuangan sementara. “Nah kalau di sini sudah menerima sampah untuk diolah, kok warga belum tertarik. Padahal mesin ini sangat bermanfaat untuk mengurai sampah. Sayang banget ya sampai sekarang belum beroperasi,” ungkap pria yang akrab dipanggil temannya Pudin tersebut. Nanang menerangkan, kendala yang dihadapi yakni ketiadaan dana operasional sehingga sampai saat ini pengolahan sampah belum beroperasi. Pihaknya juga sudah mencoba menemui Pemdes Babakanmulya untuk meminta bantuan anggaran operasional. “Kenapa belum beroperasi sejak dibangun setahun lalu? Karena sampai sekarang kami kesulitan untuk pembiayaan operasionalnya. Seandainya pemdes maupun dinas terkait mau mengalokasikan anggaran operasional, kemungkinan mesin pengolah sampah ini sudah beroperasi. Semoga saja pemerintah terketuk hatinya untuk mengalokasikan anggaran. Sayang barang mahal ini tidak pernah digunakan,” harap Nanang. (*)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: